Surai panjang kotor milik ibu kandung putra mahkota telah di bersihkan, pakaiannya telah berganti dan luka-lukanya yang hampir mengalami infeksi telah di obati,
Atas perintah dari putri bungsu dinasti Kim wanita yang seharusnya menjadi permaisuri itu dalam kondisi yang baik, ada sang putra yang selalu setia di sampingnya, juga pangeran Kim Namjoon yang tak pernah berhenti memuji kecerdasan adik bungsu kesayangannya,
Menyesal, kenapa baru sekarang ia bercerita pada Jennie, mengingat si bungsu begitu di cintai oleh ibunya sudah pasti Jennie dapat dengan mudah mengancam yang mulia Ibusuri , dan jika Ibusuri telah berkehendak raja sekalipun tak akan bisa berkutik,
"Eungh,,Jeandara, Jiandra" Gumam Jisoo yang masih belum membuka mata dan masih di ambang kesadaran, Jiandra yang mendengar suara lirih ibunya langsung berjalan mendekat setelah menyimpan buku yang semula ia baca di atas nakas,
"Eomma, gwenchana? Apa ada yang sakit" Jisoo berkedip kedip menyesuaikan pandangannya yang semula buram, hal yang pertama ia lihat adalah sosok anak laki-laki tampan yang ia yakini adalah Jiandra, putra nya,
Terakhir saat bertemu putra nya mata Jisoo di tutup dengan kain, lalu apa ini? Dimana kain penutup matanya? ,
"Jiandra aku tidak seharusnya di izinkan untuk melihatmu, aku sudah berjanji dengan ayahmu,, "
"Kenapa? Lupakan janji itu kalau eomma tidak ingin melihatku karena janji sialan itu, lebih baik aku pergi" Kesal Jiandra,
kenapa ibunya lebih mementingkan janji pada yang mulia, apa hidup nya tidaklah penting?, sebagai seorang anak sudah sewajarnya ia ingin merasakan hidup di keluarga yang lengkap, ada ayah ibu, ditambah saudara perempuan yang entah mengapa belum pernah ia jumpai,
"Hentikan langkahmu pangeran Jiandra! " Tegas seseorang yang baru saja masuk dan melemparkan tatapan penuh tanya pada Namjoon yang duduk santai di kursi sudut ruangan,
"Aku bisa menghadapi 1000 Kim Seokjin tapi aku tak bisa menghadapi 1 orang Kim Jiandra" Ucap Namjoon yang membuat Jisoo nyaris tertawa, rumor para pelayan mengatakan bahwa tidak ada yang lebih keras kepala melebihi putra nya di istana ini,
Pria kecil itu merengut dengan ucapan pamannya, terkadang orang-orang tak ada yang paham dengan maksudnya, Jiandra hanya kesal bukan ingin menunjukkan kekeras kepalaan pada sang Ibu,
"Hormatku untukmu putri Jennie"
"Ada surat untukmu yang mulia permaisuri" Jennie mendekat sembari menyerahkan gulungan kertas coklat dengan pita warna emas sebagai pengunci nya,
"dari?,,,"
"Tuan putri Kim Jeandara" bolehkah ia terharu? Ia bahkan belum pernah mengajari putrinya membaca ataupun menulis karena keterbatasan yang ia punya, lalu bagaimana putri kecil itu bisa mengirimkan surat untuk Jisoo,
"Putraku Park Jihoon yang sudah mengajarinya" Ucap Jennie yang tampak mengerti akan kebingungan yang di alami Jisoo, dengan senang ia membuka gulungan kertas itu di temani Jiandra yang juga penasaran tentang apa yang di tulis sang adik,
'Annyeong eomma, bagaimana keadaanmu?, aku sangat merindukan eomma, Jennie imo sudah menceritakan semua padaku, aku sedih, dan aku akan tetap menjadikan appa Namjoon sebagai ayahku, tidak mau yang lain sekalipun itu raja,
Ayah adalah sosok yang paling di kagumi bagi seorang putri, tapi tidak bagiku!, appa Namjoon adalah orang baik dan hanya orang baik pula yang pantas mendapatkan panggilan appa, dariku,
Aku tidak ingin eomma bersedih lagi,, dengan bantuan Jihoon oppa, aku akan belajar dengan giat agar aku bisa mengeluarkan eomma dari istana itu, aku akan melindungi eomma seperti Jihoon oppa yang selalu melindungiku,
tunggu Jeandara eomma'
"berarti aku tidak pantas mendapatkan panggilan oppa? " Tiga orang dewasa disana terkejut dengan ucapan Jiandra, bahkan tanpa sadar Jisoo menjatuhkan kertas itu di lantai marmer,
"Tidak nak, kau hanya belum punya kesempatan untuk melindungi adikmu, bukan berarti kau adalah kakak yang jahat" Rasa sakit menyerang ulu hati Jisoo ia ingin sekali mempertemukan ke 2 anaknya, tapi kondisinya bahkan lebih buruk dari seorang tahanan, bekas rantai yang mengikat kedua kaki dan tangannya masih dapat di lihat,
"Wangseja, kau ingin bertemu adikmu? " Jiandra mengangguk semangat lalu mendekati Jennie dengan tatapan memohon agar Jennie mau membawanya bertemu Jeandara,
"Baiklah, ayo pangeran keras kepala" Ucapnya sambil mengusap rambut jiandra dengan gemas,
"Kau tidak menginap?" Tanya Namjoon yang melihat Jennie berjalan ke arah pintu dengan menggendong Jiandra,
"Tidak samchon, sudah jelas kalau imo ingin membawaku bertemu Jeandara, banyak tanya sekali, kau cari istri saja sana, kasihan sekali aku melihat samchon😒"
"HEY KAU DASAR !!"
.
.
.
.
.
.
."Jadi anak itu berada di kediaman keluarga Park" gumam Seokjin merobek gulungan kertas yang baru ia dapatkan dari kamar Jennie saat penghuninya tertidur, menjadi serpihan kecil,
Tidak heran jika Jennie dan Namjoon yang melakukan hal ini, kebaikan yang telah ditanamkan pada mereka berempat (Seokjin, Namjoon, Taehyung, dan Jennie) oleh sang raja terdahulu benar-benar masih di jalankan, mungkin hanya ia dan Taehyung yang memilih berubah menjadi egois, tuntutan menjadi seorang raja yang membuatnya memilih jalan itu,
"Kau pikir mudah melawan ayahmu sendiri Kim Jeandara! " Gumamnya lagi di kesunyian dan kegelapan kamarnya,
Setelah mendengar dari Ibusuri jika Jennie sudah memindahkan Jisoo ke kamar naluri ingin segera menemui istri keduanya itu cukup besar, namun harus ia tahan saat Sowon datang kepadanya dengan amarah,
"Lebih baik aku tidak memberi tahu ibu jika anak itu ada di rumah keluarga Park"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙍𝙚𝙞𝙣𝙠𝙖𝙧𝙣𝙖𝙨𝙞 𝓦𝓲𝓽𝓱 𝓑𝓵𝓪𝓬𝓴𝓫𝓪𝓷𝓰𝓽𝓪𝓷
FanfictionHal hal yang di hindari ternyata adalah sebagian dari masa lalu "Jangan pergi Jisoo, kau bilang, kau adalah bayanganku, bayangan tidak akan pernah pergi kan? " "Apa yang dapat memisahkan bayangan dari objek nya? Kegelapan , Yang mulia,,, dan kau tel...