Hari-hari yang menjadi jalan hidup jennie bisa di bilang tidak bahagia, ketidak bahagiaan ini di mulai pada saat ayah kandungnya yang merupakan seorang raja, dan juga ayah mertuanya yang merupakan panglima militer meninggal bersamaan di medan perang,
Perang perbatasan bukan hanya mengambil dua orang berharga dalam hidupnya, perang perbatasan juga mengambil sikap manis suaminya dulu,
Setelah kejadian menyesakkan itu keluarga kerajaan sepenuhnya melemparkan kesalahan pada Park Hyunsik, ayah mertuanya, padahal ayah mertuanya juga berkorban nyawa untuk perang itu, suaminya Park Jimin merasa sakit hati dan melampiaskan rasa sakitnya pada jennie,
"Eomma kenapa melamun?" Jennie menatap sendu putranya yang sedang belajar bersama Jeandara,
"eomma memikirkan appa yang tidak pulang lagi ya?" puteranya baru berusia 9 tahun, tapi pemikirannya sangat cerdas dan dewasa, membuat Jennie bangga dan sedikit lebih tenang, bagaimanapun sikap suaminya jennie tetap bertahan harap-harap suaminya bisa kembali seperti dulu,
"Aku akan bicara pada appa jika appa pulang nanti, agar appa berhenti menyalahkan eomma"
"Jihoon-ah, jangan membuat appa mu marah, sebaiknya kau lanjutkan mengajari Jeandara, dia terlihat sangat senang belajar" Jihoon pria termuda di keluarga park mendekati ibunya dan terlihat berbisik,
"Eomma, sepertinya kau salah, sepupu sedang menyembunyikan air matanya, dia bilang dia rindu eomma nya" nafas jennie tercekat saat bahu yeoja kecil yang memunggungi nya bergetar tertangkap netranya seolah getaran ringan itu menggoncangkan seluruh tempat di hatinya,
"Jeandara, gwenchana-yoo? Anni jangan menangis chagiya" dengan telaten tangan jennie bergerak menyeka kristal bening yang leleh di pipi dengan dimple yang sangat manis, tak lupa mengecup keningnya menyalurkan rasa kasih sayang,
"Appa Namjoon kenapa belum menjemputku? aku merindukan eomma"
"Jean-ah, tuan Namjoon bukan appa mu, appa mu adalah yang mulia Kim Seokjin, tuan Namjoon adalah samchon mu, kau juga memiliki saudara kembar Pangeran Jiandra , kau adalah seorang tuan putri,kau mengerti apa yang bibi katakan nak?" Tegasnya,
anggap saja jennie jahat karena sedikit memberi penekanan pada setiap kata, namun itu karena ia sudah terlampau lelah membohongi keponakannya,
"yang mulia?" Jihoon mengangguk ringan dan mengelus lembut surai legam sepupunya,
"Jeandarayaa, anggaplah Namjoon samchon sedang pergi menjemput eomma mu, kau hanya perlu bersabar dan berdoa"
Bagaimanapun jennie tetap merasa bersalah, sebagai putri tunggal keluarga kim, seharusnya ia tau sejak awal tentang masalah ini, di balik hingar bingar kemewahan keluarganya memiliki rahasia besar dengan mengorbankan gadis mungil ini,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Berbagai hidangan menggugah selera tersaji di atas meja kayu
Rose menjatuhkan spatula ke lantai saat dirasa perutnya cukup nyeri, hal ini memang sudah sering terjadi namun wanita istri Min hanya diam dan menahan saja, belum tentu jika ia bercerita pada yoongi suaminya itu mau membantunya, melihat suaminya pulang saja ia sudah amat bersyukur,"Oppa, kau sudah pulang? "
"Kau tak lihat?" Rose menepuk mulutnya sendiri untuk menghukum mulutnya yang dengan lancang membuat suaminya merasa kesal,
"Miane oppa, oppa mau makan apa?"
"aku tidak mau memakan masakanmu, apa kau lupa? " tanpa sadar Yoongi membentak istrinya sendiri, kekalutan memang acapkali ia rasakan saat yeoja pujaannya tertangkap mata bersenda gurau dengan suaminya,
anggaplah ini salah tapi hati kecil Yoongi pedih merasakan kenyataan itu, beberapa pertanyaan yang selalu setia mengusik pikirannya tentang 'mengapa Seunghwan bisa melupakannya? ' dan juga 'kapan dirinya akan mulai mencintai Rose istrinya yang begitu setia?'
Yoongi melemparkan pandangannya pada Rose yang tengah berdiri memunggungi nya, dapat di pastikan istrinya itu tengah menangis terbukti dari gerakan tangan lembutnya yang tengah sibuk menghalau lelehan kristal dari kelopak matanya,
"Ambilkan aku jjigae" Ucapnya singkat dan bergegas mengambil langkah ke dalam kamar mandi meninggalkan Rose dengan senyuman yang perlahan terbit,
Selesai dengan ritual mandi, Yoongi segera turun dengan baju dinasnya yang baru , urung rose bertanya 'mau kemana lagi?' pada suaminya sudah pasti itu kesalahan yang fatal
"Aaakkkhh" Yoongi berhenti melangkah saat mendengar rintihan Rose yang tengah memegangi perut besarnya, memang pada kenyataannya Yoongi belum mencintai Rose tapi bayi dalam kandungnya adalah anak Yoongi, pria dingin itu tetap saja mengharapkan anaknya lahir dengan selamat dan sehat,
"Ada apa? Sakit? " Tanya Yoongi tak paham, Rose menggeleng pelan dengan senyum yang amat manis wanita itu malah menyiapkan kursi untuk di duduki oleh suaminya,
"Ja..Oppa sudah kusiapkan" Yoongi menurut duduk di samping Rose, dengan perlahan mengunyah komponen pelengkap dalam soup, enak, Yoongi seperti tengah memakan masakan mendiang ibunya, tidak ada yang tau jika pria itu tengah mati matian menahan air matanya,
"Oppa.. Apa masakanku enak?" Yoongi melirik mangkuk yang ada di depannya yang sudah kosong, tidak terasa ini sungguh lezat,
"Ya! Lumayan, aku pergi hari ini adalah hari pelantikan ku sebagai panglima"
"Kau tidak mengajakku oppa? " Yoongi menatap Rose tajam membuat wanita itu tertunduk menyadari kesalahan, tak menjawab Yoongi berlalu meninggalkan Rose yang terpaku menatap nanar punggungnya,
"Aaaaaaaaakkkkhhh... sakit sekali" Tubuh Rose meluruh ke lantai keringat bercucuran memenuhi area wajahnya,
"Tolong!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/216077629-288-k179400.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙍𝙚𝙞𝙣𝙠𝙖𝙧𝙣𝙖𝙨𝙞 𝓦𝓲𝓽𝓱 𝓑𝓵𝓪𝓬𝓴𝓫𝓪𝓷𝓰𝓽𝓪𝓷
أدب الهواةHal hal yang di hindari ternyata adalah sebagian dari masa lalu "Jangan pergi Jisoo, kau bilang, kau adalah bayanganku, bayangan tidak akan pernah pergi kan? " "Apa yang dapat memisahkan bayangan dari objek nya? Kegelapan , Yang mulia,,, dan kau tel...