Rintik hujan membasahi tubuhku yang hanya dinaungi oleh telapak tangan yang ku gunakan sebagai payung saat ini. Seragam cokelatku berubah warna sedikit kegelapan akibat air hujan. Aku duduk di teras kelas, menunggu bajuku untuk kering kembali.
"Ziva! Kok sendirian sih?!" tanya salah seorang temanku dari kelas di ujung sana.
Kalian bisa dengar sendiri dia memanggilku, ya, perkenalkan namaku Zivanna Dzakiyah Mayza. Maaf aku lupa memperkenalkan diri tadi. Hmm ... namaku cukup sulit untuk di sebut tapi itu adalah hadiah pertama yang di berikan oleh orang tuaku saat aku lahir, jadi harus aku hargai.
"Biasalah. Yang lain, 'kan, pada sibuk juga. Jadinya sendirian!" balasku.
"Oh begitu. Ya udah nanti ke kelas, ya, gabung sama kita"
"Siap!"
Aku melihat punggung temanku yang sudah jauh masuk ke dalam ruang kelas dengan cahaya lampu yang remang-remang. Sekolah ini memang seperti ini, lampunya sudah lumayan usang untuk di gunakan, untungnya masih bisa menyala sampai saat ini.
Ku tatap kembali langit yang masih setia membasahi bumi. Di sini, di tempat yang sama aku merasa kesepian. Sudah banyak hari yang di lalui, banyak cerita yang terlewati, banyak pula kenangan yang telah terpatri. Tapi, mereka sudah banyak yang datang dan pergi dan luka itu masih tetap berjalan mengiringi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...