Episode 34

17 2 0
                                    

Setelah selesai melaksanakan salat maghrib Ziva duduk memakai sepatu sambil menunggu Rian. Saat Rian duduk di sebelahnya, barulah Ziva bersuara.

"Kaki kakak kenapa?"

"Oh tadi kepleset waktu ngambil kayu"

"Sakit? Mau diurut?"

"Ah gak usah. Ntar juga sembuh sendiri," ucap Rian dengan seulas senyumnya dan hanya dibalas oleh anggukan saja.

Pukul 20.00 WIB mereka memulai materi kepramukaan di dalam kelas 7E yang kebetulan terletak di lapangan atas. Suasana malam yang sejuk, apalagi sesudah makan malam membuat mereka mengantuk di dalam ruangan. Baik Ziva maupun teman-temannya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuka mata meskipun rasanya begitu sulit untuk memertahankan posisi itu.

Materi malam ini adalah kompas, Kak Panji bersama teman-temannya menjadi pemateri pada malam ini. Mereka terus bergantian setiap tiga puluh menit. Kini saatnya Kak Panji untuk masuk ke dalam ruangan, melihat para anggota yang mulai mengantuk, Kak Panji menggebrak meja guru hingga nyaris membuat orang terkena serangan jantung.

"Eh copot!" teriak Nadia karena terkejut.

"Dek, kok, udah lada ngantuk? Masih jam setengah sembilan loh"

"Siap bosan, Kak"

"Hah bosan? Kalo gitu balik ke tenda, ya?"

"Siap tidak, Kak"

"Loh katanya bosan tadi"

"Siap tidak jadi, Kak"

Kak Panji tertawa melihat para anggota pramuka yang sudah duduk dengan tegap. Meskipun mereka menahan kantuk tetapi telinga mereka masih berfungsi untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh Kak Panji. Ziva menoleh ke belakangnya, tampak Rian yang tengah memasang wajah datarnya demi menahan kantuk.

"Mirip angry bird haha," ucap Ziva pelan sambil menggelengkan kepalanya.

Setengah jam kembali berlalu, Kak Tomi memasuki ruang kelas dengan langkah gagahnya. Bisa dikatakan Kak Tomi adalah teman Kak Panji yang memakai seragam pramuka lengkap beserta baretnya. Materi telah disampaikan sejak awal dan berakhir pada sesi tanya jawab.

"Siap Kak, izin bertanya," ucap Dion yang duduk di barisan paling pinggir.

"Silahkan"

"Kak, dari buku yang pernah saya baca, arah mata angin bisa ditunjukkan oleh cahaya matahari. Kalau boleh tahu, caranya bagaimana, ya, Kak?"

"Yang kakak ketahui adalah dengan melihat pepohonan, di mana batang pohon yang memiliki sisi berlumut menunjukkan arah timur dan sisi yang tak berlumut menunjukkan arah barat. Karena lumut akan tumbuh apabila terkena sinar matahari"

"Iya, Kak. Saya sudah mengerti dengan penjelasan kakak tadi. Tapi yang saya tanyakan adalah bagaimana caranya melihat arah mata angin menggunakan cahaya matahari?"

"Iya, Kakak taunya hanya bisa menggunakan pepohonan sebagai alternatif lain selain kompas"

"Tapi ..."

"Kalau tidak percaya, kita panggil Kwarcab kita panggil Kwarda. Kakak punya banyak kenalan di sana!" ucap Kak Tomi dengan rahang yang mengeras.

Kwartir Cabang (Kwarcab) adalah satuan organisasi yang mengelola Gerakan Pramuka di tingkat Kota/Kabupaten. Sedangkan Kwartir Daerah (Kwarda) mengelola pada tingkat provinsi. Kak Panji langsung memasuki ruang kelas dan mengajak Kak Tomi untuk keluar dari ruangan.

Dion mengepalkan tangannya cukup kuat dengan mata yang memerah. Wahyu langsung menenangkannya karena Wahyu tahu, Dion adalah tipe orang yang sangat mudah tersulut emosi. Suasana ruang kelas mulai menegang, tak ada yang mengantuk, kecuali Bonge dan Willi yang duduk di belakang.

Kak Lidia membuka pintu pelan, berdiri di depan dengan seulas senyuman. Aura positif itu seketika menyebar ke dalam ruang kelas, Kak Lidia seakan menyerap semua energi negatif di sekelilingnya.

"Dek, mohon maaf, ya, atas ketidaknyamanannya. Setelah ini kalian boleh keluar. Kita akan melaksanakan upacara api unggun"

"Hore!!"

Hari sudah semakin malam, motor Kak Tomi sudah entah kemana, kemungkinan besar Kak Tomi telah pergi meninggalkan sekolah ini karena kejadian tadi. Upacara api unggun dimulai, untuk pertama kalinya Ziva melihat obor dasa dharma mengelilingi api unggun.

Wahyu bertugas sebagai pemimpin upacara, Rian sebagai obor induk, Vika sebagai dirigen dan Marsha sebagai pembawa acara. Ziva berdiri di sebelah Jesika, ia melihat temannya yang tengah berdiri sambil memerhatikan api unggun yang perlahan menyala. Ziva tersenyum, mungkin jika bukan karena Jesika ia tak akan pernah menginjakkan kakinya di bumi perkemahan. Lagu Hymne Pramuka dinyanyikan dalam satu suara.

Kami Pramuka Indonesia
Manusia Pancasila
Satyaku, Ku dharmakan
Dharmaku, Ku baktikan
Agar jaya Indonesia
Indonesia Tanah Airku
Kami ... jadi ... pandumu ...

Speaker yang diletakkan di meja piket berbunyi kencang memutar lagu Meraih Bintang - Via Vallen. Ziva dan teman-temannya telah berjoget asik di dekat api unggun, malam ini tak ada perang yel-yel untuk memperkecil kemungkinan pertengkaran. Telat pada pukul 23.00 mereka kembali ke dalam tenda masing-masing regu.

⚜️⚜️⚜️

Pagi hari diawali oleh kegiatan seperti biasanya seperti salat subuh berjamaah, senam pagi, dan melaksanakan operasi semut. Ziva pernah berpikir bahwa operasi semut adalah semut yang dioperasi, tapi kini ia mengerti bahwa operasi semut adalah sebuah kegiatan bersih-bersih di lingkungan sekitar hingga sampah terkecil sekalipun.

Sarapan dilaksanakan pagi ini di depan kelas 9 C hingga ke depan ruangan tempat menyimpan peralatan musik. Mereka duduk secara berpasang-pasangan, beruntungnya Ziva yang berpasangan dengan Dila sehingga tak ada rasa canggung saat makan. Waktu makan dibatasi menjadi tiga menit, Ziva dan Dila mulai menyantap makanan di hadapan mereka dengan lahap. Semua mata terbuka sempurna ketika terdengar bunyi angin yang sangat halus namun menusuk telinga.

"Ih Bonge kentut," ucap Wahyu sambil menjepit hidungnya.

Bonge yang berada tepat di sebelahnya hanya menyeringai dengan wajah tanpa dosa, hal itu membuat Wahyu kesal hingga memukul paha Bonge dengan telapak tangannya. Meskipun dengan waktu yang dibatasi, Ziva dan Dila bisa menghabiskan dua porsi sangking semangatnya.

Waktu sarapan telah usai, kakak-kakak angkatan ke-5 dikumpulkan untuk menelusuri jalur haiking. Sementara angkatan ke-6 dan ke-7 duduk santai bersama Kak Panji. Anisa datang dengan seragam Pramukanya, ia berjalan dari lorong kelas menuju tempat mereka duduk.

"Loh niat banget, tuh, anak buat pelantikan," ucap Rian sambil memerhatikan Anisa.

Anisa tak ikut dalam kegiatan semalam, ia tidak diperbolehkan untuk menginap, tapi untuk haiking ia diperbolehkan. Kak Panji membuka sesi curhat, Ziva hanya diam mendengarkan satu persagu dari mereka bercerita terutama menceritakan kejadian semalam. Kak Tomo dan Kak Tomi benar-benar menghilang sejak malam tadi tanpa kabar sedikitpun.

Ziva memerhatikan Rian yang sibuk menghilangkan bekas arang di wajahnya karena sebelumnya Rian sempat membersihkan area api unggun yang penuh dengan arang dan abu. Ia tersenyum karena baginya Rian adalah hal terlucu.

"Oke setelah ini kita bagi regu"

"Semoga satu regu sama Kak Rian," batin Ziva.

- TBC -













Eiyoo ges update lagi ya ges ya
Mohon maaf karena baru bisa update lagi. Kira-kira mereka satu regu enggak, ya? Hmm jadi penasaran bukan?

Kalo gitu jangan lupa vote, komen, dan follow ya. Sampai jumpa di episode berikutnya.

Babay!!

KABAMAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang