"Ayo jawab, jangan bingung," ucap Kak Pances sambil memerhatikan Ziva.
"Duh takut salah jawab, nih," batin Ziva gelisah.
"Ayo, Dek. Kalian gak mau apa turun kayak Wahyu? Pemimpin kalian loh itu"
"Siap tidak!" tegas Ziva membuat para anggota satu regunya menatap kearahnya sinis sekaligus bingung.
"Loh? Dek, sebenernya kamu tahu arti korsa atau enggak?"
Ziva menggeleng pelan membuat Dila, Tio, There, Anni, dan Wahyu, bahkan Kak Pances sekalipun ikut menepuk jidat. Kak Pances menghela napasnya sebal lalu menatap Ziva.
"Dek, korsa itu suatu kesadaran seseorang di dalam kelompok, yang memiliki rasa kebersamaan, kesatuan. Jadi kalo salah satu di antara kalian turun, kalian juga ikut turun. Satu sakit, semua sakit. Itulah jiwa korsa"
"Ooh, siap kak"
"Mau turun?"
"Siap iya!"
Satu persatu dari mereka menceburkan diri ke dalam selokan yang telah dibendung. Melewati rintangan yang telah dibuat dan mereka juga diperintahkan untuk mencati tiga buah salak yang disembunyikan di dalam sana. Setelah melewati semua rintangan, mereka dipersilahkan untuk naik ke jalan.
"Oh iya, Dek. Kalian punya amanah, kan?"
"Siap Tidak!"
"Siap Iya!" jawab Tio berbeda dari yang lain.
"Ada atau enggak, nih?"
"Siap tidak, Kak!"
"Loh tadi ada yang bilang ada loh padahal"
"Siap salah omong, Kak," jawab Tio polos dengan wajahnya yang gelisah.
"Awas kalo kalian bohong, ya. Wahyu Kakak tahan di sini"
"Siap tidak, Kak"
"Mau Wahyu dilepasin? Kasih tau dong amanahnya"
"Siap tidak, Kak"
"Kalo gitu kalian lanjutin perjalanan, tapi Wahyu kakak tahan sampai maghrib. Sampai besok juga bisa, kok"
"Siap tidak, Kak"
"Makanya jujur dong. Apa perlu kakak beliin ayam geprek biar kalian jujur? Biasanya kalo perut kenyang, mulut akan lebih jujur"
Ziva tampak berpikir sejenak, ia tak tahu Kak Pances mendapatkan rumus seperti itu dari mana. Yang pasti waktu sudah semakin sore dan mereka masih tertahan di pos ini. Kak Pances berulang kali membujuk mereka sampai-sampai lelaki itu fruatrasi sangking jengkelnya karena tidak mendapatkan jawaban.
Kak Pances melepaskan mereka, membiarkan mereka melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya, tak lupa Kak Pances memberikan secarik kain dan dikalungkan pada leher Wahyu. Sedangkan anggota yang lain diberikan buah pinang muda untuk di jaga sampai mereka kembali ke sekolah lagi.
Regu kedua telah berjalan menyusuri perkebunan, terdengar suara yel-yel dari arah depan dan belakang yang menandakan mereka tak jauh dari regu pertama dan regu ketiga juga sudah tiba di pos ketiga. Ziva khawatir jika regu Rian akan menyasar jika melewati jalan menuju pos keempat, karena jalanan yang dilewati tak ada penanda sama sekali.
"Duh, lurus atau belok kanan, nih?"
"Lurus, Yu"
"Serius, Kak? Gak nyasar ntar?"
"Eh belok kanan deng"
"Duh yang bener yang mana nih?"
"Belok aja, Yu. Biasanya jalan ke kanan itu jalan yang baik"

KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Roman pour AdolescentsMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...