Bus itu melesat di jalanan kota yang berhawa sejuk. Meskipun ukurannya tak sebesar bus antarkota, mereka tak merasa sesak di dalamnya. Ziva sempat tertidur sejenak karena merasa mual, lalu terbangun di saat teman-temannya riuh.
Ziva mengerjapkan matanya, melihat pepohonan rimbun menyambutnya. Matanya tak lagi sayu, kini ia bersemangat dan langsung turun dari bus. Mereka berbaris di depan pos pengawas. Rupanya telah tersedia makanan ringan untuk menemani mereka selama perjalanan. Ziva memasukkan sepotong rainbow cake ke dalam tasnya.
Udara di sini lebih sejuk dibandingkan udara di kota. Meskipun kota ini memanglah kota sejuk tetapi hawanya jelas sangat berbeda. Pepohonan rimbun dengan suara dedaunan yang tertiup angin membuat Ziva merasa sangat senang. Sangking asiknya memerhatikan pepohonan, Ziva jadi tertinggal oleh rombongan yang sudah berjalan lebih dulu memasuki hutan dengan dikawal oleh polisi hutan.
"Jadi Madapi itu bukan nama hutannya, ya, adik-adik. Madapi adalah singkatan dari tanaman yang mayoritas tumbuh di sini, yaitu antara lain Mahoni, Damar, dan Pinus," jelas polisi hutan yang dibalas anggukan.
Ziva membuka buku catatannya, menuliskan sejumlah hal yang ia temui di sana. Berdiri di depan papan yang berisikan penjelasan-penjelasan dan mencatatnya. Mereka melakukan study tour ke hutan pada musim penghujan, jadi wajar saja jika tanah yang mereka pijak saat ini lebih becek dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Orang-orang mulai berlarian di saat polisi hutan menunjukkan sebuah tumbuhan yang tumbuh melilit hingga membentuk ayunan. Oleh karenanya buku catatan Ziva terjatuh dan terinjak oleh sepatu seseorang. Ziva merasa kesal lantas memungut bukunya yang telah tergeletak di atas tanah.
"Ish nyebelin. Pelan-pelan, kek, jalannya"
"Va, gak apa-apa bukunya?" tanya Wahyu yang tiba-tiba muncul di belakangnya"
"Eh gak apa-apa, Kak. Cuma kotor dikit"
"Ya udah kalo gitu. Yuk lanjut, ketinggalan tuh"
Ziva berjalan mengikuti Wahyu. Ia sudah tak tahu lagi keberadaan Sadewa saat ini, apalagi Rian yang menghilang entah kemana di antara puluhan orang yang berada di sana. Berbagai macam rute mereka lewati, pepohonan yang beragam mereka jumpai. Salah satunya adalah tumbuhan Asplenium nidus atau lebih sering disebut tumbuhan paku sarang burung.
Ziva mengikuti jalan setapak yang terbentang. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, tampak sebuah bunga rafflesia yang masih menguncup. Belum mekar sama sekali, padahal Ziva ingin melihat bunga itu sekali saja ketika mekar. Mereka terus berjalan meskipun sepatu mereka telah terselimuti oleh lumpur. Mereka melewati area perkemahan, tampak lapangan hijau yang cukup luas.
Ziva dan Sadewa kembali bertemu saat menyebrangi aliran air yang mungkin merupakan mata air. Ziva melepas sepatunya karena merasa jemarinya terhimpit. Tiba di sebuah lahan kosong dengan pepohonan yang tumbuh dengan jarak yang tak terlalu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...