Wahyu dan Rian langsung turun dari atas pohon dan mengikat bungkus kerupuk itu seperti semula. Orang-orang yang berada di bawah hanya menatap keduanya dengan perasaan yang sedikit sebal, ditambah wajah mereka yang seakan tanpa dosa itu.
"Yan ... kabur!"
"Yu! Tunggu!"
Ziva menggelengkan kepalanya. Melihat tungku api yang sudah padam apinya, kayu bakarnya lumayan sedikit dan hampir habis. Dila berjalan menggandeng Ziva untuk mengikutinya, keduanya berjalan ke lapangan basket yang mana lebih banyak pohon di sekitarnya.
Suara-suara berisik terdengar dari atas pohon. Dila yang sudah memegang beberapa ranting langsung membuangnya begitu saja saat suara itu mengejutkannya. Ziva yang ikut merinding di tambah lagi cerita-cerita angker yang pernah di dengarnya membuat suasana semakin menakutkan.
"Va, apaan tuh?"
"Gak tau. Hantu mungkin"
"Ah kamu mah ngada-ngada"
"Ih beneran. Suaranya makin kuat, orang-orang, kan, pada di lapangan tengah"
"Jangan gitu lah. Serem tau"
Tiba-tiba sebuah kain berwarna putih jatuh di hadapan mereka membuat keduanya menjerit. Ziva dan Dila sudah berpegangan sangking takutnya. Bahkan kaki mereka sudah tak kuat untuk berlari.
"Aaaaa"
"Aaaaaa"
"AAAAA!"
"Eh itu. Yang di bawah, tolong dong sapu tangannya," ucap Dion yang berada di atas pohon.
"Lah cuma sapu tangan," ucap keduanya saling bertatapan.
"Kamu sih lebay banget," ucap Dila mengambil sapu tangan itu dan menyangkutkannya di ranting pohon yang agak rendah.
"Kamu tuh yang teriak duluan"
"Udah. Minggir-minggir, kena kayu nanti," ucap Wahyu yang ternyata juga berada di sana.
Keduanya menunggu di dekat pohon, terlalu malas untuk kembali ke dapur karena pasti banyak cucian perkakas bekas memasak. Mereka menunggu ranting-ranting pohon untuk dibawa. Setelah semua dirasa cukup, mereka membawanya ke dapur dan kembali menyelesaikan masalah di tungku. Sedangkan para kakak-kakak sudah sibuk menyiapkan api unggun perdana.
"Nasinya bentar lagi matang! Kalian boleh istirahat dan rapikan barang-barang di tenda, ya. Tenda cewek di depan WC dan cowok di depan kelas 9 A"
"Jangan salah masuk tenda. Inget!"
Mereka sibuk merapikan barang-barang di dalam tenda termasuk memilih tempat tidur. Di pinggir atau di tengah. Tak sedikit pula dari mereka yang malah ketiduran di dalam tenda berhubung apel sore juga belun dilaksanakan. Tak lama setelahnya Pak Agus dan Kak Panji datang, para anggota Pramuka langsung berkumpul di lapangan membentuk barisan angkare untuk melaksanakan apel sore.
Apel sore selesai dilaksanakan tepat sebelum matahari terbenam dengan sempurna. Mereka membersihkan sebuah ruang kelas yang terbuka dan nantinya dijadikan untuk tempat salat. Menggelarkan tikar-tikar di sana dan melaksanakan salat maghrib ketika adzan sudah berkumandang.
"Sttt ... salatnya udah mulai"
Saf putra dipenuhi oleh kebisingan yang diakibatkan lelucon sebelum salat sehingga mengganggu khusyuknya salat berjamaah kali ini. Mereka berusaha menahan tawa sampai kedua bahu ikut naik turun.
"Sttt ... jangan main-main," ucap Dion yang duduk di dalam ruangan, mengawasi.
"Stt ... diem"
"Kamu duluan sih"
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Fiksi RemajaMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...