"Yok bawa barang-barangnya ke kelas!" teriak Dion semangat.
Ziva turun dari sebuah mobil opelet dengan satu karpet telur di tangannya. Ia melihat sekelilingnya, tampak lapangan yang begitu luas dengan satu panggung di sana. Beberapa siswa-siswi dengan baju lapangan berwarna biru putih menyapu air-air yang menggenang. Mereka di sana, di lokasi perlombaan.
Baik Ziva maupun para anggota yang lain sibuk memindahkan barang-barang dari mobil menuju kelas yang akan mereka gunakan sebagai tempat penginapan selama tiga hari dua malam nantinya. Ziva sudah berjalan terlebih dahulu setelah meransel tas punggungnya.
"Hei! Ini tas punya siapa?!" teriak Rian dengan tas hijau di tangannya.
Ziva menoleh ke belakang, melihat Dila yang masih sibuk membongkar isi mobil untuk mencari tasnya. Ia menghela napas lalu berteriak.
"Dila! Tas kamu sama Kak Rian tuh!"
"Oh iya hehe"
Dila terkekeh lalu mengambil tas yang dipegang oleh Rian. Mereka berbaris menuju ruang kelas, meletakkan berbagai macam perlengkapan di dalam kelas, menata ruang kelas sedemikian rupa agar nyaman ditempati. Kursi-kursi dan meja-meja mereka susun secara bertingkat tepat di tengah ruangan untuk memisahkan tempat tidur antara anggota putra dan anggota putri. Menggelar terpal dan menyusun tas di pojok ruangan.
Ziva menoleh ke pojok ruangan, melihat Tio yang sudah tidur di atas tumpukan tas. Maklum rumahnya lumayan jauh dari sekolah sehingga ia harus berangkat lebih awal karena waktu yang harus ia tempuh adalah 1 jam. Ziva memukul meja, mengejutkan Tio karena sebentar lagi upacara pembukaan akan dimulai.
"Tio! Bangun yo!"
"Ah apa? Apa?" tanya Tio dengan mata yang menyipit.
"Ih Tio ngiler! Lap dulu ah ilernya," ucap Dayang jijik.
"Heheh"
Kak Panji berjalan memasuki ruang kelas membuat para anggota berteriak kegirangan. Hari-hari terakhir latihan menuju perlombaan, Kak Panji mengundurkan diri sebagai pelatih dengan berbagai faktor yang mendukungnya untuk mundur. Namun, karena melihat para anggota yang begitu semangat untuk memenangkan perlombaan demi dirinya. Kak Panji mengurungkan niatnya dan bertahan lebih lama bersama mereka.
"Kakak garang berhati hello kitty. I miss you, muachh," ucap Noris memajukan bibirnya.
"Dih gak perlu gitu juga"
"Kangen huhu ... kirain kakak gak bakal pernah ngelihat kita lagi"
"Udah ... sekarang kakak di sini, bersama kalian semua. Kalian harus semangat, ya! Yel-yel dulu gih"
"Kabamas ...!"
"Jaya jaya jaya luar biasa!"
Pukul 08.00 WIB upacara pembukaan kegiatan perlombaan sesumbagsel dalam rangka perayaan hari ulang tahun gugus depan Kapitan Pattimura dimulai. Hanya dua puluh orang yang mewakili setiap gudep untuk mengikuti upacara. Ziva dan Dila tinggal di dalam kelas, merapikan bahan-bahan masakan di dapur.
"Va, udah mulai belum, sih?"
"Ya nggak tau. Coba lihat dari jendela tuh, naik meja"
"Gak ada CCTV, kan?"
Ziva mengedarkan pandangannya, tak ada satu pun kamera pengawas di dalam ruangan itu. Dengan cepat keduanya melihat dari balik jendela sambil memanjat kursi. Karena merasa tak tampak, kedua gadis itu berlari menuju kelas di lantai dua untuk menyaksikan upacara pembukaan.
"Duh duh gudep kita mana nih?" tanya Ziva dengan mata yang terus mencari.
"Cari bendera pratamanya. Kan ngejreng tuh"
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Novela JuvenilMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...