Adzan Subuh berkumandang dengan lantang, mata itu berkedip berulang kali sebelum pada akhirnya ia terbangun. Ziva dalam posisi duduknya melihat ke arah sekitar yang sudah tampak terang, karena lampu kelas dinyalakan oleh Kak Panji. Ziva teringat bahwa semalam ia ketiduran karena menunggu penampilan gugus depannya, ditambah lagi gugus depan yang duduk di hadapan mereka seenaknya berlalu lalang membuat penampilan di atas panggung jadi tak terlihat. Ziva juga ingat bagaimana bentuk wajah Adriansyah ketika mengantuk, seperti Angry Bird.
Ziva buru-buru membangunkan teman-temannya yang masih berkemul sarung. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka terbangun. Ziva berjalan menuju mushala tanpa adanya senter, ia mengandalkan teman-teman dari gugus depan lain yang berjalan di depannya. Setelah melaksanakan salat Subuh berjamaah, mereka mengganti pakaian dengan pakaian olahraga. Mereka sudah kebagian agenda sejak kemarin siang.
"Aaaa pocong!" teriak Dila tepat di telinga Ziva membuat gadis itu menoleh ke arah kiri.
"Apaan, sih, Dila? Mana pocongnya?"
"Itu, Va. Lihat tuh, Iihh"
"Mana, sih?"
Ziva mengedarkan pandangannya lantas menemukan sebuah hammock yang menggantung di sebelah kiri Dila. Hammock adalah sebuah ayunan kain yang biasanya digantungkan di pohon-pohon, sering dipakai untuk tidur ketika berkemah di hutan. Lah ini, malah digantung di antara tiang-tiang kelas.
"Itu orang, Dila"
"Bukan, itu pocong"
"Mana ada pocong miring kayak gitu, ngambang lagi. Ngaco kamu, ah"
"Lalu?"
"Itu ayunan, Dil. Isinya orang, mungkin kelasnya penuh, jadinya tidur di sini"
"Bisa jadi, bisa jadi"
⚜️⚜️⚜️
Senam pagi dilaksanakan, semua gugus depan memiliki baju lapangan yang dapat dikatakan bagus-bagus. Sedangkan Kabamas tak memilikinya, mereka mengandalkan pakaian olahraga angakatan Marsha yang berwarna kuning hitam. Setidaknya ada unsur lebahnya, jadi tidak terlalu menonjol di antata yang lainnya.
Lomba haiking akan dilaksanakan pada pukul delapan pagi, sehingga para anggota dalam bidang haiking sarapan lebih dulu. Panggilan morse terdengar, dengan cepat Wahyu berlari. Rupanya gugus depan yang sedang bersantai iseng meniup morse yang seharusnya ditiup oleh panitia ketika ada pemberitahuan penting saja. Wahyu kembali ke kelas dengan wajah masamnya, lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Lagipula panitia pasti paham situasi dan kondisi, bukan?
Jarum jam di kelas itu telah menunjukkan angka delapan kurang beberapa menit saja. Ziva mencari-cari keberadaan Vika untuk meminjamkan kartu peserta miliknya, setelahnya ia mencari keberadaan Rian yang seringkali lupa membawa keperluan.
"Kak Rian yuhuu! Where are you, Kak?"
"Iya, Va. I'm here"
"Pena kakak bawa? Kompas?"
"Bawa. Ya kali lupa"
"Yee kakak, kan, pelupa. Kepala kalo gak nyangkut di badan juga pasti ketinggalan di rumah"
"Yang penting otak gak ketinggalan, Va"
"Yang lebih penting lagi, nyawanya gak ketinggalan, Kak"
"Iya juga, ya. Baik-baik di sini, mentang-mentang gak ada kakak, kamu ngegalau sendirian nanti"
"Dih males amat"
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Fiksi RemajaMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...