"Teet ... teet ... teett ..." bel sekolah berbunyi tiga kali menandakan waktu pulang.
Semua siswa-siswi berhamburan keluar dari kelasnya. Memenuhi gerbang sekolah yang belum dibuka oleh satpam membuat mereka berhimpitan. Ziva berdiri di depan pintu kelasnya, memerhatikan lingkungan sekitarnya yang mendadak sepi. Ia harus menunggu sekitar tiga menit lagi agar pintu gerbang benar-benar sepi dibandingkan lapangan yang saat ini berada di depannya.
"Dek. Ngapain?" tanya Rian yang mendadak hadir di depan Ziva.
"Eh copot!" ucap Ziva terkejut.
"Hahaha lagian ngapain ngelamun? Gak baik tahu"
"Iya tempe"
Rian mengeluarkan sebuah bunga mawar berwarna ungu dari dalam tasnya. Menyodorkannya tepat di depan hidung Ziva, menyuruhnya untuk menghirup aroma wangi dari bunga tersebut.
"Apaan?" tanya Ziva.
"Wangi gak? Buat seseorang soalnya"
"Idih," ucap Ziva bergidik geli lalu teringat sesuatu.
Ziva memerhatikan bunga tersebut, warnanya, aromanya, sangat ia kenali. Bukan karena seseorang yang saat ini memegangnya melainkan darimana asalnya bunga tersebut.
"Kak Rian! Lain kali modal, ya. Jangan ambil bunga di kelas Ziva!" teriak Ziva ketika Rian sudah berlari menghindarinya.
Yang benar saja, Rian mengambil setangkai bunga yang awalnya diletakkan rapi di dalam vas bunga meja guru. Sayangnya vas bunga itu menjadi berantakan ketika Rian mengambil bunganya. Ziva yang tak terima jika nantinya akan dimarahi oleh teman-teman sekelasnya berlari menghampiri Rian menuju lapangan tengah.
Di lapangan tengah, Ziva melihat banyak sekali orang-orang yang berkeliaran, bersiap untuk latihan paskibra. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat Bojes dan Liza yang sedang duduk di bawah pohon alpukat, asik mengobrol.
Ziva sampai lupa akan tujuannya datang kemari untuk apa. Hingga seseorang yang ia cari muncul begitu saja di belakangnya. Rian menyerahkan bunga itu kepada Ziva, tersenyum karena berhasil menjahilinya. Dengan cepat jemari Ziva meraih bunga itu dari tangan Rian. Menatap mata coklat milik Rian dengan tajam, berusaha untuk mengancam.
"Awas kalo sampai kakak ngambil bunga di kelas Ziva lagi"
"Iya enggak"
Gadis itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Rian. Berniat mengembalikan bunga itu dan langsung pulang. Ketika ia sampai di kelas, beberapa orang berlarian di sekitarnya, mencari tempat persembunyian. Tampak Rian dan Bojes berlarian memasuki ruang kelas 7 D, bersembunyi dibalik meja guru dan membuat Ziva kebingungan.
"Stt ... diem, ya, kalo ada yang nyariin bilang kita berdua gak ada, ya"
"Aduh kak, ngapain?"
"Stt ... diem"
"RIAN, BOJES! AWAS AJA KALO KETEMU! KAKAK CINCANG KALIAN, YA!" teriak seorang gadis dari luar membuat kedua orang itu tak berani membuka matanya.
Ziva terdiam, keluar dari ruang kelas dengan santainya. Seseorang yang tadi berteriak berjalan ke arahnya, membuat Ziva kebingungan menghadapinya.
"Lihat Rian sama Bojes gak? Tadi mereka kesini soalnya"
"Hah? Gak ada tuh, Mbak. Mungkin udah lari ke kelas ujung"
"Oh oke makasih, ya"
"Ehmm iya"
Ziva menoleh ke dalam kelas, tampak Rian dan Bojes yang sudah mengacungkan jempol kearahnya. Ziva hanya membalasnya dengan senyuman lantas berjalan pergi menuju gerbang. Selang beberapa langkah, Rian dan Bojes keluar dari persembunyian hingga membuat keduanya di kejar-kejar seperti orang yang memiliki hutang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...