Episode 28

11 3 3
                                    

Ziva mengelus lembut lengannya yang dipukul oleh Rian. Ia melihat Rian dengan seulas senyuman, meskipun sering dipukul rasanya menyenangkan ketika melihat wajah Rian yang begitu sebal. Ziva tertawa lantas menutup bukunya.

"Ziva tau, kok, bahasa Jepangnya BPUPKI itu Dokuritsu Junbi Cosakai dan bahasa Jepangnya PPKI itu Dokuritsu Junbi Inkai"

"Nah itu bener"

"Tadi sengaja biar Kak Rian kesel"

"Emang, ya, ini anak," ucap Rian sebal sambil memukul lengan Ziva dengan pulpennya.

"Aww udah, ngapain masih dipukul, sih, Kak?"

"Nyebelin"

Ziva merebut pulpen itu lalu memukul lengan Rian, ia hanya tertawa puas lalu kembali melihat catatannya. Sedangkan Rian, ia terfokus pada kaca ruang keterampilan yang memantulkan bayangan mereka berdua. Rian tersenyum singkat melihat tawa Ziva dibalik buku yang menutupi wajahnya.

"PPKI singkatan dari apa, Dek?"

"Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, bukan?"

"Yaps bener banget"

"Yee!"

Ziva merasa sangat senang, menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia menatap Rian, bola mata berwarna coklat cerah itu beredar kesana kemari. Dalam sekejap pandangan mereka bertemu, Ziva tak mengalihkannya begitupun dengan Rian.

"Dek"

"Apa, Kak?" tanya Ziva.

"Kamu pernah dapat peringkat gak waktu SD?"

"Pernah"

"Kalo sekarang kamu berharap dapat peringkat gak?"

"Iya. Tapi saingan di kelas lumayan, sih, Kak"

"Kalo gitu, kita berjuang sama-sama yuk buat masuk sepuluh besar dalam ujian tengah semester ini. Katanya ada reward buat yang masuk sepuluh besar"

"Serius? Yuk, Kak, kita berjuang sama-sama"

Rian melihatnya, tatapan antusias yang terpancar jelas dari wajah Ziva. Itu membuatnya semakin yakin untuk mengejar peringkat sepuluh besar dalam ujian kali ini. Para anggota Pramuka yang dari tadi berada di sekitar mereka rupanya menyimak dan memerhatikan keduanya. Meskipun mata mereka terfokus pada buku, tapi telinga mereka tetap terbuka lebar untuk menyerap informasi.

"Serius, Yan? Ah kalo gitu aku juga mau," ucap Wahyu.

"Lah ... kalo kamu gak usah diraguin lagi, Yu. Pasti dapet," ucap Dion sambil membenarkan tali sepatunya.

"Kan belum tentu dapet lagi, Yon"

"Iya deh iya. Aku juga mau, sih, tapi apa iya bisa? Secara aku agak bandel orangnya kalo di kelas"

"Apa, sih, yang gak bisa kalo ada kemauan? Berusaha aja dulu, kalo soal hasil serahin aja sama Tuhan"

"Bentar-bentar. Yang yang lain mana, nih? Yel-yel dulu, kek," ucap Ade sambil mengulurkan tangannya.

"Kita-kita aja lah"

Beberapa anggota Lebah dan Lili yang berada di sana menumpukkan tangan mereka dalam lingkaran, termasuk Ziva yang meletakkan tangannya tepat di bawah tangan Rian yang terasa hangat. Mereka semua bertatapan dalam waktu singkat lalu berteriak.

"KABAMAS .... BERSAMA KITA BISA!"

⚜️⚜️⚜️

Hari demi hari mereka lalui, bersama-sama. Meskipun setiap hari selalu ada pertengkaran di antara mereka, tapi tak pernah menghilangkan perkataan bahwa mereka adalah keluarga. Tersisa sedikit lagi waktu ujian, hanya tinggal dua hari lagi dan hari-hari setelahnya akan dipenuhi oleh tugas-tugas seperti biasa.

KABAMAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang