Episode 40

14 2 0
                                        

"Mari kita mulai acara pemilihan perangkat. Ayo semuanya masuk-masuk!" teriak Kak Panji dari dalam ruang keterampilan.

Ruang keterampilan terbuka luas, tapi tidak dengan ruang gudep. Membujuk guru-guru di sekolah untuk mencintai mereka tidaklah mudah. Setidaknya mereka telah berusaha sambil melakukan hal-hal baik dari hal terkecil. Seperti membuang sampah pada tempatnya, makan dan minum sambil duduk, bahkan menyapa dan menyalami guru-guru setiap kali bertemu.

"Eh Rian duduk!"

"Siap iya Kak"

Kak Panji mengetukkan penghapus pada meja membuat semuanya diam tak bersuara. Mereka terpusat pada papan tulis dengan postur tubuh tegap meskipun sedang duduk.

"Mari kita mulai pemilihan seperti yang Kakak janjikan dari minggu-minggu sebelumnya. Jadi, kakak akan memilih Pratama, Pinru, dan Wapinru baik dari regu Lebah maupun Lili agar mempermudah dalam mengatur organisasi ini. Baik apakah ada yang ingin mencalonkan diri?"

"Siap saya!" tegas Wahyu, Dion, dan Noris.

"Lah, Kak Rian gak nyalon?" tanya Ziva yang duduk di sebelah Rian.

"Enggak, Va. Males ribet soalnya"

"Ish gak asik. Padahal mau milih Kak Rian"

"Serius mau milih? Ah gak asik juga kalo yang milih kakak cuma kamu sendirian"

"Coba aja dulu. Belum dicoba udah takut duluan"

Rian tampak menimbang-nimbang lalu mengangkat tangannya mantap. Keempat calon pemimpin itu berdiri di depan anggota yang lainnya. Wahyu sejak awal memang sangat ingin menjadi Pratama meskipun menjadi pimpinan tertinggi itu tidaklah menyenangkan. Dion, sejak awal juga ingin menjadi Pratama tapi karena suaranya yang lantang, posisinya kebih cocok menjadi Wapinru yang selalu memimpin yel-yel. Tepat saat pemilihan suara untuk Wapinru dibuka, para anggota kebingungan.

"Duh Kak Rian atau Kak Noris, ya?" tanya Nadia kebingungan.

"Udahlah. Kak Rian aja," ucap Dila dan Ziva berbarengan.

"Lah kenapa? Bukannya kata kalian Kak Rian gak bener, ya?"

"Ya lebih gak bener lagi Kak Noris"

Ziva langsung memilih Rian begitu saja, karena menurutnya sejauh ini jiwa kepemimpinan Rian mulai tampak. Ia juga lebih berpikir bijak dibandingkan yang lainnya. Keputusan terakhir telah dijatuhkan.

"Dengan pemungutan suara yang telah dilakukan tadi. Suara paling banyak diperoleh oleh Adriansyah! Beri tepuk tangan yang meriah adik-adik! Selamat, Rian, atas jabatannya"

Wajah Rian menjadi pucat seketika, ia tak menyangka jika dirinya yang akan keluar sebagai pemenang. Meskipun sebagai tingkatan pemimpin terendah. Pemilihan perangkat regu putri dimulai, yang mencalonkan diri hanyalah tiga orang, yaitu Liza, Jihan, dan Ghina. Langsung saja mereka terpikih menjadi Pratama Putri, Pinru, dan Wapinru sekaligus.

Agenda hari ini di tutup dengan menyanyikan yel-yel bersama-sama. Mereka berkeliling menyanyikan yel-yel dengan penuh semangat tanpa memedulikan rasa sakit yang mereka terima akibat terasingkan dari sekolah.

"Jihan!" teriak seorang laki-laki dari luar ruangan.

"Sudah berapa kali ayah bilang? Tidak usah ikut kegiatan gak jelas seperti ini! Buang-buang waktu! Mau jadi apa kamu, hah?!" teriaknya dengan sebelah tangan menyeret Jihan dari barisan.

"Eh maaf, Pak? Bisa kita bicarakan baik-baik? Tidak perlu membawa emosi," ujar Kak Panji lembut.

"Siapa kamu? Pembinanya? Kamu cuma pelatih, kan? Pelatihnya masih SMA kayak gini, mana bisa dipercaya"

KABAMAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang