Ziva terduduk lesu di teras, berdandarkan pada tiang sambil memerhatikan teman-temannya yang asik berlalu-lalang di hadapannya. Ia mmebaca lembaran pertama materi yang semlat ia print bersama dengan Vika seoulang sekolah tadi. Semuanya baik-baik saja sampai Ziva membuke lembar kedua.
"Lipstik terbuat dari ... sisik ikan? Loh ada materi kek gini?"
Ia kembali membaca satu persatu nomor yang tertera di atas lembaran materi. Di belakangnya tampak Rian yang juga bersandar pada dinding, sibuk menghafal dan terkadang mondar-mandir. Bagaimana dengan Vika? Ia sudah terpusat pada materi sejak tadi tanpa memedulikan sekitarnya.
"Film spongebob diproduksi oleh? Lah sampai kartun pun ada soalnya"
"Va, ini toples kamu? Buat apaan?" tanya Rian membenarkan posisi toples yang sempat ia gulingkan.
"Itu untuk wadah makanan tadi"
"Kamu praktik prakarya?"
"Enggak. Tapi praktik bahasa Indonesia, teks prosedur"
"Oalah. Gak sisain buat kakak? Katanya sayang sama kakak"
"Ogah!" ketus Ziva langsung membalikkan badannya.
Rian tertawa renyah berhasil menjahili junior yang sudah seperti adiknya sendiri. Ia mendekati Ziva lantas duduk tepat di sebelahnya. Dila yang sejak tadi duduk di dekat Ziva juga ikut memahami materi meskipun ia tidak termasuk dalam bidang LCT. Dila lebih berbakat dalam bidang kompas, bidikannya selalu akurat.
"Sini, kakak tes coba," ucap Rian menyambar kertas dalam pegangan Ziva.
"Eh eh belum selesai dibaca"
"Kakak tahu, tapi mau coba di tes dulu"
Ziva mendecak sebal, bola matanya memutar jengah. Ia menarik napas dalam-dalam hampir menghabiskan seperempat oksigen di bumi dan menghembuskannya. Rian lagi-lagi menguji kemampuannya.
"Pertanyaan pertama ..."
"Oke"
"Siapa presiden keempat Indonesia?"
"Kiai Haji Abdurrahman Wahid"
"Oke benar. Pertanyaan kedua ... rumah adat Selaso Jatuh Kembar berasal dari?"
"Emm anu ... Riau?"
"Tepat sekali. Soal ketiga, ya. Bunga yang dijuluki sebagai puspa bangsa adalah?"
"Bunga melati?"
"Ya, benar sekali, Ziva. Plat nomor kendaraan berawalan BD dari?"
"Bengkulu"
"Kalo B aja?"
"Dari Jakarta"
"Kalo A?"
"Eh emang ada, ya, Kak? Ziva gak tahu. Belum pernah baca soalnya"
"Ada loh, Va. Huruf Z pun ada loh"
"Ih serius? Ziva harus banyak baca nih. Jadi yang awalan A tadi apa?"
"Banten"
"Oh Banten, Kak"
"Yaps. Soal kelima, ya?"
"He'em"
"Ibu kota negara Amerika Serikat adalah?"
"New York!"
"Nah, kan, mulai ngawur jawabnya. Coba pikir-pikir lagi deh"
Ziva memutar pikirannya, satu-satunya kota di Amerika Serikat yang ia ketahui hanya New York saja. Tunggu sebentar, ia sedang berusaha mengingat sebuah nama yang dirasanya cukup tak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...