Ziva membuka salah satu buku yang berisi cerita tentangnya dan Kabamas. Tak lupa ia juga menceritakan bahwa Kabamas berhasil membawa tiga piala pada perlombaan yang baru-baru ini dilaksanakan.
Notifikasi pada handphone Ziva terdengar memenuhi ruangan. Ziva segera mengeceknya dan mendapati sebuah pesan dari Rian. Hubungan mereka kian membaik dan asik seiring berjalannya waktu, seolah kembali seperti dahulu setelah merenggang beberapa waktu.
Kak Adriansyah
Kapan-kapan, ya, Va.
Kalo ada acara lagi kita fotoZiva yang membaca itu hanya bisa tersenyum. Mungkin ia sempat merajuk beberapa saat karena pada hari di mana mereka berada di area perlombaam, Ziva sempat meminta foto. Namun, Rian masih sibuk mengurusi junior yang mengikuti perlombaan. Saat Ziva pulang, eh Rian sudah berfoto dengan Jihan. Karena hal itulah Ziva mengomel panjang lebar pada Rian. Jemarinya mengetikkan pesan singkat kepada lelaki itu.
Zivanna
Beneran ya!Kak Adriansyah
Iya Ziva
Zivanna
Berarti minggu depan Kakak
harus tepati janji KakakKak Adriansyah
Kok minggu depan? Ada acara?Zivanna
Perkemahan HUT Gudep.
Gak mau tau, pokoknya harus foto!Kak Adriasnyah
Iya Ziva. Mau dijemput?Ziva merasakan sesuatu seakan berdesir di dadanya. Entahlah, Ziva sangat senang rasanya. Ia mulai menyusun rencana untuk minggu depan, jaket mana yang akan ia kenakan, dan membawa barang apa saja. Dan jam berapa mereka akan berangkat. Ziva sudah tak sabar menunggu hari itu tiba.
⚜️⚜️⚜️
Hari itu tiba, motor Rian telah melaju cepat di jalan. Ziva yang takut kebut-kebutan serasa melayang saat ini sangking cepatnya motor itu melaju. Ziva benar-benar takut jika mereka menabrak sesuatu di depan sana. Keduanya mulai memasuki gerbang sekolah dan berhenti sebelum sampai di koperasi.
"Kepada Ziva dipersilahkan untuk turun"
"Oke"
"Ongkosnya mana, Neng?"
"Wait a minute," Ziva merogoh saku celananya lantas mengeluarkan simbol love dengan jemarinya.
"Ada-ada aja, Va"
Ziva terkekeh geli lantas berjalan masuk mengikuti Rian dari belakang. Rian memarkirkan motornya tepat di depan koperasi sedangkan Ziva sudah mengintip area perkemahan dari balik tembok.
"Kenapa gak jalan, Va?"
"Enggak ah. Rame banget, Ziva malu"
"Alah biasanya malu-maluin juga"
"Ih cepetan, Kak"
"Ok wait"
Ziva menunggu Rian yang sedang sibuk dengan ranselnya sambil memastikan keadaan sekitar. Ziva melihat banyak sekali anggota Kabamas berkeliaran dengan kayu bakarnya, tak lupa di depan sebuah kelas sudah duduk Ade dan Arbi sambil menikmati segelas kopi di sore hari. Ziva menoleh saat suara benda terjatuh terdengar di telinganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...