Siang itu, Ziva dan salah satu juniornya berangkat menuju area perlombaan. Selang beberapa minggu setelah ia kembali ke SMP lagi, para anggota Kabamas mengikuti perlombaan. Area perlombaannya tak lagi asing, area yang dulunya juga menjadi tempat perlombaan bagi Ziva dan teman-temannya.
"Pake jas hujan dulu biar gak kehujanan. Lepas sepatu juga lah"
"Siap"
Tapi di tengah perjalanan mereka malah disambut oleh panas yang begitu terik. Padahal awalnya, di rumah Ziva itu hujan. Akhirnya merrka terpaksa mrlepas jas hujan dan memasang sepatu mereka. Motor itu melaju kencang membelah kota. Ziva terus memerhatikan sekitarnya sampai di suatu titik di dekat area lomba ia melihat para anggota Kabamas tergeletak lemah karena kecapaian.
"Eh eh, Ni. Itu mereka pada di sana"
Motor itu berbalik arah dan berhenti tepat di sebuah warung yang tertutup. Ziva langsung turun dari atas motor dan menyapa semua yang ada di sana.
"Va, kenapa gak angkat telepon?" tanya Rian begitu saja.
"Hah? Kakak nelpon?" tanya Ziva memeriksa handphonenya.
"Gak ada tuh ... eh iya Ziva gak ada paket ehe"
"Pantesan"
Sejujurnya Ziva merasa sedikit kesal karena ia menunggu Rian untuk menjemputnya sejak jam 12 tadi, tetapi lelaki itu malah sudah tiba di sini sejak jam 9 tanpa merasa peka bahwa Ziva menunggunya. Sudahlah, untung ada Rani yang mengajaknya pergi.
"Bawa minum?"
"Bawa, kenapa emangnya?"
"Ah enggak. Nanya doang"
Ziva melihat gelagat Rian yang sedang memberikan kode bahwa dia sedang kehausan sambil menunjukkan botol minumnya yang kosong. Dengan cepat Ziva membuka tas ranselnya lalu memberikan sebotol air pada Rian. Entahlah seakan sudah ditakdirkan, Ziva membawa sebotol air tanpa diperintahkan. Biasanya juga seperti itu, untuk berjaga-jaga apabila ia kehausan.
"Ini minum," tawar Ziva.
"Gak, gak usah. Nanti bisa beli"
"Ih mumpung dibawain. Ini, kalo gak mau, Ziva bakal kasih ke adek-adek, nih"
"Kasih aja. Lihat tuh mereka pada kecapekan"
Ziva lalu memberikan sebotol air kepada Zacky yang merupakan Pratama untuk digilirkan kepada teman-temannya. Ziva terkekeh ketika melihat para juniornya berebut sebotol air, hal yang sangat sering dilakukan oleh mereka di masa lalu. Sudahlah, Ziva sudah terhanyut pada masa lalu untuk kesekian kalinya.
"Ekhem," Rian berdeham.
"Kenapa, Kak?"
"Itu ... abis ini kakak mau balik ke sekolah. Kamu sama Rani yang mendampingi mereka nyari pos selanjutnya, ya"
"Kami juga ikut, Kak. Abis ini ada perlombaan pionering"
"Oh iya. Kalian jagain yang cewek, ya"
Ziva mengangguk saja menuruti perkataan Rian. Sebelum mereka pergi, Ziva sempat menitipkan helmnya kepada Farel, salah satu juniornya yang menurutnya sangat lucu dan mau melakukan apa saja selagi dia ikhlas.
"Jagain helm kakak, ya, Rel. Taruh aja di tenda kalian. Kakak mau jagain mereka, kalian yang semangat, ya!"
"Siap kak!"
Ziva berjalan di belakang barisan Lili dengan tas hitam mungil yang ia ransel. Ia berjalan biasa saja dengan seragam pramuka dan sepatu pdh sekolah, tanpa kacu. Kacu yang ia beli terakhir kali saat SMP sudah sangat pendek untuk ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Ficção AdolescenteMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...