Rian mengejar Ziva yang sudah jauh meninggalkannya. Langkahnya terhenti ketika seorang gadis yang ia kejar telah berhenti sambil menoleh ke kanan dan ke kirinya. Rian menghembuskan napasnya lega, menghampiri gadis itu dengan napas terengah-engah. Rasanya sudah sepeeti lomba lari demi mengejar gadis yang satu ini.
"Kirain kamu nyasar," ucap Rian membenarkan posisi tubuhnya.
"Ziva berhenti karena gak tahu jalan. Soalnya jalannya bercabang," ucap Ziva meunjuk dua jalan di hadapannya.
Rian tersenyum sekilas lalu mengajak Ziva untuk mengikutinya. Hutan ini tampak lebih gelap dari sebelumnya karena dedaunannya lebih rimbun hingga menghalangi sinar matahari. Ziva memegang lengan baju Rian, takut kehilangan seseorang di depannya.
Rian rela diam mendengarkan ocehan Ziva sepanjanh jalan asalkan gadis itu tak berlari ketakutan seperti tadi. Ia justru lebih takut kehilangan gadis itu dibandingkan kehilangan jawaban saat pertanyaan-pertanyaan diberikan oleh gadis itu.
"Dek"
"Iya, Kak?"
"Kakak mau tanya sesuatu. Boleh?"
"Boleh"
"Kamu lagi suka sama seseorang? Soalnya kamu selalu ceria di sekolah"
"Ciee suka merhatiin, ya?" ucap Ziva meledek meskipun dalam hatinya salting brutal.
"Enggak. Cuma nanya aja"
"Oh, enggak sih. Lagipula Ziva gak butuh seseorang yang disukai untuk tampak ceria"
"Oke deh"
Keduanya memerhatikan pepohonan pinus yang tumbuh menjulang di sekitar mereka. Tak lupa lahan sebelah yang ditumbuhi oleh pepohonan kemiri. Meskipun hutan ini mayoritas ditumbuhi oleh pohon mahoni, damar, dan pinus. Tapi tidak menutup kemungkinan jika banyak flora lain yang tumbuh di sini. Mereka hanya berhasil melihat beberapa macam saja sepanjang perjalanan.
Seberkas cahaya menyambut mereka di ujung jalan, akhirnya mereka keluar dari rimbunnya hutan. Ziva langsung mengambil tempat duduk di sebuah pondok papan. Beristirahat dari lelahnya berjalan meskipun telah ditemani oleh Rian tadinya. Rombongan yang tertinggal sudah tampak mulai keluar dari hutan. Mereka beristirahat di tanah lapang dengan beralaskan terpal berwarna biru. Makan siang bersama dan bercerita tentang kegiatan mereka dari pagi hingga siang ini.
Ziva asik menikmati bekalnya sambil mendengarkan cerita dari orang-orang di sekitarnya. Tepat pada pukul 1 siang, rombongan kembali ke sekolah.
⚜️⚜️⚜️
Ziva dan Rian memasuki gerbang bersamaan meskipun di depan koperasi keduanya terpisah. Ziva berjalan ke arag ruang keterampilan sedangkan Rian memilih untuk mengambil sesuatu di kelasnya. Ziva disambut oleh anggota Pramuka yang hari ini akan menghafal yel-yel bersama-sama. Ziva duduk di atas matras, rasanya sangat melelahkan. Selang beberapa menit teman-temannya sudah mengelilinginya untuk mendengarkan serunya perjalanan Ziva kali ini.
Ziva bercerita panjang lebar dengan menghilangkan bagian di mana ia berjalan berdua dengan Rian. Ziva menutupinya karena tak ingin para anggota tahu akan perasaannya. Ziva menoleh ke arah pintu, tampak Rian yang berjalan memasuki ruangan, meletakkan tasnya di dekat Ziva lalu menyimak perbincangan.
"Ada yang kurang, nih, kayaknya," ucap Rian sambil melirik ke arah Ziva.
"Stt ... diem"
"Dek, kalian tahu, gak? Ada yang dikurangi tuh sama Ziva"
"Apa, Kak?"
"Dia tadi hampir nyasar, untungnya enggak"
"SERIUS? AHAHAH ZIVA ZIVA"

KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...