"Siapa tuh?"
"Apaan tuh?" tanya teman Kak Panji.
"Gak ada orang loh"
"Ya, kan semuanya pada makan"
"Ah sudahlah. Mending kita beresin dulu"
Mereka mulai membereskan piring-piring dan peralatan yang masih berserakan di sana. Muncul seekor kucing dibalik meja yang berada di sana. Sontak membuat Kak Panji dan temannya melompat kaget. Setelah mereka membereskan dapur tersebut, kembalilah mereka ke tempat para anggota yang lain berkumpul.
"Ada apa-apa gak, Kak?" tanya Bonge.
"Oh ada"
"Apaan?"
"Apaan hayo?"
"Ya apaan. Kita nanya kok malah nanya balik, sih?"
"Hayo apaan?"
"Kak ... apaan?"
"Kucing," jawabnya dengan santai.
Semua yang ada di sana menatapnya dengan tatapan datar sambil menghela napas. Yang mereka pikirkan untungnya tidak benar-benar terjadi saat ini. Semua serba aman selagi mereka menjaga sikap. Makan malam telah selesai, dilanjutkan dengan materi di dalam ruang kelas.
Mereka beramai-ramai memasuki kelas tetap dalam sebuah barisan, tidak ada yang berpencar. Duduk di kursi-kursi yang telah dirapikan sebelumnya. Materi dimulai sendiri oleh Kak Panji, satu menit dua menit mungkin mereka bisa bertahan dengan mata yang terbuka lebar. Tapi tidak dengan menit ke 15, dimana kelopak mata sudah sangat susah untuk dibuka dan tak sedikit pula orang-orang yang kepalanya sudah tergeletak di atas meja kosong. Tertidur.
"Ehhh? Kok pada tidur sih?"
"Siap ... hoaemm ngantuk"
"Kalo ngantuk ke tenda"
"Siap tidak!"
"Loh?"
"Api unggun, Kak"
Suasana di luar ruangan yang dingin memungkinkan mereka untuk terjaga sepanjang malam. Tidak dalam ruangan yang suasananya sangat mendukung untuk tidur lebih awal. Panggilan morse terdengar dari luar ruangan. Wahyu sudah berdiri di pinggir lapangan dengan kedua jari berbentuk v terangkat menandakan mereka harus membuat 2 barisan berbanjar.
"Hey kami lebah lili kami selalu berjaya, two L," nyanyi mereka keluar dari lapangan.
Setelah semua anggota berbaris, mereka melakukan pembagian tugas. Kemudian mereka berbaris membentuk barisan angkare yang ditengah-tengahnya terdapat tumpukan kayu yang akan dijadikan api unggun nantinya. Upacara api unggun di mulai, pembacaan dasa dharma oleh pembawa obor juga telah dilaksanakan. Suara itu, suara batu yang dilemparkan ke atas atap terdengar begitu jelas. Tak hanya sekali ataupun dua kali, namun sudah sering kali sejak pembacaan dasa dharma yang pertama.
"Siapa di sana?" tanya Kak Panji melihat kearah tangga menuju lapangan basket.
Suara-suara itu kembali terdengar. Bahkan semakin lama semakin bertambah keras. Tak hanya suara bebatuan, tapi juga ada sesosok hitam yang bergelantungan pada pohon pinang. Entah apa itu, tapi sosoknya terus melihat ke arah kami. Terlihat jelas karena langit masih cukup terang.
"Kami tidak mengganggu, jadi jangan menganggu kami. Kami mohon"
Suara itu berhenti tepat saat itu juga. Tidak dengan pintu toilet perempuan yang berderit nyilu. Tidak ada siapa-siapa yang tampak di sana, hanya sebuah toilet kosong dengan air yang terus mengalir. Bulu kuduk seketika berdiri dengan perasaan was-was.
"Stt ... tetap ditempat jangan ada yang berlari"
"Jangan ada yang lari"
"JANGAN ADA YANG LARI"
Mereka hanya menatapi api unggun yang belum dinyalakan. Dengan peletakkan obor dasa dharma dan obor induk yang berjumlah total 11 buah, kayu-kayu mulai terbakar. Menciptakan rona warna jingga, menghangatkan sekelilingnya. Pintu toilet mulai tertutup dengan sendirinya, tapi tak satupun yang menghiraukannya.
"Api ... api ... api api api. Api unggun sudah menyala," mereka bernyanyi bersama-sama.
Kejadian yang tadi terjadi, terlupakan begitu saja setelah berperang yel-yel antara 2 regu. Peperangan terjadi sangat sengit hingga mereka hampir saja terpecah seperti dulu lagi. Namun, semua itu terhenti karena Pak Aan mengumpulkan mereka lagi-lagi di bawah tiang bendera hanya untuk mengomeli para anggota yang kemungkinan melakukan pelanggaran atas perintah-perintah sebelumnya.
Pak Aan mengomeli mereka habis-habisan sampai suasana dinginnya malam ini terasa begitu mencekam. Mereka berusaha untuk tidak berbicara kotor sedikitpun. Tapi satu hal yang dilakukan, bermain petasan dan menimbulkan keributan.
"Kalian main petasan, bukan?"
"Iya, Pak"
"Kalian merasa ada yang terganggu, bukan? Dan kalian juga terganggu, bukan?"
"Iya, Pak"
"Kalian mengganggu sebab itu kalian diganggu. Apalagi kalian ribut cuma gara-gara yel-yel tadi"
- TBC -
Eiyoo update lagi ges. Gimana nih? Kok malah cedita horor yak, emang gitu sih terkadang hehe
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini, dan sampai jumpa di episode berikutnya ya.
Babay siap-siap double update ges
![](https://img.wattpad.com/cover/310224513-288-k166125.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Teen FictionMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...