Episode 45

15 2 0
                                    

"Yahh apaan, sih? Rupanya gugus sebelah cuma iseng doang, Kak. Pake niup morse segala, orang mau makan aja gak tenang dibuatnya," omel Tio panjang lebar setelah pergi keluar.

"Jadi, tadi bukan panggilan dari panitia, ya?"

"Bukan. Harus hati-hati, nih, sama bunyi morse"

Ziva terkekeh pelan, raut wajah Tio yang kesal membuatnya geli seketika. Rian hanya melihatnya sekilas lantas mengambil gelas dihadapannya.

"Va, kamu gak minum di bagian ini, kan?"

"Enggak, Kak"

"Oke"

Panggilan morse berulang kali terdengar di telinga mereka. Namun, mereka hanya acuh sambil bersantai. Termasuk Ziva, Vika, dan juga Rian yang kini telah duduk di kursi yang berjejeran bersama Kak Pances, menyusun strategi untuk perlombaan LCT yang akan berlangsung sebentar lagi. Mata Kak Pances beralih melihat Rian yang sudah gemetaran.

"Yan, jangan grogi ah. Di kiri dan kanan kamu ada dua cewek cantik yang siap kapan pun kamu butuh bantuan dalam menjawab soal," ucap Kak Pances sambil membenarkan baret di kepala Rian.

Rian hanya mengangguk sejenak menatap seseorang yang ahli dalam bidang percintaan. Sudahlah, beberapa hari menjelang perlombaan, sifat Kak Pances yang suka merayu juga ikut turun kepadanya. Bukan karena apa, Rian juga perlu membujuk Ziva untuk bisa bicara kepadanya beberapa waktu yang lalu. Maka dari itu, ia berguru kepada Kak Pances yang merupakan pakarnya.

"Ges ges ges! Lombanya udah mau dimulai tuh! Katanya jam 2!" teriak Noris dengan napas tersendat-sendat akibat habis berlari.

Mereka melirik ke arah jam, dan benar saja sekarang sudah jam 13.30 WIB. Dengan gesit mereka menuju ke lapangan, tepatnya ketiga orang tersebut, Ziva, Rian, dan Vika. Sesampainya di lapangan, Rian kembali gemetaran melihat orang-orang yang begitu banyak berlalu-lalang di hadapannya.

"Loh, kok, kursi dan mejanya cuma satu?" tanya Vika.

"Gak tau tuh, bukannya kita bertiga?"

"Emm kalian tunggu di sini, ya. Kakak ke WC sebentar," ucap Rian.

Belum sempat merespon, Rian sudah menghilang dari sudut mata. Keduanya menggeleng pelan sambil memerhatikan situasi sekitar yang semakin ramai. Panggilan untuk setiap perwakilan regu terdengar jelas dari arah panggung. Ziva menoleh ke kanan, kiri, dan belakangnya. Tak seorang pun dari gugus depannya berada di sana. Ia mengeluh, Rian yang menghilang semakin memperkeruh keadaan. Tiba-tiba saja ia muncul dari arah belakang Ziva dan Vika.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Ih kakak lama banget," keluh Ziva sambil memukulkan papan LJK ke arah Rian.

"Maaf"

"Kak, perwakilan tuh. Buruan!"

"Kamu aja, lah, Va"

"Kakak tuh yang laki-laki. Kakak tuh pemimpin"

"Kamu aja, Va"

Ziva yang sudah merasa kesal langsung berlari menuju depan panggung. Setelah mendengar pesan-pesan dari panitia, Ziva kembali berlari menuju Rian dan Vika yang tengah berbincang.

"Kak, Vika, dengerin sini"

Keduanya sontak menoleh ke arah Ziva, memasang telinga demi mendengar pesan yang telah ia dapatkan. Sampao saat ini belum juga nampak seorang pun dari gugus depan mereka di lapangan ini.

"Jadi, kita dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama untuk putra tiga orang dan sesi kedua untuk putri tiga orang. Sistem perlombaannya kita bergilir, bakal ada satu orang yang duduk lebih dulu dan menjawab soal semampunya dalam waktu yang telah ditentukan nantinya. Nah dua orang kagi berdiri, gak boleh bantu orang yang duduk. Kalo waktu udah habis, orang yang duduk pindah ke belakang dan orang kedua bakal menjawab pertanyaan. Begitupun seterusnya," jelas Ziva yang hanya dibalas anggukan kepala.

"Oh jadi kita gak jadi bertiga?" tanya Rian.

"Enggak, Kak"

"Lah, kakak sama siapa entar? Liat satupun gak ada yang nongol nih"

"Kakak cari Kak Wahyu, Kak Dion, Tio juga pinter, Kak"

"Oke deh. Karena sesi putra duluan, kakak cari mereka dulu, ya. Kalian juga cari satu orang lagi. Jangan lupa berdoa supaya kita menang"

"Siap laksanakan komandan"

Rian sudah berlari menuju kelas, sedang Vika dan Ziva sudah duduk di pinggir area perlombaan sambil membaca buku. Tak lama setelahnya mereka melihat Rian membawa Ade dan Dion untuk mengikuti perlombaan, Wahyu sepertinya sudah tak sanggup untuk mengikuti perlombaan kali ini, karena jumlah perlomban yang ia ampu juga cukup banyak.

"Loh Tio gak dibawa?"

"Mungkin Tio tidur"

"Hai ges!" sapa Dila menghampiri keduanya.

Tak perlu mencari, selama ini Dila juga sudah mengikuti kemana pun mereka belajar untuk perlombaam ini. Jadi, sedikit banyaknya mereka sudah saling berbagi materi secara tidak langsung. Sesi putra telah selesai, Ziva memerhatikan raut wajah ketiga kakak seniornya yang sudah berubah masam, agaknya tidak bisa menjawab soal dengan waktu yang sangat sedikit. Sesi putri akan dilaksanakan, ketiganya sudah bersiap-siap di tempat dengan urutan Vika sebagai penjawab pertama, Ziva sebagai penjawab kedua dan Fila sebagai penjawab terakhir.

"Bismillah kita bisa"

Satu menit dua menit berlangsung, Vika sudah sampai di halaman terakhir soal tersebut. Secepat kilat ia menulis, tulisannya juga tak kalah rapi saat ia menulis dengan perlahan. Waktu yang diberikan hanya tiga menit perorang. Setelah bel dibunyikan, Ziva mengambil alih kursi dengan mata yang terus beredar. Tak sedikit perwakilan setiap gugus yang merasa tertekan oleh soal. Ketika bel mulai dibunyikan, Ziva membalikkan soal dengan cepat, membaca satu persatu soal dan langsung menjawabnya.

"Sebutan lain dari PPKI ... ah masih aman"

"Gunung yang memiliki puncak tertinggi adalah ... Everest dong"

Ziva akhirnya tiba di halaman terakhir pada detik-detik terakhir ia menjawab soal. Banyak soal yang menyangkut keagamaan di sana. Ziva mengabaikannya, lantaran ia lupa materi agama karena fokus pada materi umum. Ia menyisakan tiga soal terakhir saat bel berhenti dibunyikan.

"Yok, Dil. Tinggal tiga soal lagi," bisik Ziva saat bertukar tempat.

"Hah?"

Dila yang seketika menjadi orang yang lemot tak dapat menangkap ucapan Ziva. Jantungnya berdegup kencang, takut jika Ziva menyisakan banyak soal yang belum sempat terjawab. Saat ia membalikkan lembaran soal, raut wajahnya berubah drastis. Ia terkejut lantaran hanya tersisa tiga soal yang belum terjawab di sana. Di saat semua orang masih bergelut dengan lembaran soal, gugus depan Kabamas sudah santai sambil melihat-lihat sekitarnya.

Untuk gugus depan yang masuk ke dalam final akan diumumkan pada pukul lima sore nanti. Ziva,Vika, dan Dila sudah menonton pertandingan pionering di pinggir lapangan. Yel-yel telah disorakkan untuk menyemangati setiap regu yang berada di sana. Waktu semakin sore, setiap regu yang mengikuti perlombaan LCT tadi dibariskan di depan panggung untuk mendengarkan hasil yang telah diambil oleh panitia.

- TBC -







Eiyoo ges up lagi setelah hiatus bentar ya haha

Duh kira-kira mereka masuk final gak ya? Secara saingan mereka rata-rata dari gudep ternama di kota.

Hmm ... bantu doanya, ya, semoga mereka bisa lolos ke babak final.

Jangan lupa untuk dukung aku dengan vote, komen, dan juga follow ya. Kalian bisa nih share cerita ini ke temen-temen kalian.

Sampai jumpa di next episode!! Babay



KABAMAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang