Episode 43

10 2 0
                                    

Setelah salat dzuhur dilaksanakan, para anggota Pramuka dari setiap gugus berbaris rapi di pinggir lapangan, menunggu perlombaan PBB (Pimpinan Baris-Berbaris) dimulai. Jantung Ziva sudah tak aman sejak satu jam yang lalu, selempang yang ia kenakan juga sudah dipinjam oleh Arbi.

"Baiklah, perlombaan PBB Kreasi kita buka. Penampilan akan kami acak, dan PBB pertama akan ditampilkan oleh nomor undian ...."

Mata Ziva menyipit dengan bibir berkomat-kamit. Lapangan masih lumayan basah siang ini, ia juga tak ingin tampil paling pertama, pasti groginya no kaleng-kaleng ini.

"01! Dipersilahkan kepada nomor undian 01 untuk mengambil alih lapangan"

Wahyu segera berlari menuju tengah lapangan dengan gagahnya. Lonceng yang ia letakkan di ujung stok juga berbunyi nyaring, wajahnya yang tegas mampu membuat siapapun yang melihatnya akan merasa segan.

"Panggilan kepada seluruh anggota Lebah Lili, silahkan membentuk dua berbanjar di depan saya!" titah Wahyu dengan tangan kiri terangkat menunjukkan simbol dua jari.

"Tu wa ga pat ma nam ju pan lan loh. Hei kami Lebah Lili, kami selalu berjaya. Two L!"

Mereka menunjukkan hasil latihan mereka selama berbulan-bulan. Dengan gerakan mematah ditambah lagi dengan beragam variasi serta yel-yel. Membuat orang-orang yang menonton tak merasa bosan. Ziva sempat salah menyanyikan yel-yel, dengan cepat ia berhenti lantas menyanyikan yel-yel mengikuti para seniornya. Tak sedikit kesalahan yang dilakukan, namun mereka tetap meminimalisir kesalahan.

Arbi sudah berdiri di atas punggung Ade dan Rian dengan posisi hormat. Ziva sudah melipat tangannya membuat sebuah penopang bersama teman-teman satu regunya. Kali ini, jangan sampai Arbi terjatuh.

"Selamat ulang tahun Gugus Depan Kapitan Pattimura yang ke-31. Semoga jaya selalu!" teriak mereka.

Satu detik kemudian Wahyu membalikkan badan. Bertingkah seolah menembak Arbi di atas sana, dengan cepat Arbi menjatuhkan diri ke belakang tanpa ada rasa ragu. Hap! Akhirnya Arbi tertangkap sempurna tanpa luka sedikitpun. Penampilan hari ini sukses.

Mereka memperoleh tepuk tangan penuh apresiasi dari para penonton. Sebelum akhirnya barisan bubar secara perlahan di ujung lapangan. Ziva langsung menyerobot air minum yang trlah disediakan, tak lupa membagikannya kepada para anggota yang lainnya. Ia duduk di atas ubin berwarna merah bata sambil memerhatikan gugus depan yang lain. Penampilan mereka tak jauh berbeda dengan anggota Kabamas, bahkan ada yang menjiplak.

"Untung kita duluan, kalo enggak ... udah pasti dibilang jiplak penampilan orang lain, sih"

"Iya juga, ya, Kak"

Ziva merotasikan matanya. Pepohonan yang berbaris di sepanjang jalan tampak lebih hijau, cahaya mentari juga menjadi lumayan terik siang ini. Ziva melihat punggung Rian yang kini duduk di sebelahnya. Ia tertawa pelan.

"Kenapa ketawa? Sakit tahu"

"Nggak ... ituloh. Beli di mana baju yang ada cap sepatu gitu?"

"Stt ... diem kamu, Va"

Ziva semakin tertawa membuat Rian menyemprotkan air minumnya ke arah wajah Ziva. Ziva benar-benar kesal dibuatnya.

"Eh eh lihat tuh ada semangka," ucap Dila ketika melihat gugus depan lain memakai tato wajah loreng-loreng layaknya kulit semangka.

"Eh eh yang itu trisulanya Raja Neptunus"

Ziva tertawa begitu saja lantas mengedarkan pandangan. Tampak seorang penjual aksesoris di ujung lapangan. Banyak sekali seniornya yang mampir untuk membeli name tag. Tapi tidak dengan dirinya yang memikirkan keperluannya yang lain. Itung-itung menghemat demi keperluan mendadak selama 2 hari kedepan.

Perlombaan PBB berakhir tepat pada pukul lima sore. Semua anggota pramuka dari berbagai gugus depan bubar dari lapangan, memasuki kelas masing-masing dan berisitirahat. Marsha dan beberapa senior lainnya mulai memasak lauk-pauk untuk makan malam, sedangkan yang lainnya sudah duduk rapi di dalam kelas. Ziva merapikan sepatu-sepatu dengan tali merahyang seragam. Mereka menyeragamkan tali sepatu bahkan sepatunya, sejujurnya sepatu mereka satu dalam tahun ini sama. Sejak angkatan Ziva memasuki sekolah menengah pertama, peraturan mengenai sepatu mulai berubah. Jadi, mereka tak perlu ambil pusing soal sepatu.

"Va, kamu simpen di mana lambang Lili yang salah tadi?" tanya Rian.

"Oh itu di dalam tas"

Rian hanya mengangguk singkat. Saat berangkat tadi, Ziva baru menyadari jika lambang yang ia kenakan berbeda dengan teman-temannya. Lambangnya berwarna putih sedangkan milik teman-temannya berwarna kuning. Terpaksa Ziva mencopot lambang itu secepatnya agar tidak menjadi pertanyaan di mana-mana.

"Eh eh sini dulu, kumpul sebentar," panggil Dion.

Dengan segera angkatan ke tujuh Kabamas berkumpul mengelilingi Dion dan Wahyu. Memasang telinga demi sebuah informasi.

"Kalian sudah tahu belum Kabamas itu dari mana? Kan, kalian lihat gudep lain tuh, ada yang namanya Sentot Ali Mustafa (SAM), ada yang namanya Pangeran Diponegoro, dan masih banyak lagi. Terbesit gak, sih, dalam benak kalian pertanyaan tentang Kabamas?"

"Siap iya Kak"

"Gugus depan kita itu bukan diambil dari nama pahlawan, nama seseorang, atau bahkan nama-nama gebetan kalian. Jadi, kalau kata Pak Hadi dulu ... Kabamas itu diambil dari kata 'Kaba' yang berarti Gunung Kaba dan 'Mas' yang artinya Danau Mas. Karena di kabupaten kita terdapat dua destinasi wisata populer itu, makanya gugus depan kita dinamakan KabaMas"

"Oohh lalu warna bendera regu?"

"Nah Kaba tadi, kan, gunung. Jadi, kita mengambil warna hijaunya untuk bendera Lili. Dan warna biru regu Lebah diambil dari danau"

"Ooh paham-paham"

"Jadi, kalau kalian suatu saat ditanya di sini atau dimana pun. Kalian bisa menjawabnya"

Adzan maghrib berkumandang, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ziva dan teman-temannya langsung melangkahkan kaki menuju mushala yang berada di ujung bangunan. Sebelum imam mengucapkan takbir, dengan cepat Ziva memakai mukenah yang telah ia bawa. Banyak faktor yang membuat Ziva tak dapat khusyuk, yang pertama ia tak benar-benar berniat, kedua teman-temannya yang entah mengapa malah mengobrol di dekatnya, dan satu hal lagi, yang ketiga ada salah seorang regu putra dati gugus depan SAM yang berjalan terburu-buru lantas sarung yang ia kenakan melorot.

Dalam hati, Ziva terus beristighfar, begitu banyak cobaan baginya saat melaksanakan salat kali ini. Setelahnya tepat pada pukul delapan malam, perlombaan pentas seni dimulai. Anggota Lili yang mendaoat bagian pentas seni langsung di dandani sedemiikian rupa agar terlihat cantik, tak lupa dengan pakaian tari. Lalu bagaimana dengan anggota Lebah? Tak satupun dari mereka yang membawa baju untuk menari, alhasil mereka mengenakan baju pramuka ditambah sarung yang diselempangkan.

Waktu tampil masih sangat lama, Ziva sudah tak tahan menunggunya. Ia memilih menonton sambil tertidur di tengah lapangan, di antara gudep lainnya.

- TBC -











Eiyoo ges akhirnya up jugak 😭
Huaa dah lama banget gak nulis, sibuk sih hehe

Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow ya. Dan jangan lupa promote ke teman-teman lainnya ya.

Day 1 perlombaan telah usai. Sampai jumpa di next episode babay !!!








KABAMAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang