Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota Pramuka gugus depan Kabamas. Sore nanti mereka akan melaksanakan perkemahan pertama pada tahun ajaran baru ini. Di saat semua orang memikirkan pelajaran pada pagi hari di sekolah, lain halnya dengan Ziva yang sudah berkhayal entah kemana. Dia memang seperti itu orangnya.
"Ziva, nanti kamu ikutan, kan?" tanya Jesika yang sudah berdiri di sebelah mejanya.
"Ikut. Udah dapet izin juga kok"
"Oke deh"
Ziva kembali termenung, lagipula pagi ini adalah jam kosong. Tidak biasanya jam kosong pagi-pagi, biasanya jam kosong itu adalah jam setelah istirahat atau sebelum pulang. Sekarang malah jam pertama. Ziva sudah mendapatkan izin dari orang tuanya, sangat mudah mendapatkan izin untuk perkemahan karena memang Ziva berantusias terhadap hal ini. Juga jarak antara sekolah dan rumah yang terbilang cukup dekat dan sekolah yang berada di pinggir jalan membuat orang tuanya tak perlu khawatir.
Bel istirahat berbunyi. Ia melangkahkan kakinya ke kantin yang ada di dekat lapangan basket bersama teman-temannya. Lapangan basket yang berada di bawah adalah lapangan yang sangat jarang ia kunjungi. Selain tidak ada keperluan, belanja di kantin sana juga agak ribet karena banyak siswa yang berada di sana. Apalagi kantin yang berada di ujung, disana selalu diisi oleh kebanyakan siswa yang bisa dikatakan berandalan.
"Va. Kamu gak jajan gitu?"
"Ah enggak, lagi gak mau jajan"
"Ya udah. Kalo gitu tunggu di sana aja, ya. Aku gak lama kok"
Ziva menunggu dengan berdiri di pinggir lapangan. Ia melihat sekelilingnya, sangat ramai dibandingkan lapangan yang ada di depan kelasnya. Lapangan di sekolah ini terbagi menjadi 3, ada lapangan atas, lapangan tengah sebagai lapangan utama, dan lapangan bawah yaitu lapangan basket. Kelas Ziva berada di lapangan atas, tempat yang sangat jarang di kunjungi oleh orang karena hanya ada satu kantin saja di sana.
Ia melihat seseorang sedang berjalan menuju kantin. Melewatinya begitu saja dan Ziva hanya bisa menyeringai dengan mata yang terus melihat ke arah orang tersebut. Tidak lain dan tidak bukan, ia adalah Adriansyah sosok yang sangat ia kenal. Kenal nama dan wajahnya saja, sifat dan semua ceritanya belum ia kenali seutuhnya. Kenapa pula dia harus mengenali semuanya?
"Duh gak enak kalo gak nyapa. Tapi dia juga, kan, gak kenal sama aku. Bodo amat ah," batin Ziva menutup bibirnya rapat.
"Yuk ke kelas, disini rame banget," ucap salah seorang teman Ziva sambil menepuk pundaknya.
"Oh udah selesai. Ya udah ayo"
Mereka berjalan menuju lapangan atas, meninggalkan keramaian kantin yang sudah seperti segerombolan semut yang keluar dari sarang. Jika dilihat dari atas bisa-bisa geli sendiri jadinya.
⚜️⚜️⚜️
Siang harinya, sepulang sekolah Ziva memasuki rumahnya. Membereskan semua perlengkapan sekolahnya, mandi meskipun ini siang hari, melaksanakan shalat Dzuhur dan tetap memakai seragam Pramuka. Kini ia telah duduk di meja makan dan berniat untuk makan siang terlebih dahulu sebelum berangkat untuk berkemah.
Ia makan dengan terburu-buru setelah melihat jam yang tergantung di dinding. Sudah hampir telat dari waktu yang ditentukan untuk berkumpul. Bahkan ia sampai beberapa kali tersedak karenanya.
"Pelan-pelan kalo makan. Gak ada yang minta juga"
"Udah mau telat, Bu. Gimana nih?"
"Sabar, tenang, gak bakal telat"
Ia mulai mengunyah dengan perlahan. Toh si Vika juga belum datang menjemputnya. Setelah selesai makan, Ziva mengecek perlengkapan di dalam tas ransel miliknya. Tak ada yang kurang, justru malah bertambah dari list yang telah ditentukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
KABAMAS [Selesai]
Fiksi RemajaMenang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang itu adalah sebuah proses di mana seseorang bertekad untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik dibandi...