Episode 14

20 3 2
                                    

Ziva mengambil setangkai mawar berwarna merah muda tersebut, melihat Rian yang sedang duduk dikelilingi teman-temannya. Raut wajahnya benar-benar berubah, tidak ada tanda bahagia di sana. Ziva perlahan berjalan meskipun sedikit takut untuk menghampirinya, takut jika Rian ikut melampiaskan rasa kesalnya.

"Ehmm ... Kak Rian," panggil Ziva.

"Iya?" tanya Rian dengan pandangan kearahnya.

"Ini bunganya mau kakak buang gitu?"

Rian melihat kearah tangan Ziva yang memegang setangkai bunga itu, ia tersenyum sekilas lalu menatap mata gadis itu. Ziva yang ditatap hanya memasang wajah polosnya seperti tidak tahu apa-apa.

"Kamu simpan aja kalau mau, sayang kalo dibuang"

"Hah? Buat Ziva?"

"Kalo mau, kalo gak mau ya udah"

"Enggak mau. Kan punya kakak"

"Jadi, gak mau? Sini biar kakak buang"

"Nih," ucap Ziva memberikan bunganya.

Rian melihatnya lalu beralih ke bunga yang kini berada di tangannya. Ia meraih tangan gadis itu lalu memberikannya secara cuma-cuma, katanya sayang kalau dibuang. Harganya tak seberapa tapi usaha dibalik bunga itu yang sebenarnya perlu dihargai, apalagi perasaannya.

"Buat kamu"

"Hah?"

"Iya buat kamu"

"Gimana sih?"

"Kan sayang kalo dibuang. Siapa tahu lebih bermanfaat kalo sama kamu"

"Beneran?" tanya Ziva dengan wajah sumringahnya.

"Iya"

"Nanti Ziva siram ah biar berkembang biak"

"Ada-ada aja," ucap Rian dengan tawa menyusul.

Ziva melihatnya, melihat tawa itu lagi meskipun hanya sebentar. Setidaknya ada sedikit obat yang menutup lukanya. Gadis itu memegang bunganya lalu berjalan pulang bersama teman-temannya berhubung hari sudah sore. Waktu benar-benar tak terasa jika dijalani bersama orang-orang yang mengisi waktu itu dengan kebahagiaan.

⚜️⚜️⚜️

Di dalam angkot, Ziva duduk sedikit berjauhan dengan Adriansyah. Ia mendengar Arbi dan Bojes yang asyik bercerita tentang pelajaran dan guru-guru di sekolah dan beberapa rencana untuk ke depannya. Ziva tertawa dan tanpa sadar matanya mengarah kepada Adriansyah yang hanya berdiam diri melihat jalanan.

Senyum Ziva memudar, memperhatikan kembali bunga di tangannya. Bunga yang seharusnya diambil oleh Kak Anna tadi, bunga yang seharusnya tidak berada di tangannya saat ini. Tapi apa boleh buat, Adriansyah sendiri yang memberikannya kepadanya. Satu persatu dari mereka mulai turun dan menghilang di ujung jalan, termasuk Rian yang meninggalkan angkot tanpa sepatah kata apapun.

⚜️⚜️⚜️

Hari ini tepat pada hari Kamis. Semua anggota sudah sibuk mengganti pakaian sejak pulang sekolah, berkumpul, makan siang sebelum latihan hingga berpencar kemana-mana dengan urusan yang berbeda-beda. Ziva dan Vika duduk di kantin sambil memperhatikan langit yang berwarna biru cerah, tak terlalu panas tampaknya hari ini.

"Dek! Sini bantuin dong!" teriak Marsha dari ruang ketrampilan.

Lekas mereka berdua berjalan ke arah ruang ketrampilan. Banyak singkong di teras ruangan tersebut, beberapa darinya sudah dibakar oleh Wahyu dan Dion di depan ruang ketrampilan. Ziva melirik ke belakang ruangan dimana banyak pohon singkong di sana, ia menghela napas, rupanya dari sana mereka mendapatkannya.

KABAMAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang