Part 12

19.1K 2.2K 122
                                    

Setelah beberapa menit mereka berpelukan, Cybele akhirnya melepaskan pelukannya "apa panic attack mu sudah membaik?"

Albert yang mendapatkan pertanyaan itu seketika menautkan alis "bagaimana kau tahu bahwa aku memiliki serangan itu?"

"Saat kau sadar berada disana, tubuhmu gemetar dan kau mulai berkeringat dingin, bukankah sudah jelas bahwa kau memiliki panic attack atau ya anggaplah demam panggung kalau begitu" jawab Cybele lancar.

Albert menggeleng "aku tidak memiliki demam panggung tapi ya ketika menjadi pusat perhatian dari begitu banyak orang, aku akan hmm seperti tadi" akunya malu.

Cybele tersenyum dan entah dorongan darimana, tangan Cybele terulur untuk mengusap kepala Albert "tidak perlu malu, kamu hanya cukup menjadi lebih percaya diri, mereka semua memandangmu karena kamu memiliki apa yang tidak mereka miliki, entah paras, bakat, kekayaan, kepintaran, apapun itu. Ingatlah jangan memandang dirimu rendah bila tidak ingin orang lain memandangmu seperti itu, semua dimulai dari diri sendiri".

Wajah Albert seketika memerah, perlakuan Cybele terlalu mengguncang hati dan pikirannya "hmm Cybele?" lirihnya.

Cybele menarik tangannya dari kepala Albert sembari bergumam "hm?".

Albert menghirup nafas berat sebelum dengan berani menatap dalam kedua bola mata indah Cybele "sepertinya aku menyukaimu, bolehkah? A..aku menaruh ketertarikan sejak pertama bertemu denganmu saat itu, mungkin cinta pandangan pertama?" jujurnya sekaligus bertanya karena memang dirinya juga tidak begitu paham akan definisi 'cinta'.

Mendengar pernyataan dadakan seperti itu membuat Cybele terkesiap karena terkejut sebelum akhirnya tersenyum lembut "aku tidak melarang siapapun menyukaiku, itu hak setiap orang dan aku tidak memiliki kuasa untuk mengontrol itu. Tetapi Albert, ketahuilah bahwa aku tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama karena bagiku perasaan yang timbul karena pandangan pertama atau pertemuan singkat tidak lain hanya karena rasa tertarik pada fisik orang itu, egoisme yang timbul karena rasa ingin memiliki pasangan dengan paras menawan hingga mampu untuk dibanggakan atau ada sesuatu yang berbeda dari orang itu yang membuatmu tertarik bahkan sampai merasa tertantang. Dan itu bukanlah cinta Albert. Itu penasaran dan setelah rasa penasaran itu terjawab, rasa 'cinta' yang sebelumnya disebutkan berubah kata menjadi 'jenuh', padahal sedari awal memang itu bukanlah cinta dan rasa jenuh yang dimaksud adalah hatimu mulai sadar bahwa kalian memang bukan orang yang tepat untuk bersama. Jadi Albert, sebelum menyatakan cinta sebaiknya kenali dulu siapa dia, bagaimana kekurangannya, selami lah lebih jauh agar kau mengerti perasaanmu yang sebenarnya. Karena ketika kau salah mengartikan itu, kau bisa saja menyakiti mereka yang jatuh pada perasaan sebenarnya".

Tidak hanya Albert yang menyimak 'edukasi' Cybele melainkan beberapa anggota BEM dan bahkan dosen yang memang sedari awal menjadi penonton mereka itu cukup tercengang dengan jawaban Cybele atas pernyataan cinta seorang tuan muda Zovanka. Cybele tidak menerima namun tidak menolak hingga membuat harga diri Albert tidak jatuh. Dan jawaban Cybele menyentil beberapa ego pria yang berada disana karena setelah dipikir kembali, ucapan Cybele itu masuk akal. Mereka semakin mengagumi sosok Cybele yang tergolong dewasa dan bijaksana dalam memilih kata agar tidak menyakiti lawan bicaranya. Semakin mengenal Cybele, beberapa dari mereka semakin yakin bahwa mereka sungguh menyukai Cybele dan tidak dapat dipungkiri bahwa mereka memiliki hasrat ingin memiliki.

Albert pun cukup puas dengan ucapan Cybele, Cybele memang berbeda dan ya, itu membuatnya penasaran seberapa sempurnanya seorang Cybele namun dirinya yakin bahwa Cybele adalah perempuan yang tepat untuk bersanding dengannya, selain paras, sikap yang ditunjukkan Cybele sejauh ini mampu meluluh lantakan hatinya yang sebelumnya tidak tertarik dengan hubungan asmara. Albert akan membuktikan perasaannya dan sebisa mungkin berusaha agar Cybele membalas perasaannya suatu hari nanti "aku mengerti tapi Cybele, keputusanku tetap sama diluar definisi cinta yang kamu artikan. Aku menyukaimu dan ya! Aku tertarik padamu. Diluar kata cinta, dalam hubungan tidak selalu tentang itu bukan? Hubungan yang serius mengarah pada pernikahan dan itu tidak cukup hanya dengan cinta. Keyakinanku semakin bertambah padamu sejak saat ini bahwa kau memang perempuan terbaik yang akan mendidik anakmu kemudian hari dan ku harap itu adalah anakku juga. Jadi Cybele, aku akan memastikan perasaanku seperti saranmu agar tidak menyakitimu dikemudian hari dan bila perasaanku sudah terbukti benar maka berilah aku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta padaku karena saat ini keputusan ku melabuhkan diri adalah dirimu" entah kemana sikap malu-malunya, kini hanya ada ketegasan dalam setiap penuturan katanya.

"Nona, laki-laki ini benar-benar tulus"

Cybele menatap kedua bola mata Albert sembari membalas ucapan Zero dalam hati 'aku tahu itu Zero'

"Tidakkah anda tertarik?"

Cybele, "seperti katanya tadi bahwa hubungan yang serius itu menuju pernikahan dan aku tidak suka bermain-main dengan status pacaran semata jadi memutuskan siapa sosok itu haruslah penuh pertimbangan"

"Saya mengerti nona"

Cybele tersenyum kepada Albert dengan lembut "aku suka keterus teranganmu. Satu hal kesamaan kita saat ini yang ku ketahui bahwa kita adalah orang yang berkomitmen dalam suatu hubungan. Kalau begitu aku tidak melarangmu untuk berusaha membuktikan seberapa serius tekadmu tapi ku tegaskan dari sekarang bahwa hati tidak dapat dipaksakan. Walau aku adalah pilihan 'ideal' mu untuk dijadikan pasangan tapi sebuah keharmonisan tetap memerlukan perasaan didalamnya, jadi pastikan bahwa kau memenuhi 2 syarat mutlak bagiku itu untuk dapat bersamaku".

Albert tersenyum "akan ku ingat itu. Terimakasih. Jadi dimulai dari, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" sambil menyodorkan handphone nya.

"Sure" Cybele mengambil handphone Albert dan saat melihat wallpaper gadis kecil di layar itu, mata Cybele menyipit karena merasa familiar dengan wajah gadis kecil itu hingga setelah beberapa saat, kepalanya begitu sakit seolah telah terbentur batu besar. Reflek tangan Cybele menjambak rambutnya sendiri membuat Ian yang sedari awal fokus pada Cybele langsung berlari ketika menyadari tubuh Cybele akan limbung.

Albert yang sedari tadi fokus menatap ponsel di genggaman Cybele karena antusias akan mendapatkan nomor Cybele seketika tersentak ketika Cybele tiba-tiba limbung dan ditangkap oleh pemuda lain.

"Hei hei kamu kenapa?!" Ian panik melihat raut kesakitan Cybele.

"Cybele! Ada apa?" Albert yang tersadar juga langsung mencoba menahan Cybele agar tidak menjambak rambutnya.

Cybele sama sekali tidak menyaut, dirinya berusaha agar tidak berteriak namun rasa sakit itu terus menghunjamnya hingga cairan kental mengalir dari hidungnya. Teriakkan kekhawatiran orang-orang hanya seperti dengungan di telinga Cybele hingga akhirnya lagi, dirinya pingsan dalam dekapan Ian.

"CYBELE! Astaga! Kita ke Rumah Sakit sekarang!" perintah Albert.

Ian sendiri setelah mengusap noda darah dari hidung Cybele, langsung menggendong Cybele mengikuti Albert karena dirinya sadar bahwa dia sedang tidak membawa mobil.

"Dua kali kamu pingsan karena sakit. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa kamu memiliki penyakit parah? Aku tidak mengerti tapi aku sangat khawatir, aku akan memastikan tubuhmu di cek menyeluruh nanti di Rumah Sakit" lirih Ian sembari beberapa kali melirik wajah pucat ternoda darah Cybele tanpa menghentikan jalannya menuju mobil Albert.



TBC

------

Suka ship mana?

Cybele – Albert?

Cybele – Ian?

Cybele – Andreas?

^_^

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang