Barnett dan Eldon saling berhadapan di sebuah ruang kerja milik Barnett, yang berada di istana Vandetta.
Tidak lupa bukan bahwa Barnett adalah Pangeran Kedua Kekaisaran Vandetta? Sehingga tak aneh bila dirinya memiliki ruang pribadi di istana Vandetta ini.
"Saya tidak ingin berbasa-basi terlalu banyak, itu sebabnya saya tidak menawarkan minuman. Apa yang ingin Duke Eldon sampaikan pada saya?" Barnett duduk dengan posisi bersedekap dada dan menyilangkan kaki, menatap malas pada Eldon yang duduk tegak penuh kekakuan di seberang sofanya.
Eldon mengambil nafas kecil. Sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menatap Barnett. "Saya disini ingin meminta maaf dan berterimakasih." Tenggorokan Eldon rasanya tercekat memikirkan apa yang ingin disampaikannya.
Alis Barnett bertaut, memprediksi alasan ungkapan maaf dan terimakasih dari pria di depannya. Barnett yakin ini pastilah menyangkut putri tercintanya.
Merasa Barnett tak menjawab, Eldon tak mempermasalahkannya. Barnett memang dikenal dengan karakter yang dingin dan kejam. Jadi, Eldon tidak mengharapkan keramah tamahan seorang Archduke di depannya ini sejak awal. Terlebih layangan permusuhannya itu pastilah terjadi karena kesalahannya juga perihal sang putri.
"Saya ingin menyampaikan maaf karena sudah menganggu waktu Archduke dan mengenai kejadian tak mengenakkan perihal Bella... ah! Maksud saya nona muda La Christ. Saya sungguh menyesal." Ujar Eldon dengan tatapan menyendu. Untuk menyebut nama putrinya sendiri saja, Eldon sudah tak berhak. Terlebih pelototan Barnett ketika dirinya mengucapkan nama lahir putrinya.
Barnett masih diam dan tak menjawab apapun.
Eldon, "saya juga berterimakasih karena Archduke menjadi sosok ayah yang sempurna bagi putri saya, nona muda La Christ. Dan kedepannya saya memohon pada Yang Mulia Archduke agar selalu mengasihinya dan tidak pernah berubah. Dan saya berjanji saya tidak akan pernah lagi menampakkan diri saya dan keluarga saya di hadapan Archduke dan putri saya nona muda La Christ lagi."
Tanpa mampu ditahan. Setiap Eldon mengucapkan kata 'putri saya' dalam hatinya. Air mata menetes tanpa tahu malu. Eldon sudah tak peduli bagaimana Barnett menilainya saat ini. Eldon hanya ingin mengungkapkan hal yang dirasa perlu disampaikan.
Eldon juga lebih memilih menggunakan kata 'nona muda La Christ' daripada menyebutkan nama baru putrinya yang membuat lidahnya begitu kelu.
Ekspresi dingin Barnett sedikit meluruh. Dari kalimat singkat itu saja, Barnett sudah mampu menyimpulkan bahwa ini adalah sebuah perpisahan. Jadi Barnett merasa, tak perlu dirinya terlalu keras lagi. Toh, ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka.
"Mungkin ini tidak penting untuk diketahui namun bila suatu hari nanti nona muda mungkin mencari kami. Kami mungkin sudah berada jauh di luar wilayah lima Kekaisaran besar ini. Satu minggu lagi, saya, istri saya, dan kedua putra putri saya, akan pergi. Kami berniat memulai hidup baru sebagai rakyat biasa di wilayah baru. Dan kami memutuskan untuk tidak pernah kembali lagi."
Suara Eldon melirih. Ini memang sudah menjadi keputusan bersama di dalam keluarganya. Mereka merasa sudah perlu memulai hidup baru tanpa bayang-bayang masa lalu.
Meski sulit. Eldon sudah jelas melihat bahwa putrinya, Bella, sudah bahagia dan sedikitpun tak mengingat dirinya maupun kakak kandungnya sendiri.
Jadi, sudah cukup Eldon dan Delwyn menyiksa batin mereka dengan penyesalan beberapa tahun ini. Eldon juga tidak tega dengan istrinya yang masih senantiasa bersamanya meski sempat Eldon tak acuhkan keberadaannya.
Meski berat. Eldon masih memiliki Lolita yang membutuhkan dukungan mental darinya. Sejak membaiknya kondisi Lolita pasca kejadian tempo lalu. Lolita selalu diam dan tak ceria lagi. Binar matanya redup dan selalu memancarkan perasaan bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0
Fantasy"Selamat siang dan selamat datang di dunia baru anda, Cybele Delia Pallas" Gadis itu menautkan alis sembari menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, bersyukurnya dirinya bukan orang penakut "siapa yang berbicara?". "Perkenalkan saya Zero...