S2 - Part 69

3.3K 336 1
                                    

"Lihatlah ini." Angelina dengan senang menunjukan Spirit Beast nya yang berbentuk kelinci dengan telinga berwarna merah muda. Tampak menggemaskan.

Albertus terkekeh geli dengan antusiasme Angelina itu.

Meski Spirit Beast yang bersedia meminang Angelina sebagai tuannya, berupa kelinci. Namun, kelinci tersebut memiliki kemampuan memberikan racun. Sehingga untuk Angelina yang ber elemen tumbuhan. Akan membuat penyerangan maupun pertahanan Angelina menjadi lebih mematikan bila di padu padankan dengan racun.

Kelinci putih bertelinga merah muda itu pun, mampu membuat Angelina berteleportasi meski hanya dalam jarak tiga meter.

Terdengar tidak berguna? Namun bila digunakan untuk serangan. Ini cukup mengecoh dan merepotkan. Bila gerakan Angelina gesit pun, tak ayal, lawan akan kelabakan menghadapinya. Terlebih tak ada batas penggunaan teleportasinya dan tanpa perlu mengeluarkan mana juga. Itu murni kekuatan yang didapatkan bila berhasil berkontrak darah.

"Kelinci adalah hewan yang lincah. Kau harus mulai meningkatkan kemampuanmu dalam bidang kecepatan agar kekuatanmu menjadi sempurna." Saran Albertus pada Angelina yang senantiasa mengusap lembut kelinci miliknya.

Tanpa membantah, Angelina mengangguk.

"Kapan kau akan memulai melakukan ikatan kontrak?" Sembari mulai meninggalkan area hutan Darkash, tempat dimana para binatang guardian banyak ditemukan itu.

Berjalan beriringan membuat pipi Angelina merona. Hari ini rasanya sangat membahagiakan karena akhirnya dapat menghabiskan waktu bersama laki-laki yang disukainya. "Ah kalau itu aku harus tanyakan dulu pada ayahku."

Albertus mengangguk. Karena ikatan kontrak biasanya memang memakan waktu lama. Pasti diperlukan seseorang menjaganya dan memastikan keadaan tubuhnya pun stabil. "Beritahu aku bila kau akan memulai pengikatan itu."

Kepala Angelina memiring karena bingung dengan maksud Albertus yang tiba-tiba memintanya memberitahukan kapan Angelina akan melakukan kontrak darah itu. "Untuk apa, kak?" Meski demikian, bolehkah Angelina berharap untuk sesuatu? Misal khawatir atau takut merindukannya?

Mendapati pertanyaan ini dari Angelina, sesungguhnya Albertus juga bingung harus menjawabnya. Karena memang hanya ingin tahu saja. Setidaknya Albertus jadi tidak bingung bila tidak mendapati Angelina yang agresif, menghilang dari sekitarnya.

Hanya penasaran saja. Ya. Hanya penasaran... kan?

"Hanya ingin tahu." Jawaban Albertus justru membuat Angelina kecewa. Dirinya baru saja sempat percaya diri bahwa Albertus akan merasa kehilangan dan membutuhkan kabar. Tapi ternyata memang hanya Angelina yang terlalu berharap.

Angelina memberikan senyum simpul. "Baiklah. Terimakasih atas bantuannya hari ini, Pangeran. Sepertinya sepupu saya telah menjemput saya."

Alis Albertus mengernyit merasa tidak nyaman. Bukankah sebelumnya Angelina sudah sempat berbicara tidak formal? Mengapa sekarang menjadi formal kembali, seolah mereka menjadi orang asing.

Tak ingin memusingkannya dan merasa itu adalah hak Angelina. Albertus hanya mengangguk sembari tersenyum ramah.

Keduanya telah keluar dari hutan Darkash dan terlihat sebuah kereta kuda milik Angelina dan kuda milik Albertus. Terlihat pula ada Andrez tengah menanti adik sepupunya sedari tadi.

"Bagaimana? Apa kau mendapatkannya?" Andrez menyerbu Angelina yang kini telah berdiri di hadapannya.

Dengan cengiran khas Angelina, dirinya mengangkat kelinci dalam gendongannya dengan gembira.

Andrez tertawa melihat Angelina yang terlihat puas. Bersyukur Angelina tidak berkecil hati karena hanya mendapatkan binatang imut.

Kini atensi Andrez teralihkan pada Albertus. Saking akrabnya hingga Andrez bahkan berani melupakan eksistensi Pangeran Mahkota itu. "Terimakasih karena repot-repot ingin membantu adikku."

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang