S2 - Part 55

5.9K 743 24
                                    

"Zero, apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku sungguh dibuat buntu dengan keadaan ini. bagaimanapun aku merasa tidak ada salahnya mengabulkan keinginan Lolita karena bagaimanapun juga aku telah memiliki papa Barnett, aku tidak peduli sekalipun ayah dan kakak kandung yang raganya kutempati ini melupakanku, faktanya, jiwaku bukan lagi jiwa keluarga mereka. Aku merasa tidak berhak menyalahkan Lolita karena tanpa ulahnya dan ibunya, aku tidak akan bertemu dengan sosok ayahku di dunia ini bukan? Aku mungkin egois namun jiwaku diuntungkan disini walau raga dan jiwa Bella menjadi korban mereka. Aku bingung. Aku merasa tidak pantas menyalahkannya tapi aku juga gatal ingin membuatnya jera dan menyadari kesalahannya pada Bella. Apa yang harus ku lakukan, Zero?" Niesha terus merenung membayangkan apa yang sebaiknya dirinya lakukan.

"Anda bisa menarik sihir hitamnya dengan elemen cahaya milik anda, nona. Menurut saya, kehilangan kemampuan elemen pada dunia ini itu sama dengan dirinya tak berguna, menurut saya, ini akan menjadi hukuman yang tepat baginya. Sisanya biarkan alam yang menghukumnya secara garis karmanya"

Niesha memejamkan matanya sejenak karena pusing dengan keanehan hidup dunia ketiganya saat ini. Damian yang sesungguhnya sedari tadi mendengar akhirnya memutuskan untuk menangkup wajah Niesha "sesungguhnya aku ingin bertanya, dengan siapakah selama ini kau berbicara, Sha?", pertanyaan Damian langsung membuat Niesha tersentak dengan mata membulat menatap Damian gelisah.

Damian, "Zero? Siapa dia? Sudah lama aku penasaran dan ingin bertanya namun seperti baru saat ini aku dapat menanyakannya langsung padamu"

Niesha semakin kalut, bukankah seharusnya hanya dirinya dan Zero saja yang mengetahuinya?

"Tidak. Kami pun dapat mengetahuinya" jawab kedua naga milik Niesha yang memang memahami segala pikiran Niesha karena keterikatan kontrak.

Damian yang mengerti bahwa Niesha gelisah langsung menarik tangan Niesha duduk dan lalu kembali menggenggam tangan Niesha "jangan takut. Kami tidak akan mencelakakanmu. Kami hanya bertanya-tanya, dengan siapa kau berbincang karena kau bukan tengah berbicara dengan spirit beast mu. Kalau kau bertanya-tanya mengapa kami bisa tahu, jawabannya mudah, kedua spirit beast mu itu telah terikat kontrak denganmu sehingga mereka dapat melihat ingatan di seluruh kepalamu dan tentunya memasukki pikiranmu dengan mudah. Sedangkan aku, mendengar pikiran adalah kemampuan bawaan dari spirit beast ku yang seekor Pheonix, itu sebabnya Pheonix dikenal tidak pernah dapat dibohongi dan dimanipulasi" jelas Damian panjang lebar.

Niesha terdiam sesaat sebelum suara Zero menuntunnya "katakan saja, bukan hal besar bila mereka mengetahui keberadaan saya, nona"

Akhirnya dengan pilihan bulat, Niesha ikut membalas tatapan Damian disisinya "Zero..."

"... Zero adalah keluargaku. Setidaknya itulah yang kurasakan" jawab Niesha dengan suara perlahan membuat Damian terdiam, berusaha tidak menyela kalimat yang hendak diutarakan oleh Niesha.

Niesha, "dia ada sejakku mengenal suatu dunia baru yang cukup rumit jalan hidupnya. Dia tidak terlihat namun eksistensinya ada di pikiranku. Dia menuntunku, melindungiku, dan banyak hal lainnya yang sulit untuk ku jelaskan. Bila kau mendengar seluruh perbincanganku, kau pasti tahu bahwa Zero bukanlah suatu hal yang jahat, dia justru membuka mataku agar tersadar bahwa wawasanku mengenaiku kehidupan ternyata masihlah rancu. Ya, itulah Zero bagiku"

"Nona..."

Niesha terkekeh mendengar suara mendayu namun khasa suara elektronik mesin, membuatnya terdengar lucu dan aneh "jangan terharu begitu, Zero" ucap Niesha tidak lagi sembunyi-sembunyi.

Damian menatap Niesha aneh "apakah dia seorang pria?" tanya Damian pelan sembari memainkan jari Niesha pelan, gugup.

Spontan alis Niesha terangkat sebelum suara tawa terdengar begitu nyaring dari kedua naga milik Niesha "apakah dia cemburu dengan Zero yang bukan makhluk hidup?" tanya Black Dragon, tidak benar-benar bertanya, hanya berniat mencibir.

Kekehan white dragon yang lembut mengalun "bukankah sudah terlihat jelas?"

Niesha pun hanya tertawa kecil dengan tingkah Damian dan lihatlah betapa lucunya Damian saat ini dengan wajah memerah "berhenti menertawakanku" desis Damian karena sudah tidak tahan dengan tatapan mengejek Niesha "se.. sebaiknya pikirkan dulu nona muda Albern hendak di tindak lanjuti bagaimana" alih Damian agar tidak membahas Zero kembali.

Niesha langsung melunturkan tawanya dan tanpa kata memainkan serulingnya untuk menyadarkan Lolita.

Niesha, "apa kau keberatan bila aku menghilangkan elemennya?" tanya Niesha memandang Lolita yang mengerjap namun pertanyaan itu ditujukan pada Damian seolah memerlukan konfirmasi pembenaran.

Damian menggeleng "dia pantas menerimanya, lagipula kita bukan mengambil nyawanya, sisanya biar hukum akademi dan kekaisarannya yang menindaklanjutinya" jawab Damian sebelum akhirnya tersadar akan sesuatu "Shasha, sebenarnya apa elemenmu?"

Niesha tersenyum kecil "elemen yang mampu menyerap maupun menghilangkan elemen lainnya" ucap Niesha sambil mengedipkan sebelah matanya pada Damian yang termenung sesaat sebelum akhirnya riak wajah Damian menampilkan keterkejutan yang ketara.

Niesha langsung melangkah mendekati Lolita yang masih mengumpulkan nyawanya agar kembali sadar secara utuh. Saat tangan Niesha hendak menyentuh kening Lolita, gumpalan asap hitam lebih dulu mendorong Niesha dan hampir melukainya bila saja sebuah perisai sisik naga transparan tidak segera menyelimuti tubuh ramping Niesha.

Damian yang terkejut hendak mendekati Niesha namun teriakan Niesha untuk menarik Lolita dari asap tebal itu lebih dahulu memerintahkannya. Akhirnya dengan tangan kanannya, Damian mengeluarkan cahaya biru membentuk suatu kristal lalu dilemparkan ke arah Lolita, berniat membekukan tubuh Lolita yang ditarik paksa oleh asap itu.

Namun percuma, ketika asap menghilang, kristal es yang dilemparkan Damian justru membentur dinding belakang, tempat Lolita semula bersandar namun kini sudah menghilang.

Damian dan Niesha hanya menghela nafas, lalu saat saling bertatapan, entah kenapa bukannya marah atau kecewa, kini keduanya justru tertawa, membuat spirit beast yang menjadi guardian keduanya menatap mendengus aneh menatap tuan manusianya.

"Kak Ian sih" Niesha menyalahkan Damian dengan tawa kecilnya.

Damian hanya terkekeh sambil menggeleng "tenang saja, karena kita sudah mengetahui orangnya, kita dapat melacaknya dengan mudah"

"Tidak akan mudah bila dibawa ke dunia iblis" cibir Phoenix dalam pikiran Damian yang tentunya juga didengar Niesha.

Niesha menggeleng "tidak mungkin dibawa kesana" jawab Niesha penuh percaya diri membuat Damian mengerutkan alisnya sedangkan Phoenix dalam tubuh Damian pun bertanya-tanya alasannya.

Niesha tersenyum "karena bila memang dibawa kesana, tuannya Zero pasti akan bertindak karena sudah melanggar hukum alamnya, bukan begitu, Zero?" ahh, Niesha merasa beruntung telah mengetahui sosok tuan dari sistem yang menemaninya ini sehingga walau terkesan tak tahu diri, namun itu memang menguntungkannya.

"Benar, nona"

Bukannya puas, Damian dan Phoenix semakin tenggelam dalam rasa penasaran, berbeda dengan Black and White Dragon milik Niesha, mereka terhubung pikiran jadi tidak terlalu sulit memahami lebih jelas arah pembicaraan Niesha bersama Zero.




To Be Continue

***

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang