S2 - Part 86

2.1K 246 22
                                    

Deg

"Ba.. bagaimana..." Mata Barnett terbelalak ketika mendapati putrinya mengetahui hal dirinya lakukan.

"Apa? Apa papa ingin bertanya bagaimana Shasha mengetahuinya? Tapi itu tidak penting. Kenapa papa melakukan itu? Papa tahu kan kalau sampai papa kenapa-kenapa, Shasha tidak akan pernah bisa memaafkan diri Shasha sendiri." Niesha menatap Barnett kecewa.

Dengan panik Barnett menarik Niesha ke dalam pelukannya. "Papa hanya ingin putri papa baik-baik saja. Hanya Shasha yang papa miliki. Bila Shasha pergi meninggalkan papa, papa tidak akan sanggup."

"Lalu apa papa pikir Shasha tidak berpikir hal serupa? Shasha juga hanya memiliki papa..." elak Niesha yang langsung disanggah oleh Barnett.

"Tidak, nak. Pada kenyataannya kamu tidak hanya memiliki papa. Terlebih kamu akan segera bertunangan dan kemudian menikah, memiliki keluarga Shasha sendiri bersama Damian. Bila papa pergi, kamu masih memiliki Damian untuk bersandar dan tempatmu pulang. Sedangkan papa? Istri dan anak-anak papa semua sudah pergi, bagaimana papa bertahan?" Mata Barnett memerah menahan tangisnya.

Barnett memang kuat dimata orang lain dan Kekaisarannya. Namun dilubuk hati terdalamnya, dirinya juga merasa kesepian. Istrinya dulu berhasil mengisi ruang itu hingga memberikan hidup Barnett warna. Dan kini Niesha menggantikan peran itu.

Bila semangat dan kebahagiaan Barnett direnggut lagi. Barnett yakin tak akan mampu bertahan.

Niesha menepis air matanya yang tumpah dan kemudian melerai pelukan sang ayah. Tangan lentiknya mengusap lembut wajah Barnett. "Papa memang keras kepala. Baiklah. Maka jangan salahkan Shasha yang juga akan keras kepala."

Niesha berdiri di hadapan Barnett lalu menggigit jarinya hingga berdarah. Niesha melapalkan sebuah sihir kuno dengan membuat pola darah di kening Barnett.

Gerakan tiba-tiba Niesha membuat semua yang berada disana, tertegun. Bahkan Barnett belum sempat bereaksi sebelum sebuah cahaya menyilaukan terbentuk dari pola yang dibuat oleh Niesha.

Morgan berusaha membuka matanya untuk melihat jelas pola apa yang dibuat oleh Niesha. Ketika mengetahuinya, mata Morgan membulat.

Ayah dan anak, sama-sama nekad. Itulah yang Morgan pikirkan.

Ketika cahaya meredup. Niesha tersenyum puas karena berhasil menerapkan sihir kuno tanpa bantuan Zero.

"Apa yang Shasha lakukan?" Barnett akhirnya berhasil mengumpulkan kembali kesadarannya dan menatap sang putri dengan tatapan khawatir.

Niesha, "seperti papa yang menggunakan nyawa papa sebagai tameng untuk Shasha. Maka, Shasha dengan senantiasa mengikat nyawa papa bersama Shasha. Papa tidak akan bisa mati dan terluka bila Shasha tidak mati dan terluka. Papa hanya akan merasakan sakit ketika Shasha sakit. Papa hanya akan terluka bila Shasha terluka. Dan Papa hanya bisa meninggalkan dunia ini, bila Shasha juga demikian. Bukankah ini adil? Ketika Shasha diharuskan pergi, Shasha tidak meninggalkan papa sendirian. Tapi papa juga tidak akan pernah bisa meninggalkan Shasha."

Sihir kuno yang digunakan Niesha lebih mengerikan daripada yang Barnett buat. Bila Barnett menggantikan nyawanya. Maka sihir Niesha membuatnya terikat tak bisa mati kecuali sang perapal mati lebih dulu.

Tapi yang membuatnya lebih terkejut adalah bagaimana Niesha mampu mengetahui rapalan kuno itu? Bahkan Barnett saja tidak menemukan buku yang mengajarkan sihir yang Niesha gunakan.

Barnett menatap Niesha rumit. Sebenarnya darimana kemampuan Niesha berasal?

Meski penasaran namun Barnett menepisnya. Bila putrinya enggan berterus terang, Barnett akan menghargai itu. Yang lebih penting bagi Barnett adalah Niesha yang selalu sehat dan baik-baik saja.

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang