S2 - Part 89

2.1K 252 24
                                    

Dengan perlahan, Niesha melangkah mendekati ranjang yang terdapat satu tubuh tak berjiwa yang berbaring lelap.

Tubuh Leera begitu pucat, persis seperti mayat. Jujur saja, Niesha sedikit takut dengan atmosfer menegangkan ini.

Beruntung Niesha ingat bahwa ada Zero bersamanya dan ada Dewa Azero juga yang melindunginya.

"Zero, sekarang aku harus bagaimana? Bagaimana caraku meminta jiwa Leera kembali pada iblis yang menahan jiwanya? Kau tahu sendiri bahwa tak ada ilmu sihir pemanggilan iblis dalam buku kuno yang kau berikan."

Inilah sebabnya mengapa Niesha meminta semua orang menunggu diluar. Karena bila berhubungan dengan iblis, Niesha masih memerlukan bantuan dari Zero.

"Nona jangan khawatir. Karena tuan saya telah membantu nona. Jiwa putri Leera sudah berada di tubuhnya sendiri. hanya saja jiwanya masih di segel. Dan untuk melepaskan segel itu. Nona harus menggunakan kemampuan elemen cahaya nona untuk melakukan pelepasan sekaligus pemurnian. Nona sudah mempelajari caranya, bukan?"

Niesha mengangguk mantap. "Ya, karena sudah beberapa kali juga berhadapan dengan pemurnian. Aku sudah mempelajarinya begitu matang. Hanya saja ini pertama kalinya aku benar-benar mempraktekannya tanpa bantuanmu."

"Nona pasti bisa."

Mendengar itu, Niesha menghirup nafas dalam untuk melemaskan ketegangan pada tubuhnya.

Ketika sudah benar-benar berdiri di tepi ranjang. Niesha mengarahkan kedua telapak tangannya untuk mengeluarkan sihir cahayanya. Niesha berusaha mengarahkan kemana sihirnya pergi dan menyebar. Dan tentu saja Niesha memusatkannya pada tubuh Leera.

Cahaya putih terang mulai terpancar dan memasukki tubuh Leera seolah menyelimutinya. Meski demikian, pendaran cahaya itu masih begitu terang hingga terlihat di lubang kaki pintu, yang membuat Kaisar, Permaisuri, dan Meera menatap penuh harap sekaligus khawatir.

"Apa sudah terbuka segelnya, Zero? Mengapa aku tak merasakan perubahan apa-apa pada tubuhnya?" Niesha takut usahanya ini gagal.

"Sudah mulai terkikis segelnya. Membuka segel memang cukup lama. Begitupun dengan pemurnian. Itu sebabnya mengapa bila dilakukan oleh manusia biasa, mereka akan kehabisan mana mereka. Karena energy yang terus keluar dan dalam waktu yang tak sebentar, tentu menguras mana. Bersyukur nona adalah manusia pilihan."

Mendengar itu, Niesha menghela nafas lega. Ya, dirinya sangat beruntung. Meski dirinya diberkati mana yang melimpah atau dapat dikategorikan tak memerlukan mana? Namun hanya sepersekian menit saja, Niesha mulai merasa lelah. Tak terbayang bila dirinya hanya memiliki mana yang terbatas. Sepertinya Niesha tak akan mampu membuka segelnya.

Keringat mulai bercucuran akibat rasa gerah di ruangan yang cukup tertutup ini. Dan kaki serta tangannya mulai pegal karena sudah satu jam berdiri dengan pose yang sama.

Bila orang lain melihatnya, mungkin akan mengira bahwa Niesha mulai kehabisan mana. Padahal itu karena dirinya merasa kepanasan dan lelah berdiri sambil menjulurkan tangan.

Baru saja Niesha ingin bertanya pada Zero namun telinganya lebih dahulu menangkap sebuah suara seperti rantai yang bertubrukan. Hal ini membuat bulu kuduknya berdiri.

Mencoba menepis pikiran anehnya. Niesha tetap fokus menyalurkan sihir cahayanya hingga suara rantai itu mulai tercerai berai begitu nyaring seolah tengah dihancurkan paksa.

Niesha berasumsi bahwa suara rantai itu adalah rantai yang mengikat atau menyegel jiwa Leera agar tidak bangun. Dan kini, rantai itu berusaha dirinya lepas paksa tanpa 'kunci', hingga membuat suara nyaring ini bergema.

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang