Lucianna yang mendengar itu, tanpa memikirkan egonya lagi, langsung berlutut di depan Niesha dan dengan gemetar mencoba meraih tangan Niesha. Niesha sendiri tidak menepisnya karena empatinya cukup menguasai dirinya "maafkan semua kesalahanku dan putriku, aku memang tidak layak dan pantas mendapatkan kebaikanmu, tapi dengan tak tahu malu dan tak tahu dirinya saat ini aku memohon kemurahan hatimu, Bella. Tolong selamatkan putriku. Bila memang kau marah dan ingin membalas perbuatanku dahulu, aku ikhlas selama kau menolong putriku, ku mohon, Bella"
Tubuh Niesha sempat bergetar sesaat karena tubuhnya masih cukup trauma dengan sosok Lucianna dan Lolita, beruntung Damian merangkul Niesha dan mengusap bahunya lembut seolah memberikan kekuatan tak kasat mata.
"Niesha! Putriku bernama Niesha, bukan Bella" sinis Barnett menepis tangan Lucianna dari tangan Niesha. Dirinya cukup peka dengan trauma yang hampir menguasai tubuh putrinya itu dan Barnett tidak ingin trauma putrinya kambuh sehingga perlu mengakhiri drama ini secepat mungkin.
Lucianna tidak tersinggung dengan tepisan kasar Barnett, fokusnya kini hanya Lolita dan dirinya bahkan tidak peduli bila dirinya dipandang rendah saat ini karena berlutut.
Niesha mengusap pelan lengan Barnett sembari tersenyum "iya papa, aku putri papa, jangan berlebihan" tegur Niesha dengan kekehan, mencoba mencairkan suasana. Namun Niesha tidak sadar bahwa perlakuan lembut dan pernyataannya pada Barnett, nyatanya melukai perasaan dua sosok pria berbeda usia yang masih berada disana.
Barnett mendengus namun tak jua menatap tajam Eldon seolah menyiratkan 'dia putriku bukan putrimu'
Niesha membungkuk untuk menarik lembut tubuh Lucianna agar berdiri dari berlututnya "Bella sudah mati, aku Niesha dan aku tidak peduli perbuatanmu maupun putrimu karena kalian tidak menyiksaku sebagai Niesha. Cukup intropeksi dan jangan ulangi lagi pada siapapun, meraih kebahagiaan tidak harus mengorbankan orang lain. Berjanjilah kau dan putrimu tidak akan berbuat hal diluar norma kemanusiaan lagi, bila kau berjanji, aku akan memusnahkan sihir hitam di tubuh putrimu tanpa menghilangkan elemen sihirnya maupun mencacatinya, bersumpahlah, bagaimana?"
Lucianna mengangguk cepat dan dengan gerakan kilat, menarik pedang salah satu prajurit untuk menyayat telapak tangannya sendiri hingga darahnya mengalir, mengepalkan tangannya di depan "saya Lucianna De Albern dengan darah ini bersumpah bahwa saya dan putri saya, Lolita Mauren De Albern tidak akan pernah mengorbankan maupun merugikan orang lain lagi demi keuntungan pribadi. Bila kami melakukannya, maka pada saat itu juga kami akan lebur menjadi abu tak bersisa"
Sebuah cahaya menguar sesaat, menandakan bahwa sumpah tersebut akan melekat seumur hidup Lucianna dan Lolita.
Niesha yang melihat itu tersenyum dan menarik serulingnya mendekat ke arah Lolita yang sedang diam menatap kosong ke arah depan. Niesha memainkan melodi untuk membuat perisai sihir yang hanya melingkupi dirinya dan Lolita. Hal tersebut membuat Barnett, Damian, Eldon, dan Delwyn menatap penuh kekhawatiran pada Niesha.
"Zero, aku harus melakukan apa untuk penyuciannya? Aku belum pernah melakukannya ataupun mengasah elemen cahaya sebagai sarana exorsicm" tanya Niesha gugup dalam batinnya.
"Aku tidak menyangka bahwa tuan kita ini berjiwa Hero namun skillnya Zero" bukan suara Zero yang terdengar, justru suara ledekan Black Dragonnya. Dan membuat Niesha meringis miris, juga malu.
"Nona jangan dengarkan, tenang saja ada saya, nona cukup sentuh keningnya dengan ibu jari nona, sisanya biarkan saya yang mengontrol kekuatan cahaya nona"
Menghirup nafas pelan, Niesha berjalan gugup mendekati Lolita yang bersimpuh dengan tatapan kosongnya.
Melihat gerakan ragu Niesha, Barnett dan Damian tidak bisa tidak khawatir "sayang apa kamu yakin bisa? Papa bisa membunuhnya saja agar lebih praktis" ucap Barnett tanpa merasa bersalah maupun peduli dengan tatapan tajam Lucianna.
Damian meringis bingung harus prihatin atau tertawa saat ini. Niesha pun sama seperti Damian.
Saat tangan Niesha terjulur ke depan, tangan Lolita langsung mencekal pergelangan tangan Niesha, beruntung sebuah lapisan sisik melingkar terlebih dahulu seolah melindungi kulit Niesha agar tak terluka. Dan memang benar, bila saja tidak ada sisik naga itu, cekalan Lolita pasti akan membuat tulang Niesha retak akibat terlalu mengerahkan tenaga iblisnya.
Sorot mata Lolita sudah tidak kosong lagi melainkan tatapan tajam yang dilayangkan pada Niesha "siapa kau berani menyentuhku?"
Suara Lolita tidak terdengar seperti miliknya, suara itu lebih seperti suara lelaki, membuat Niesha meneguk ludah tanpa sadar "Zerooooo, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak pernah berhadapan dengan iblis di seumur hidupku"
"Tenanglah nona. Jiwa anda telah dilindungi oleh tuan saya, dia tidak akan bisa melukai nona, terlebih anda memiliki naga legenda yang tidak mungkin membiarkan anda dalam bahaya, percayalah pada saya. Anda bisa lantunkan melodi penenangan jiwa terlebih dahulu, bersikaplah tenang dan anggun, nona, anda diperhatikan banyak orang"
Niesha berusaha keras agar tenang, karena perasaan gugup ini melebihi ketika berhadapan dengan binatang raksasa, Niesha sama sekali tidak pernah terpikirkan akan melakukan penyucian, pengusiran jiwa iblis, atau apapun itu namanya. Rasanya Niesha ingin merutuk mengapa dunia ini selain fantasi menjadi horror dengan adanya iblis-iblisan.
Menghirup nafas dalam, Niesha bersenandung dengan suaranya sendiri karena memang tangannya tercekal sehingga tidak bisa menggunakan seruling. Niesha yang cenderung mengaplikasikan elemen cahayanya menjadi suara, memang lebih nyaman dengan musik.
Suara lembut dan merdu yang terlantun indah, tidak hanya menenangkan jiwa sang iblis yang berada di dalam tubuh Lolita, melainkan semua yang berada disana pun seakan tengah berada di tempat terdamai mereka.
Cekalan yang mengendur membuat suara Zero terdengar tiba-tiba "sekarang nona"
Dengan cepat Niesha menyentuhkan ibu jarinya pada kening Lolita dan tanpa Niesha pahami, sebuah sinar putih teramat terang menyilaukan semuanya, bahkan Niesha sendiri memejamkan matanya.
Saat cahaya mulai meredup dan menghilang, semua orang membuka matanya kembali dan pandangan mereka langsung terarah kepada panggung utama.
Disana terlihat Lolita yang sudah tergeletak pingsan sedangkan Niesha sendiri bergerak oleng. Perisai sihir yang mulai lemah karena kondisi pemiliknya yang melemah pun, dengan mudah dihancurkan oleh Barnett. Lucianna tanpa kata langsung merengkuh tubuh Lolita dengan tangisannya.
"SHASHA/SAYANG!!" pekik Barnett dan Damian bersamaan ketika tubuh Niesha mulai lunglai karena lemas telah mengeluarkan mana yang begitu besar.
Tubuh lemah Niesha masuk ke dalam dekapan Damian lebih dahulu, Barnett sendiri langsung mengecek nadi Niesha dan tak berapa lama, helaan nafas lega keluar dari mulut Barnett.
Hanya beberapa saat keheningan sebelum pekikan Damian terdengar karena Barnett menjewer telinga Damian cukup keras "lepaskan tangan kotormu dari tubuh putriku!" lalu Barnett menarik paksa tubuh Niesha agar berpindah ke dalam dekapannya, berdiri sembari menggendong tubuh Niesha bridal style "sekali lagi ku lihat kau menyentuh putriku seenaknya, aku tak segan-segan memotong tanganmu itu" lanjut Barnett sebelum pergi meninggalkan Damian begitu saja menggunakan portalnya.
Damian dengan tangan yang masih terentang seolah ada tubuh Niesha disana langsung lunglai sejenak sebelum tiba-tiba matanya membulat dan senyum miring tercipta "berarti kalau tidak terlihat tidak masalah bukan?"
To Be Continue
***
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0
Fantasy"Selamat siang dan selamat datang di dunia baru anda, Cybele Delia Pallas" Gadis itu menautkan alis sembari menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, bersyukurnya dirinya bukan orang penakut "siapa yang berbicara?". "Perkenalkan saya Zero...