Niesha yang takut jatuh langsung mengalungkan tangan mungilnya pada Damian dan langkah Damian seketika terhenti karena terkejut dengan tindakan Niesha.
"Kak Ian?" Niesha memanggil nama Damian karena Damian tiba-tiba mematung.
Damian yang tersadar langsung kembali melangkah cepat karena batu pipih nan runcing itu masih menancap di telapak kaki Niesha.
"Kenapa kau melepaskan alas kakimu? Kau putri bangsawan, bagaimana bisa bertindak se impulsif itu?" omel Damian
'Kau hanya akan melukai kakimu sendiri' beda di mulut, beda lagi dengan pikiran dari hatinya. Tanpa Damian ketahui bahwa Niesha dapat mendengar pikiran Damian berkat hadiah misi.
Niesha meringis, merasa sedikit bersalah "maaf" cicitnya.
"Kau hanya akan merepotkan orang lain" Damian seolah menutup telinganya dan tetap mengomel agar Niesha kelak lebih berhati-hati, 'aku tidak suka melihatmu terluka'.
"Jangan bertindak sesuka hati" 'karena aku tidak bisa selalu memantaumu walau ingin'
"Gunakan matamu ketika hendak melangkah. Jangan abai!" 'aku tidak bisa membayangkan kau mendapatkan luka lebih parah dari ini karena keteledoranmu'
"Dan kau bahkan mengenakan gaun tidur ketika diluar kamar, itu sangat tidak bangsawan" 'pakaianmu terlalu tipis, sekalipun kau masih kecil, tetap saja aku tidak suka orang lain melihatmu seperti ini'.
Niesha hanya mengulum senyum, ayolah dirinya remaja normal berusia 19 ah tidak tapi seharusnya sudah 20 tahun sekarang dan apa ini? Dirinya di gendong pria remaja berusia 12 tahun. Ya walau dalam tubuh Niesha, selisih mereka 6 tahun saja namun tetap saja memalukan. Hmm memalukan tapi ada perasaan menggelitik yang dirasakan Niesha. Entahlah, padahal Albertus seringkali bersikap manis tapi hatinya tidak tergerak mengarah romansa. Ugh mengingat tubuhnya masih 6 tahun membuat Niesha merasa 'dewasa sebelum waktunya'.
"Apa kau mendengarkanku?" tanpa Niesha sadari, Damian sedari tadi menatapnya lekat.
Niesha mengangguk pelan "dengar kak Ian, bisakah jangan marah? Shasha takut" bohong! Niesha hanya sedang beralibi karena posisinya yang terus menunduk menahan rona di pipinya.
Albertus yang sedari tadi memperhatikan merasa tidak suka, mengapa Niesha tidak menangis ketika di gendong Damian? Sedangkan dirinya masih ingat bagaimana Niesha histeris ketika tersadar berada dalam dekapannya. Sudah tidak mampu menahan gejolak panas di dadanya, Albertus memutuskan menghampiri menyusul langkah cepat Damian.
"Damian!" panggil Albertus sedikit berteriak karena posisi Damian yang cukup jauh. Ketika melihat langkah Damian berhenti, Albertus langsung berlari melupakan etiket bangsawan yang harus melangkah penuh wibawa.
"Kemarikan Niesha" tangan Albertus terulur hendak meraih tubuh Niesha namun Damian langsung mundur tanda menolak.
"Apa yang kau lakukan Damian?" geram Albertus.
Damian hanya mengangkat sebelah alisnya "jangan membuang waktu" lalu kembali melangkah, tidak memperdulikan Albertus yang terlihat marah. Bagi Damian, luka Niesha sekarang perlu cepat di obati dan berdebat adalah hal yang tidak berguna.
Namun seolah dewi fortuna tidak mendukungnya, seseorang yang lain tanpa basa-basi langsung mengambil alih tubuh Niesha.
"Sayang! Astaga apa yang terjadi denganmu?" Barnett mulanya bingung mengapa Niesha berada di gendongan Damian terlebih terlihat saling beradu pandang dengan Albertus. Dengan cepat Barnett mendekat dan mengambil alih dan ketika itulah jantung Barnett berpacu cepat saat mendapati darah segar dari kaki mungil putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0
Fantasy"Selamat siang dan selamat datang di dunia baru anda, Cybele Delia Pallas" Gadis itu menautkan alis sembari menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, bersyukurnya dirinya bukan orang penakut "siapa yang berbicara?". "Perkenalkan saya Zero...