S2 - Part 78

2.2K 218 12
                                    

Niesha menggali ingatannya perihal seluruh sejarah Kekaisaran yang terdapat di dunia ini. Ketika ingat, Niesha bingung harus menanggapi seperti apa karena dirinya merasa tak ada yang salah dengan sejarah. Bahkan lima Kekaisaran yang eksis saat ini, semuanya hidup dalam damai.

Tak ada history buruk yang tercatat disana.

"Kelima Kekaisaran hidup dalam damai, huh? Itukah sejarah yang tertulis dan tersebar di Kekaisaran Herias dan Vandetta. Ah tidak, bahkan semua Kekaisaran menyebarkan hal yang sama." Kekeh Meera namun matanya menunjukan kemarahan dan kebencian yang teramat dalam.

Niesha mengusap kepala White dengan ibu jarinya, melirik kecil pada Meera. "Lantas, bisakah aku mengetahui sejarah dalam versimu?"

Kini mata Meera menatap Niesha dengan tatapan yang sulit sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Ya, tapi berjanjilah, setelah aku menceritakannya, kau akan membantuku."

"Aku tidak dapat berjanji terlebih aku tidak mengetahui apa yang dijanjikan. Tapi satu hal yang pasti bahwa aku telah terikat janji dengan ayahku, bahwa aku tidak akan terluka dan membiarkannya terluka. Jadi, maaf saja, aku tidak dapat berjanji untuk hal yang belum ku ketahui." Tolak Niesha.

Meera sudah mendengar segala berita yang beredar bahwa Niesha adalah seorang putri angkat dari sosok tinggi seperti Archduke. Bahkan dikabarkan pula bahwa sang Archduke begitu mengasihi putri angkatnya.

Harus Meera akui bahwa sosok Niesha memang cukup sulit untuk tidak disukai.

"Baiklah. Kalau begitu semoga kau dapat membantuku setelah mengetahui kebenarannya. Meskipun tidak. Aku akan memikirkan cara lain sebagai solusinya." Meera tak dapat memaksa Niesha untuk saat ini. dirinya bukan berada di hutan saat ini, yang dapat membuat Meera bertindak impulsive bila diperlukan. Ini masihlah wilayah akademi. Dirinya tak ingin hancur disini.

Niesha mengangguk namun tetap diam tak bersuara. Membiarkan Meera menjelaskan sejarah dari sisi perspektifnya.

Lagipula, Niesha yakin bahwa hal inilah yang memicu Meera melakukan kejahatannya. Niesha yakin itu.

Niesha sungguh berharap bahwa misi akhirnya di dunia itu, tidak perlu ada pertempuran apapun. Sekalipun dirinya berlatih sekuat tenaga. Namun, pertempuran tetaplah akan memakan korban dan Niesha tak akan sanggup menanggung rasa bersalah itu.

Terlebih Niesha mengharapkan penyelesaian sebaik mungkin dan membuat semuanya berjalan dengan damai. Yang salah paham akan mengerti. Yang salah mengambil jalan akan tersadar. Namun bila memang dari semula sudah berhati hitam, maka karma pun pasti akan bergerak dengan sendirinya untuk memberikan penghukuman.

"Kau tentu tahu bahwa Kekaisaran Geya adalah Kekaisaran pertama yang ada di daratan. Lantas, apakah kalian tidak pernah berpikir, mengapa kami yang pertama tapi kami juga yang terlemah? Mengapa bisa banyak Kekaisaran lain, muncul setelah kami? Apakah kalian berpikir karena kami tidak kompeten? Atau karena rumor yang beredar bahwa keturunan Geya, kesulitan mendapatkan pewaris laki-laki sehingga sulit mensolidkan kekuatan untuk memperbesar wilayah?" Meera berhenti mengusap kepala Foxy dan justru mengepalkan tangannya memandang ke dalam hutan dengan netra kosongnya.

"Dulu, disaat belum ada yang namanya Kekaisaran maupun Kerajaan. Semua hidup dalam suku masing-masing dari berbagai daerah. Tapi akibat tak ada aturan dan hukum. Semua menjadi bertindak barbar. Menjarah dan merampas milik orang lain adalah hal yang wajar kala itu..."

"... Hingga satu orang yang berasal dari suku Magis, mencetuskan ide gila pertamanya dimana ingin menyatukan banyak wilayah tanpa adanya perebutan maupun pembantaian. Dirinya mengharapkan perdamaian dengan cara hidup saling bahu membahu. Orang itu adalah Geya, seorang penyihir tingkat tinggi yang mendedikasikan hidupnya hanya demi kesejahteraan sukunya..."

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang