"Selamat siang semua. Kalian semua di kumpulkan disini karena seperti yang telah kalian dengar, bahwa praktek sihir kali ini akan menggabungkan seluruh kelas tingkat satu. Masing-masing kelompok berisikan lima orang dan akan mendapat pengawasan dari senior kalian..."
"... kemarin saya telah menginformasikan bahwa yang akan menjadi pembimbing pengawas adalah siswa tingkat akhir. Namun ternyata ada banyak kelas yang mengambil pembelajaran tambahan untuk mempersiapkan ujian akhir. Oleh sebab itu, saya mengundang kelas senior lain yang sedang cukup luang untuk membantu, tidak peduli mereka berada di tingkat akhir atau tidak..."
"... meski mereka bukan dari kelas tingkat akhir, namun saya telah memilah kelayakan mereka untuk menjadi pembimbing dan pengawas setiap kelompok. Jadi, saya harap dalam kelas praktek pertama kalian ini, kalian dapat menunjukan kemampuan kalian yang terbaik. Apa kalian mengerti?"
Semua murid yang berkumpul di lapangan luas belakang akademi itu berteriak nyaring, menyatakan bahwa mereka telah mengerti.
Niesha sendiri dapat melihat bahwa sosok calon tunangan dan bahkan sepupunya, ternyata adalah salah satu senior yang terpilih. Tidak hanya mereka berdua. Melainkan kelompok persahabatan mereka.
Tidak aneh, mereka adalah kelompok yang sangat di elu-elu kan oleh seluruh murid dan pengajar. Selain karena gelar bangsawan mereka. Mereka memang memiliki kemampuan yang terbilang mumpuni.
Niesha berharap akan mendapatkan kelompok yang kompak dan mendapat kakak pembimbing yang cukup akrab dengannya agar dirinya tidak canggung.
Suara keras pembagian kelompok telah diteriakan. Niesha akhirnya memilih bergerak sesuai arahan sihir dimana dirinya seharusnya berada.
Ketika Niesha tiba di salah satu area. Ternyata telah terdapat empat orang lainnya yang terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan. Ah ternyata Niesha menjadi orang yang terakhir tiba di kelompoknya itu.
"Hai. Namaku Niesha. Salam kenal." Sebagai yang paling akhir tiba, Niesha memberanikan diri menyapa agar kelompoknya saling mengenal. Bila tidak mengenal, akan sulit mengatur kekompakan didalamnya.
Niesha juga tidak memperkenalkan nama lengkapnya karena status bangsawan memang tidak terlalu penting sehingga tidak masalah bila tidak menyebutkannya.
Seorang laki-laki dengan tubuh cukup tinggi membalas sapaan Niesha pertama. "Aku Gerry."
"Aku Tristan." Disusul pemuda yang cukup kurus diantara ketiga laki-laki lainnya.
"Aku Iann." Sambung laki-laki yang menurut Niesha adalah yang tertampan diantara yang lainnya. Tubuh yang tinggi dengan porsi yang pas, tidak gemuk dan tidak kurus. Rambutnya yang berwarna blonde semakin menyempurnakan ketampanannya.
Eh tunggu! Iann? "Zero? Apa Iann ini adalah Putra Mahkota Kekaisaran Firas?"
"Benar, nona."
Niesha hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu mereka semua menoleh pada sosok perempuan yang menunduk malu.
Rambutnya berwarna ungu dan itu cukup menarik. Menarik perhatian.
Ketika kepalanya mendongak. Terlihat lah manik mata serupa dengan rambutnya. Sangat imut. Namun Niesha justru mengangkat alisnya.
"Ha.. hai.. Aku Leera."
Seorang putri kedua dari Kekaisaran Geya, yang kemarin baru Niesha bahas bersama sahabatnya.
Tapi bukan itu yang membuat Niesha tertarik. Melainkan wajah Leera sendiri.
Bukan karena imutnya. Namun karena wajah yang dilihat Niesha, terus berganti abstrak dengan wajah yang dilihat orang-orang.
Niesha tahu bahwa ini adalah bakatnya yang diberikan oleh Zero. Mengetahui wajah asli orang lain. Topeng atau sihir penyamaran paling sempurna pun, tak akan dapat membohongi mata Niesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0
Fantasy"Selamat siang dan selamat datang di dunia baru anda, Cybele Delia Pallas" Gadis itu menautkan alis sembari menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, bersyukurnya dirinya bukan orang penakut "siapa yang berbicara?". "Perkenalkan saya Zero...