S2 - Part 57

5.3K 757 37
                                    

Lucianna terpaku ketika melihat belasan prajurit dan beberapa penyihir mencoba mengikat Lolita dengan tali sihir. Terlebih ketika matanya menelisik, terlihat sosok Eldon dan Delwyn yang hanya menatap tanpa mencoba memberi pertolongan. Hati Lucianna sungguh miris.

"HENTIKAN!!! JANGAN SAKITI PUTRIKU" pekik Lucianna ketika salah seorang penyihir membuat rune sihir dan meletakkan tubuh Lolita yang terikat di tengahnya, membuat Lolita berteriak kencang kesakitan.

Lucianna berlari hendak menolong putrinya namun dirinya ditahan oleh beberapa prajurit "HENTIKAN!! PUTRIKU KESAKITAN!! KU MOHON HENTIKAN" air mata menetes di pelupuk mata Lucianna dengan derasnya, hati ibu mana yang tak terluka melihat putri yang dilahirkannya menjerit kesakitan meminta pertolongan.

"Maaf Duchess, ritual mengangkat sihir hitam harus dilakukan" ucap salah seorang penyihir.

Mata Lucianna melotot "ritual itu tidak hanya mengangkat sihir hitamnya, tapi elemen sihirnya juga akan terangkat, tidak! Putriku akan.. putriku akan dicemooh masyarakat karena tidak memiliki elemen sihir. Ku mohon jangan lakukan itu. Putriku tidak akan bahagia" lalu tubuh Lucianna berjalan mendekati Eldon dan menggenggamnya "Eldon, suruh mereka berhenti. Putriku tidak bisa kehilangan elemen sihirnya"

Eldon menatap Lucianna, cukup sedih dirinya melihat istri yang belasan tahun ini bersamanya tengah menangis putus asa menatapnya namun kesalahan dan kebenaran adalah hal mutlak "elemen Lolita sudah tercemar dengan sihir hitam, itu memang harga yang harus dibayar ketika menganut sihir hitam, karena sihir hitam mengalir dan bersatu bersama elemen tubuh, jadi bila tidak diangkat, maka Lolita juga akan mati. Apa kau lebih menginginkan putrimu mati? Kau bisa lihat sendiri, sulur hitam itu terus menggerogoti ke setiap aliran saraf dan mananya. Bila tidak dilepaskan, maka nyawanya yang menjadi taruhannya. Lolita seharusnya sudah tahu resikonya ketika bekerjasama dengan iblis untuk mempelajari sihir hitam itu"

Tubuh Lucianna langsung merosot jatuh, tatapannya terpaku pada sang putri yang masih berteriak-teriak penuh kesakitan dan bahkan bola matanya telah menghitam seluruhnya, juga mengeluarkan air mata berwarna hitam. Lucianna mengerti, itu adalah jiwa iblis yang disematkan pada perjanjian darah antara manusia dan iblis. Melepaskan ikatan itu pun tak mudah bahkan beresiko kematian apalagi tubuh manusia itu tidak mampu menahan rasa sakit akibat pemutusan kontrak darah itu.

"Ini sulit, kita perlu seseorang yang berelemen cahaya, jiwa iblis ini menggunakan batu cahaya untuk menangkal elemen kegelapan milik saya sehingga saya tidak mampu menarik sihir hitamnya, hanya satu cara yang mampu saya lakukan ialah memusnahkannya ditempat dan itu tidak mungkin dilakukan tanpa mengorbankan nyawa nona muda"

Bagaikan sambaran petir bagi Lucianna ketika mendengar ucapan pemimpin penyihir yang datang saat ini, yang juga diketahui memiliki elemen kegelapan dimana dikatakan mampu menarik dan menyerap sihir lain untuk dipindahkan ke suatu wadah atau bahkan memusnahkannya ditempat, berbeda dengan sihir cahaya yang dapat memurnikan kembali sihir yang terkontaminasi. Hal ini pula lah yang membuat pemilik sihir cahaya dinyatakan musnah. Karena dinyatakan perlu berkat dewa dewi dan alam semesta agar seseorang dapat dianugerahi sihir suci seperti sihir cahaya.

Lucianna meraung frustasi, melakukan ritual ataupun tidak, keduanya sama-sama membunuh putrinya. Hanya satu yang mampu menyelamatkan Lolita ialah pemilik elemen cahaya namun tak seorangpun yang diketahui memilikinya di jaman ini, membuat Lucianna merasa tak berguna sebagai sosok seorang ibu.

"Sayang, bertahanlah" lirih Lucianna menatap sakit pada Lolita, lalu kini Lucianna mendekati pemimpin penyihir "saya mohon selamatkan putri saya, saya akan melakukan apapun agar putri saya selamat. Bila anda memerlukan nyawa pun, saya siap memberikannya. Bukankah kalian dapat memindahkannya ke media lain? Saya akan mencoba mengambil batu cahaya pada genggamannya, setelah itu pindahkan sihir hitamnya padaku, biarkan elemen saya yang menjadi inangnya dan musnahkan ketika di dalam diriku, biar elemenku yang hilang, terpenting putriku tidak boleh ada kekurangan sedikitpun" mohon Lucianna.

"LUCY!!" bentak Eldon yang tak menyangka Lucianna menyerahkan nyawanya semudah itu.

"APA??" Lucianna balas membentak Eldon, tak luput menatap tajam penuh kecewa dikedua bola matanya "aku seorang ibu Eldon, seorang ibu akan rela melakukan segalanya demi anak-anaknya, seperti Myra yang mengorbankan nyawanya demi Bella. Aku pun akan menyerahkannya apabila itu demi Lolita. Anakku lebih berharga dari hidupku, Eldon. tak mengertikah kau? Seberapa nekad tekad seorang ibu demi membahagiakan anaknya?"

Eldon membisu menatap nanar Lucianna "tapi kau meninggalkan suami dan anakmu yang lain. Bukankah kau egois?"

Lucianna menggeleng "lalu mengorbankan malaikat kecil yang susah payah ku kandung dan lahirkan? Aku sudah hidup lebih lama, merasakan dunia. Sedangkan anakku masih terlalu kecil untuk pergi begitu saja. Lagipula Eldon, apakah kau sungguh berkata seperti itu? Apakah aku masih menjadi istrimu dan Lolita anakmu?"

Eldon mengepalkan tangannya, "apa maksudmu?"

Lucianna tertawa miris "sejak kau mengetahui Bella di adopsi Archduke saat itu. Kau mulai memperlakukanku dan putriku seperti orang asing. Jangan berlagak bodoh, Eldon. Jadi, ada atau tidak adanya diriku, itu tidak berpengaruh apa-apa. Hanya satu permohonanku, tolong setelah putriku kembali sadar dan sehat, tempatkan dia di panti asuhan dan bukan jalanan" lalu Lucianna membuang muka dari Eldon dan kembali bersuara menatap pemimpin penyihir "lakukanlah dengan tubuhku" pintanya sambil tersenyum.

Tak ada pilihan, akhirnya para penyihir setuju karena yang terpenting bagi mereka, sihir hitam itu segera dimusnahkan. Ketika Lucianna hendak mendekati Lolita, sebuah suara yang tak diduga-duga datang bersamaan portal yang terbuka.

"Biarkan aku yang melakukan pemurniannya"

Terlihatlah sosok Niesha yang berdiri didampingi Barnett dan Damian di kedua sisinya. Para penyihr dan prajurit langsung memberi hormat. Mereka cukup bingung mengapa Archduke sampai turun tangan dan bahkan ada putra mahkota kekaisaran sebrang, jangan lupakan sosok cantik nan rupawan diantara keduanya. Tidak hanya itu, Eldon dan Delwyn langsung terpaku pada Bella yang kini telah berubah nama menjadi Niesha.

"Aku pemilik elemen cahaya, biar aku yang membantunya" ucap Niesha kembali dengan sopan.

Semua orang disana kembali terkejut karena pasalnya berarti Niesha satu-satunya yang menjadi pemilik elemen cahaya. Para penyihir dibuat takjub dan senang karena akan dapat melihat pengguna elemen cahaya untuk pertama kalinya kembali setelah meninggalkan istri Archduke.

Berbeda dengan rasa senang para penyihir, Barnett terus menekuk wajahnya karena kesal. Dirinya baru saja merasakan lega karena putrinya tidak akan turut serta kasus Lolita. Tapi apa sekarang? Berkat kaisar tercinta yang tak lain adalah kakaknya sendiri, terpaksa Barnett harus mengizinkan.

Saat kejadian penyihir mencoba menarik sihir hitam Lolita, Kaisar, Barnett, Morgan, Niesha, dan bahkan Damian tengah turut menyaksikan melalui bola sihir, namun yang ditonton justru drama keluarga yang membuat Kaisar tersentuh dan memutuskan memberi perintah sebagai kaisar agar Barnett tidak mampu menolaknya.

Sungguh, Barnett ingin mencoret namanya dari kartu keluarga kerajaan saja rasanya karena kakaknya yang seenaknya menggunakan kekuasaannya. Tak tahukah dirinya mengkhawatirkan putrinya teramat sangat?

"Apa sebaiknya aku melakukan kudeta?" gumam Barnett kesal dan masih terdengar Niesha dan Damian yang hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.




To Be Continue

***

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang