Hari yang ditunggu Niesha pun tiba, kini dirinya dan Damian sudah duduk manis di kereta kuda menuju istana Kekaisaran Herias. Tempat dimana selama ini Damian lahir dan tumbuh hingga sekarang.
Sepanjang jalan, Damian hanya diam karena memikirkan banyak skenario buruk di kepalanya. Niesha bahkan bingung bagaimana cara menenangkan Damian. Sudah lelah dirinya mencoba membujuk.
Lagipula, wajar bila Damian gelisah. Ini menyangkut 'kebusukan' keluarga dan leluhurnya bila sampai terbukti benar. Dan Damian yang berprinsip jujur, adil, dan bersih dari tindakan diluar norma kemanusiaan. Jelas pasti sulit menerima kenyataannya.
"Zero, kok aku merasakan firasat buruk ya?" Ya, entah mengapa perasaan gelisah tiba-tiba menghinggapi Niesha yang sibuk melirik pemandangan dan Damian.
"Akan ada sekelompok penyihir hitam yang akan menyerang kereta nona." Mata Niesha membulat terkejut sesaat.
"Bukankah ini hal yang gawat? Mengapa tidak kamu beritahukan sejak awal, Zero?" Niesha jadi ragu antara harus panik atau tidak menghadapi situasi ini. Pasalnya Zero telah berjanji bahwa dirinya akan baik-baik saja, tapi lihat keadaan saat ini, dimana Zero tidak terlihat panik. Niesha pun jadi dilemma antara harus khawatir atau tidak.
"Kemampuan nona jauh diatas mereka terlebih dengan memiliki White dan Black Dragon bersama nona. Mereka tak akan bisa melukai nona."
Niesha hanya percaya saja tapi ketika melihat pergerakan Damian yang tampaknya mulai tertarik kesadarannya dari renungan. Kini mengintip dari jendela dengan tangan kanan meraih gagang pedang di kursi sampingnya.
Niesha hanya mengamati dalam diam. "Zero, apa mereka adalah orang yang sama yang menyerang Archduchess?" Kejadian seperti ini tampak seperti déjà vu dengan target yang berbeda.
"Benar, nona."
Damian tampaknya menguping pembicaraan Niesha dan Zero pun menatap Niesha dengan tatapan gusar.
Akhirnya Niesha dengan menerbitkan senyum manisnya, meraih tangan dingin Damian. "Ini dapat dijadikan bukti nyata perihal pelaku sebenarnya. Sebagai seorang Pangeran Mahkota, pasti setidaknya mampu mengenali beberapa wajah yang familiar bukan?"
Damian, "tapi aku yakin mereka tak sebodoh itu untuk menunjukan wajahnya. Sihir hitam mereka pasti akan menyamarkan wajah mereka sendiri."
Niesha terkekeh dengan menepuk dadanya dengan bangga. "Ayolah. Calon tunanganmu ini sangat berkemampuan. Tenang saja, kita akan benar-benar melihat wajah asli si penyerang yang tentunya manusia pelanggar aturan."
Menghela nafas berat, Damian mengangguk, "Aku benar-benar berharap bahwa orangtuaku benar-benar tidak terlibat."
Niesha tak menjawab apapun lagi. Kini fokusnya adalah menajamkan instingnya untuk suatu serangan mendadak.
Tak berselang lama
SYUT
NGIIIIKKKK
Kereta kuda bergerak tak beraturan. Pasti karena kudanya yang bergerak tak tentu arah.
"PANGERAN, KITA DISERANG!!" Pekik sang Kusir dan beberapa prajurit yang mengawal.
Belum ada kalimat yang keluar dari Damian. Terdengar suara seseorang yang terdengan seperti tercekik. Niesha dan Damian langsung mengintip dari sela jendela dan mereka terkejut karena mereka dengan jelas melihat prajurit pengawalnya tercekik oleh sesuatu berasap hitam.
Niesha berusaha mengontrol rasa gemetar takut dalam tubuhnya. Di dunia modern, pembunuhan tidak dilakukan terang-terangan. Meski Niesha sempat melihat pertumpahan darah di Akademi. Namun kala itu musuh mereka ada monster iblis dan terbunuh pun para monster itu. Berbeda dengan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Me : 0
Fantasy"Selamat siang dan selamat datang di dunia baru anda, Cybele Delia Pallas" Gadis itu menautkan alis sembari menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, bersyukurnya dirinya bukan orang penakut "siapa yang berbicara?". "Perkenalkan saya Zero...