S2 - Part 53

6.9K 792 13
                                    

Sebelumnya Niesha mendapatkan misi dari Zero dan dikatakan bahwa ini adalah misi terakhir karena dengan mendapatkan dalang pencuri batu cahaya maka itu dapat mencegah tragedy. Niesha berharap hidupnya akan tenang setelah ini karena dirinya ingin segera menikmati hidup barunya sesuai keinginannya, bukan karena misi.

"Kenapa melamun, hm?" Damian menggenggam tangan Niesha di bawah meja belajar, kini mereka tengah berada di ruang kepala untuk membahas 'elemen suara', Niesha kini diminta menuliskan balok nada untuk dapat dipelajari para guru dan anggota pengurus akademi yang diketuai Damian sendiri.

Niesha langsung tersadar dan menoleh ke sekelilingnya yang ternyata menatapnya, oh Niesha merasa tidak enak hati "maafkan saya, saya sempat terpikirkan dengan suatu aura gelap yang saya temui di kantin akademi" Niesha berpikir sebaiknya didiskusikan agar dia tidak memikul beban seorang diri, lagipula Niesha tak tahu apa yang dihadapinya, mampukah dia menyelesaikannya sendiri? Intinya Niesha tidak memiliki kepercayaan diri sebesar itu dan Niesha tidak ingin kebanggaan pada dirinya justru mampu meluluh lantakan dunia ini.

Morgan sang kepala akademi membulatkan matanya "apakah benar ada? Bagaimana bisa masuk ketika akademi ini di lindungi perisai sihir?"

Niesha menatap Morgan lalu beralih pada Damian "saya juga tidak tahu, yang pasti saya dapat merasakan auranya. Kalian semua pasti tahu kan bahwa dalam tubuhku ini terdapat jiwa lain yaitu putri papa Barnett dan bukan rahasia umum lagi bahwa sebelumnya jiwa ini tinggal di batu cahaya. Karena batu cahaya pernah menjadi tempat tinggalnya, jiwanya sangat tahu aura batu namun batu itu telah terkontaminasi dengan sihir hitam"

Semua terdiam menelaah ucapan Niesha, mereka masih sulit percaya ada yang mampu menembus perisai mereka.

Damian, "hmm izin berbicara, mungkin mulanya orang itu masuk hanya dengan batu cahaya saja, namun seiring berjalannya waktu, sihir hitam yang semula dihilangkan keberadaannya oleh sang empu, mulai datang kembali"

Salah satu guru ikut bersuara "tapi bagaimana bisa hilang dan kembali lagi?"

"Hilangkan ingatannya" jawab Niesha yang mulai menangkap perkataan Damian. Damian sendiri tersenyum dan mengangguk "benar, kasus ini pernah ada di kekaisaranku. Seperti yang kita ketahui bahwa sihir hitam terbentuk karena kontrak dengan iblis tapi sesungguhnya kontrak itu tidak akan dapat dilaksanakan bila tidak memiliki hati yang hitam juga. Seseorang yang melupakan ingatannya, secara tidak langsung kembali murni tanpa iri, dengki, dan benci, maka tidak ada hati hitamnya. Itu membuatnya dapat masuk ke akademi tanpa halangan. Namun sesuai dengan perjanjian yang dilakukan bersama dengan iblis, ada masa waktu dimana ingatannya kembali pulih dan akhirnya sihir hitam yang semula dianggap hilang itu hadir kembali karena pada dasarnya sihir itu tidak hilang melainkan hanya tidur dan tertutupi dengan kemurnian manusianya itu sendiri"

Damian menjelaskan selengkap mungkin agar dapat dimengerti. Dan seketika semua mengerti.

Albertus, "kalau begitu kita cari siapa penyusup itu"

Niesha menatap kakak sepupunya singkat lalu menggeleng membenarkan kalimatnya "dia bukan penyusup, dia memang murid akademi ini, dia hanya tersesat akan sesuatu dan mendorongnya melakukan hal yang membahayakan. Saya rasa, ada orang yang menjadikannya pion untuk sesuatu hal yang lebih besar kemudian hari"

Morgan, "murid? Apa kau sudah mengetahui orangnya?"

Niesha menggeleng, "belum, tapi saat saya merasakan aura hitamnya, di waktu yang bersamaan saya merasakan aura kemurniannya walau sudah tertutupi hampir seutuhnya dengan aura hitam. Dan dari aura kemurniannya itu, saya dapat memperkirakan usianya, usianya sekitar 11-15 tahun dan itu hanya murid"

Seorang guru yang tak diketahui namanya oleh Niesha menatap ragu pada Niesha "bagaimana mungkin kau dapat menebak usia hanya dari aura, saya bahkan belum pernah mendengar itu"

Niesha, "ibu boleh tidak percaya, faktanya saya memiliki kemampuan untuk itu. Saya bahkan dapat menebak usia ibu saat ini sekitar 50-55 tahun, apa saya benar?"

Guru perempuan itu terbelalak, tidak hanya dirinya, melainkan seluruh guru disana kecuali Morgan, karena guru perempuan itu adalah guru spesialis ramuan dan fisiknya terlihat seperti 30 tahunan akibat meminum hasil eksperimennya sendiri yang ternyata menghambat sistem jaringan perkembangan penuaan kulit. Banyak yang bertanya padanya, berapa usianya namun guru tersebut hanya diam. Morgan? Selaku kepala akademi, sudah jelas mengetahui identitas pengajar di akademinya. Seluruh anggota akademi sendiri tidak percaya bahwa guru favorite mereka ternyata setua itu.

Guru tersebut langsung tertawa anggun "baiklah baiklah, aku mengakui bakatmu nak, dan benar, usiaku 53 tahun, aku harap semua orang di ruangan ini tutup mulut karena aku tidak ingin dikejar-kejar bangsawan yang menginginkan awet muda"

"Ekhem, kembali ke topik, berarti dapat disimpulkan bahwa target kita seorang murid, tugas kita semua disini baik guru dan anggota akademi, coba selidiki kiranya siapa saja yang mengalami keanehan kepribadian selama beberapa waktu. Karena bila dilihat dari hilangnya ingatan, pasti banyak hal aneh yang dirinya perbuat karena lupa dengan 'biasanya' dia seperti apa"

Felix, salah satu anggota akademi yang sedari tadi menyimak juga ingin memberikan suaranya "tapi itu akan memakan waktu lama dan menurutku itu akan menimbulkan kecurigaan"

Morgan, "lalu apa kau ada saran?"

Felix menatap Niesha ragu, adik sepupunya itu sebelumnya memiliki amarah padanya, kali ini walau tidak menunjukkan sikap tak suka namun Niesha juga tidak bersikap menerima kehadirannya "jika Niesha dapat merasakan aura, bukankah lebih baik dia yang dengan sembunyi-sembunyi melihat ke setiap kelas, beralasan untuk sesuatu?"

Mendengar saran itu, Niesha cukup setuju "saya setuju dengan pangeran mahkota Videsh, karena kebetulan elemen suara adalah saya penciptanya, bagaimana bila kita berdalih hendak mencari satu murid dari setiap kelas untuk perwakilan mendapat pengajaran pertama kali?"

Semuanya mengangguk setuju.

Morgan, "kalau begitu, harap semua guru dapat bekerjasama nanti dan agar lebih meyakinkan, sebaiknya Niesha berkeliling bersama ketua akademi, apa pangeran mahkota Herias keberatan?"

Albertus dan Felix memutar bola mata malas, tentu saja Damian tidak akan menolak.

"Tentu tidak" nah kan, sudah jelas jawaban Damian itu mutlak bila menyangkut Niesha. Morgan sendiri mengangguk puas. Morgan sungguh berpikir professional bukan karena keduanya memiliki hubungan kekasih. Morgan bahkan hampir melupakannya walau sesaat.

"Hah~ Zero, sepertinya ini tidak akan lama, bukan begitu?" tanya Niesha dalam pikirannya.

"Betul nona, tapi tetaplah berhati-hati. Walau kita tahu siapa murid itu tapi dalangnya bukan orang bodoh, nona"

"Ya, aku tahu. Setidaknya kita dapat melacaknya dari murid itu"



To Be Continue

***

New Me : 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang