27. Bawah Sadar dan Suara

23 10 0
                                    

  Aku segera bangun dari tidurku setelah mendapatkan mimpi buruk. Posisi duduk, kepalaku terasa berdenyut-denyut dan merasa tubuhku ini ingin jatuh sakit. Tidak, aku tidak mau jatuh sakit lagi. Jam sudah menunjukkan angka 6 sore, tanganku memegang kepala yang masih terasa sedikit pusing dan melihat sekeliling pun aku juga pusing.

   Perutku sangat lapar banget. Jadi aku memutuskan untuk keluar kamar, tubuh ini terasa lemas tidak berdaya bahkan jalan pun harus memegang benda-benda sekitar supaya tidak jatuh. Ayolah, aku tidak mau jatuh sakit lagi tanpa alasan apapun. Aku harus tetap kuat dan tidak lemah seperti ini.

   Saat kakiku menuruni anak tangga menuju meja makan. Mata yang sayu, tubuh tidak lemas tidak ada energi, pandangan mata pun berputar. Aku merasa ada orang yang ingin naik ke atas, kakakku Mas Fajar.

"Atma. Kamu sedang apa diam di situ?" tanyanya.

"Ng-nggak apa-apa kok." kataku tidak melihat lawan bicara. Aku berusaha untuk menguatkan diri, sayangnya tidak untuk saat ini.

  Tubuh kecil dan ramping ini seketika ambruk ke depan. Indera pendengaran ku menangkap suara kalau Mas Fajar berusaha menangkap tubuh yang lemah ini. Ia meneriaki namaku terus menerus. Namun, aku tidak bisa membuka mata untuk sementara waktu.

"Taiga! Tolong aku!" teriak Mas Fajar memanggil Mas Taiga membantu membawaku kembali ke kamar.

    Di alam bawah sadar ku. Diriku merasa berada di dalam kegelapan, ruangan yang sangat gelap sama persis saat aku di culik oleh pria ilusi saat itu. Tubuhku diikat kuat, berdiri menyandar papan kayu. Kedua mata ini terbuka lebar melihat semuanya hampa, penuh kegelapan. Tidak ada orang lain selain diriku.

      Setelah melihat sekitar, barulah aku mendapati anak gadis tengah terduduk menangis histeris di dalam kegelapan. Ku perhatikan seksama, siapa gadis kecil tersebut.

"WINDA!" teriakku memanggil namanya.

Si empu menoleh ke arahku masih menangis. Ini membuatku bertanya-tanya, mengapa Winda menangis tersedu-sedu. Ia berlari kecil ke arahku sambil berteriak memanggilku. Winda meminta tolong padaku untuk menyelamatkan dirinya.

"Mbak Atma! Winda takut. Winda takut! Selamatkan Winda, hiks hiks." pintanya memohon padaku.

"Tenang, Winda. Mbak akan menolong mu, okay. Tapi lepaskan tali yang mengikat ku." kataku ke Winda. Gadis itu mengangguk dan ingin membebaskan ku.

  Tiba-tiba datang seorang pria yang mencegah Winda untuk tidak melepaskan aku. Tentu saja, penglihatan ku tertuju ke arah pria asing yang memiliki tato di leher bertuliskan "BW". Di rasa, aku pernah melihatnya karena wajah pria itu sudah tidak asing di penglihatan ku. Tetapi aku tidak sepenuhnya ingat, namanya dan hubungannya mengenai Black Hawk.

"Jangan pernah lepaskan dia! Dia adalah tahanan ku." kata pria itu, tersenyum semrik.

  Winda tidak bisa bergeming mendengar perintah dari pria ini. Ia mengelus rambut Winda lembut lalu beralih menatapku tajam. Jujur saja, aku tidak suka dengan tatapan pria ini. Rasanya ingin ku tonjok dan membuangnya ke tempat sampah.

"Malang sekali." katanya membuat hatiku memanas atas ucapannya.

"Apa maksudmu?" tanyaku dingin.

  Pandangan kami berdua saling beradu tatap, tidak suka. Hatiku mengatakan kalau pria di hadapanku ini sangat menjengkelkan dan juga ada rasa kebencian yang menggebu-gebu. Untuk apa? Dirinya datang ke alam bawa sadar ku.

Apa dia salah satu anggota Black Hawk? Mengingat tato di lehernya, sudah pasti dialah anggota Black Hawk—batinku sangat yakin.

"Selamatkan orang-orang terdekatmu sebelum mereka dalam bahaya. Baik teman-temanmu dan juga kedua orang tuamu." ucapnya tersenyum mengejekku. Di belakang tubuh pria tersebut terdapat ayah dan mama berada di dalam tabung.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang