56. Latihan di Rooftrop Sekolah

23 10 2
                                    

Terdapat banyak garis polisi yang ada di kelas 12-B tempat yang dulu seram mengerikan dan sering kali hilang tanpa sebab. Semua murid dan guru melihat tidak percaya kalau di dalam kelas tersebut ada salah satu jasad siswi yang dikubur di sana dan di duga jasad tersebut milik Dira. Sosok gadis yang kemarin, aku lihat sebelum Kepsek tertangkap.

"Kamu Fatma bukan? Adiknya Fajar?" tanya seorang pria ramah dengan senyuman menerka di wajahnya. Aku membaca tag name-nya bernama Halim, detektif muda yang bekerja sama dengan Mas Fajar.

"Mas Halim!" sapa ku ramah dan mengangguk mengiyakan kalau aku adalah adiknya Mas Fajar.

"Kamu hebat, Atma. Bisa mengalahkan musuh dan menangkapnya." puji Mas Halim membuatku tersipu malu.

"Ini juga berkat teman-temanku, mas. Kalau tidak ada mereka pasti aku bakal kalah menangkap Kepsek...aku tidak menyangka kalau beliau telah bekerja sama dengan organisasi hitam yang diselidiki para polisi." ucapku masih tidak percaya dengan kenyataan pahit. Justru orang terdekat dan orang yang baik malah menjadi pengkhianat sesungguhnya, menyingkirkan Dewa dari daftar pertemanan ku.

"Aku juga tidak percaya, beliau juga telah melakukan tindakan kriminal lalu bekerja sama dengan organisasi hitam. Aku janji, akan menuntaskan masalah ini bersama kakakmu, Atma." ucap Mas Halim membuatku tersenyum semangat.

"Terima kasih, Mas Halim."

   Setelah berbincang-bincang dengan Mas Halim. Aku memutuskan untuk kembali ke dalam kelas akan tetapi aku ditarik oleh April secara paksa menuju ke rooftrop sekolah. April menoleh ke arahku, tersenyum mengatakan kalau aku terlalu santai untuk berbicara dengan orang-orang penting. Tentu saja, aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

Sampai di rooftrop ternyata ada Zulfa dan juga Yuli ada disini sehingga aku bertanya-tanya, mereka berkumpul disini buat apa. Yuli segera menjawab semua pertanyaan yang masih ada di dalam kepalaku. Bagiku ini sudah kelewatan tidak sopan dan seenak jidatnya membaca isi pikiran juga hati melewati kekuatan telepati. Aku curiga, mengapa orang yang memasukkan kekuatan dalam diri Yuli adalah membaca pikiran dan hati.

"Kita bakal latihan kekuatan. Sudah terlihat jelas bukan kalau musuh akan keluar secara bergantian dan mencari korban selanjutnya." Kata Yuli menatap kami bertiga bergantian, serius.

Mata lentiknya itu dan tatapan yang jarang ku lihat terlihat agak menyeramkan. Coba bayangkan, orang paling kalem memasang wajah serius dan begitu tajam. Aku mengangguk mengiyakan ucapan Yuli dan yang dikatakannya memang benar. Musuh-musuh akan muncul perlahan-lahan dan kita murid 1-E tidak akan berdiri diam saja tanpa ada latihan pertarungan.

  Tiba-tiba instingku berkata mengenai latihan perang setidaknya tidak berada di sekolah. Aku takut, kalau aku akan menghancurkan satu gedung sekolah lagi dan membuat seisi murid di sekolah ini luka-luka. Mengingat julukan murid sekolah ini adalah "Murid Kutukan" yang memiliki arti bisa menghancurkan apapun bukan, catatan kalau dibuat esmosi sih haha.

"Apa ini tempat yang bagus buat latihan. Aku takut kalau kita bakal menghancurkan satu gedung sekolah lagi. Kan yang sebelah aku hancurkan karena efek kekuatanku." kataku membuat mereka semua menatapku dan tertawa terbahak-bahak. Aku mendengus sebal melihat respon mereka bertiga yang terlihat menyebalkan.

"Tenang saja, Atma. Lagian ini latihan seperti tinju aja tidak sampai buat menghancurkan satu gedung sekolah." kata Zulfa sesekali tertawa mendengar pertanyaan konyol.

Aku menghela nafas kasar dan mungkin pikiranku yang terlalu gelisah jadi tidak ada rasa percaya diri lagi. Yuli memutuskan untuk Zulfa yang memulai duluan. April menggambar sesuatu di kertasnya dan meramalkan suatu mantra. Di sekeliling Zulfa muncul patung-patung terbuat kayu dengan tampilan mengerikan. Kali ini, gambaran April sedikit punya warna.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang