08. Jangan Sampai Jam 12

29 10 0
                                    

Sebuah kendaraan mobil berwarna putih berjalan dan berhenti di depan teras rumahku. Aku yang melihat itu mengerutkan kening lalu melihat ada orang yang turun menghampiri ku.

"Mbak Atma?" tanya pria paruh baya memakai seragam seperti supir, orang kaya.

Aku mengangguk mengiyakan memasang senyuman termanis. "Iya, apa anda supirnya Fian Xian Lu?" tanyaku dibalas angguk supir tersebut.

   Di dalam mobil aku terdiam sambil mengecek ponsel bahwa Haru mengingatkanku kalau bayangannya tidak akan sampai pukul 12 malam. Ini jadi cerita Cinderella tapi apa boleh buat, aku tidak bisa mengecewakan dua orang yang mengajakku janjian malam ini.

    Sebelum sampai tujuan aku mencoba untuk mencari cara menyelesaikan dua acara ini dan tidak ada yang ketara kalau salah satu dariku, ada yang palsu. Mobil sudah berhenti dan pintu dibukakan oleh seseorang yaitu Fian Xian Lu.

Ia mengulurkan tangannya padaku membuatku terdiam menatap tangannya lalu wajah Fian Xian Lu. Ia memperlakukan diriku seperti seorang putri. Tanpa ba-bi-bu aku memegang tangannya dan di gandeng layaknya pasangan kekasih.

Berjalan berdua di rumah berukuran sedikit besar nyaris seperti istana. Aku berbisik ke Fian Xian Lu.

"Kenapa kau memperlakukan diriku seperti ini? Menurutku ini berlebihan." kataku to the point ke pemuda asal China itu.

"Ini permintaan nenekku. Mengajak orang spesial di acara keluarga besar. Tidak apa-apa, ini cuman acara kok, tidak lebih." kata Fian Xian Lu tersenyum menatapku.

"Tapi kok aku? Kok nggak yang lain seperti Yuli, April atau Zulfa?" tanyaku ke Fian Xian Lu.

"Mereka bertiga sudah tahu. Dan aku pernah berkelahi dikit sama Haku." kata Fian Xian Lu membuat mataku membulat sempurna sebab tidak tahu menahu perihal ini.

"Be-benarkah. Kenapa kau tidak pernah bercerita tentang itu, Xian?" kataku dibalas senyuman tipis Fian Xian Lu.

"Tidak apa-apa. Aku kurang menjaga April saja kok, tidak lebih."

  Kami berdua masuk ke dalam rumah yang sangat besar begitu banyak barang-barang bagus disini juga rapih. Beberapa pelayan menyambut kami berdua ramah mengantarkan kami menuju ruang makan.

Aroma lezat dari beraneka ragam makanan tercium di indera penciuman ku membuat perutku sedikit keroncongan melihatnya. Salah satu pelayan menarik kursi mempersilahkan duduk.

Aku membungkukkan sedikit dan berkata terima kasih banyak. Sedangkan Fian Xian Lu duduk di sebelah kursi ku. Seorang wanita tua berambut putih yang di gulung di belakang terdapat beberapa accecories di sana. Tersenyum melihat kami berdua.

"Kalian berdua sangatlah cocok sekali." kata wanita tua tersebut yang ku pastikan dia adalah nenek Fian Xian Lu.

"Terima kasih nek. Dan nenek harap jangan bikin Atma salting." kata Fian Xian Lu terkekeh kecil membuatku melirik ke arah pemuda tersebut.

"Oh iya. Sekolah kalian bagaimananya? Nenek dengar kalian berdua sudah menyelamatkan sekolah itu. Dan kamu Atma?" tanyanya menatapku sedikit serius.

"Aku benar namamu Atma?"

"I-iya nek." jawabku sedikit terbata-bata sedikit canggung.

"Kamu kalau satu tim sama Fian Xian Lu?" tanyanya membuatku menoleh ke Fian Xian Lu. Ia membisik ku pelan bahwasanya ia sudah menceritakan apa yang terjadi selama ini 3 bulan yang lalu.

Seulas senyum terukir jelas di bibirku, berkata,"iya nek. Kalau aku, Fian Xian Lu dan Dewa. Temanku juga, masing-masing punya tim masing-masing." jelas ku sedikit ke Nenek Fian Xian Lu.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang