72. Bangunan Menara

17 7 7
                                    

  Ardi dan Haku masih bertarung sengit di sana. Pemuda bersurai abu-abu sudah merasa kesal karena Ardi orang yang sangat merepotkan serta kemampuannya tidak bisa dianggap sebelah mata. Ia sudah berkali-kali terkena serangan Ardi yang bisa dibilang serangan zig-zag dan Haku tidak bisa mengimbangi kecepatannya.

   Serangan petir datang, Haku tidak bisa mengelak serangan tersebut sehingga membuatnya terjatuh tersungkur memegangi perutnya.

"Ittai!" ringisnya.

Ardi menatap rendah sekaligus remeh ke Haku. Ia datang sebagai Hero dan ternyata pemuda bau kencur ini yang bisa dikatakan dan Ardi akui kalau kemampuan anak muda berambut abu-abu ini sangatlah hebat. Meski begitu, kekuatannya dengan kekuatan Haku masih berbeda sangat jauh.

"Apa kau ingin menangis seperti anak gadis? Hahaha. Kalau kau masih lemah, jangan bersikap sok hero menyelamatkan teman mu." kata Ardi berjongkok. Mata hanzel tersebut tidak bisa mengalihkan pandang menatap lekat mata pemuda ini yang sangatlah indah.

Ia bisa melihat tembus kornea matanya, di sana seperti terdapat kristal-kristal es. Sangat jarang sekali, Ardi menemukan pandangan yang indah dari mata memiliki kekuatan. Ardi yakin, bahwa anak di depannya adalah salah satu obyek uji coba dari Black Hawk. Namun, anak ini tergolong anak yang kabur dari markas beberapa tahun yang lalu.

Ardi bangkit berdiri dan berbalik badan ingin pergi dari sini. Haku ingin bangkit berdiri tetapi tidak bisa, serangan terakhir Ardi seperti melumpuhkan beberapa anggota tubuhnya untuk sesaat, terutama kakinya.

"Kenapa kau tidak membunuhku atau aku di bawa oleh anak buah mu seperti Atma?" kata Haku serius.

Tubuh tegap tinggi yang berdiri membelakangi Haku, sama sekali tidak ingin menoleh atau membalikkan badan menghadap kembali ke Haku. Ia mengangkat tangannya sebuah bermaksud melambaikan tangan dan berjalan menjauh tanpa ada satu katapun keluar dari mulut penjahat.

  Kepala pria itu menunduk ke bawah. Gigi menggertak perasaan kesal telah kalah dengan orang yang jauh lebih mudah darinya. Dalam battle, memang Ardi yang menang dari anak muda berambut abu-abu. Namun, mengamankan target ke tempat amat serta penjagaan ketat dirasa tidak mungkin. Karena semua anak buahnya dikalahkan oleh teman anak itu. Ardi bisa merasakannya, bahkan anak manusia tanpa dicampur tangan uji coba juga tidak berguna. Gadis sebagai anak, pria bernama Satria juga tertangkap dan Atma lolos.

"Berdebah. Pasti mereka akan menuju ke rumah mewah! Lebih baik aku akan menyambut mereka dengan tingkat kematangan lebih dari ini!" umpat Ardi, ingin mengeluarkan semua rasa emosi yang sudah berada di ubun-ubun kepala.

  Roda berputar cepat melewati aspal menuju ke tempat lokasi kejadian. Roda kecil itu berhenti, benda kecil seperti sketboard dan yang menaikinya adalah seorang pria berpakaian jas formal berwarna hitam. Siapa lagi kalau bukan Daisuke.

Ia melihat seorang pemuda tengah duduk selonjoran di pinggir memegangi perut sedangkan di sisi lain, ia melihat pemuda yang sudah tidak sadarkan diri dan wajahnya sudah bonyok dihantam musuh. Menghela nafas panjang dan menghampiri pemuda bersurai abu-abu.

"Sepertinya musuh telah melumpuhkan kedua kakimu sementara waktu." katanya membuat Haku terkejut melihat kakaknya Atma datang menemuinya.

"Apa kamu kakaknya Atma?" tanya Haku.

  Daisuke mengambil pena dari sakunya, berjongkok mengobati kaki Haku yang mengalami lumpuh sementara agar musuh tidak diserang secara dadakan. Haku mengamati benda yang berbentuk pena. Pena itu mengeluarkan sinar biru. Setelah Daisuke selesai, pena itu ia kembalikan ke dalam sakunya dan menyuruh Haku untuk menggerakkan kaki.

Ajaibnya kedua kakinya sudah kembali seperti semula. Benda berbentuk pena tersebut berhasil menyembuhkan kakinya, menetralkan kelumpuhan kaki.

"Aku adalah kakaknya Atma. Daisuke Yuma Satria. Kau temannya Atma kan kalau tidak salah Irish Haku." kata Daisuke dibalas anggukkan Haku mantap.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang