Mas Daisuke terlihat sangat serius melatih kami berempat. Aku sendiri akan berjuang keras memainkan bulu tangkis. Tidak ku sangka kalau aku bermain dengan Mas Daisuke begitu lama dan teman-teman berteriak mendukungku. Ini membuat semangat membara di dalam tubuhku meledak.
Langkah kaki terus berlari kecil maju mundur mengikuti alur kok yang Mas Daisuke berikan padaku. Pria itu nampak santai bermain tanpa membuang tenaga sedangkan aku, stamina yang ku miliki dah mau habis.
"Terima ini Atma!" teriak Mas Daisuke memukul kok-nya menjulang tinggi.
Melihat kok terbang ke langit yang tinggi membuat ku menganga lebar ini sudah waktunya pukulan "Smash" di tunjukkan. Kedua kaki melangkah mundur dan melompat memukul kok keras. Satu pukulan Smash berhasil di luncurkan Mas Daisuke segera menangkap kok itu, namun, kok tersebut sudah turun ke bawah dan masuk. Diriku mendarat mulus, nafas menganga melihat apa yang terjadi barusan.
Semua teman-teman menganga tidak percaya kalau kok-nya sudah masuk kemudian mereka semua memberikan ku tepuk tangan. Aku mengusap keringat dan tiduran di lantai, mengambil nafas panjang.
"Wah kamu benar-benar seperti bintang bulu tangkis! Atma!" puji Zulfa kegirangan dibalas anggukkan yang lain.
Aku bangkit berdiri, melihat Yuli, Zulfa dan April tersenyum sumringah membuatku senang sekali. Merasa malu mendapatkan pujian luar biasa membuat kepalaku ini bakal besar jika dipuji-puji terus. Diriku tidak seperti atlet bulu tangkis Indonesia, Susi Susanti. Mas Daisuke menyuruh kami berempat beristirahat setelah berlatih.
Kami duduk di kursi penonton sembari meneguk habis air mineral yang kami bawa sesekali melirik kelompok bulu tangkis asing, tengah bermain di sebelah lapangan yang kami pakai. April membisik ku bahwa ada beberapa anak pemain di sana...melihatku dengan tatapan iri. Tentu saja, aku tidak percaya kalau ada orang yang mengamati terus saat bermain bulu tangkis.
Apalagi menyimpan rasa iri melihat permainanku barusan. Aku saja, sudah lama tidak bermain bulu tangkis.
"Apa kau yakin, kalau mereka dari tadi melihat permainan ku?" tanyaku ke April dibalas anggukkan mantap.
"Habisnya kamu kalau main serius banget. Dan kok-nya nggak jauh-jauh, kau juga sempat membuat masmu, kualahan." kata April membuatku tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Aku terlalu bersemangat." jawabku singkat.
Latihan pertama hari ini aku kebanyakan bermain-main dan herannya, aku berhasil mengalahkan kakakku sendiri. Terkadang aku juga berpikir, bagaimana bisa kegiatan yang ku anggap bersenang-sedang? Diriku seolah bebas dan akan meraih apa yang aku inginkan. Dengan kata bersenang-sedang bukan kata serius.
Yuli sedari tadi memerhatikan tim bulu tangkis di sana. Aku penasaran dengannya, siapa yang dia awasi selama ini?
"Aku penasaran nanti kalau perlombaan akan dimulai? Siapa yang akan menang?" tanya Zulfa membuka topik pembicaraan.
Selama istirahat ini, kami berempat terlalu memikirkan sesuatu yang tidak penting di pikiran masing-masing. April dengan bangganya berkata,"tentunya, kita bakal menang dan membuktikan kalau SMA Krias 04 tidak selemah apa yang mereka bayangkan."
"Sekolah yang nyaris ditutup oleh pemerintah kini terbuka kembali mendapatkan semua murid-muridnya." lanjut April membuat kami semua tertawa terbahak-bahak.
"Perjuangan kita belum selesai ternyata." ucapku langsung mendapatkan pukulan bahu dari April.
"Ini semua gegara dirimu. Menghancurkan separuh gedung sekolah nggak ngotak." kata April menggembungkan pipinya, melirikku datar. Aku hanya bisa terdiam membeku, mengingat runtuhnya gedung sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Sekolah Aneh {The End}
Fantasía-Kembali Sekolah Aneh {Volume 4} -Update {17-02-2022} -Tamat {12-12-2022} (Daftar urutan baca; Season 1: Sekolah Aneh Season 2: Misteri dan Memori Season 3: Black Hawk Season 4: Kembali Sekolah Aneh Season 5: Penggila Cinta} kehidupanku berubah t...