45. Jeritan Malam

22 10 4
                                    

"AKU TIDAK AKAN MENGAKUI KESALAHAN KU DIHADAPAN MURID-MURID KUTUKAN INI. SAMA SEPERTI MU!" bentak Kepsek.

  Aku melihat pria itu duduk di meja kantornya sedang mengerjakan pekerjaan biasa yaitu tanda tangan ke surat-surat resmi. Serta mengerjakan kebijakan baru buat sekolah ini. Tidak tahu, aku berada disini menatap Kepsek mengerjakan tugas-tugasnya. Lalu perkataan bentakan tadi di kelas, kembali terdengar lagi tepat di kedua telingaku.

  Bentakkan Kepsek yang tidak mau mengakui kesalahannya seolah terngiang-ngiang di dalam pendengaran ku. Tiba-tiba aku berdiri di koridor sekolah, sendirian dan gelap. Melihat ke sekeliling terlihat menyeramkan. Aku berjalan menelusuri koridor yang gelap tanpa ada sedikit pun cahaya yang menerangi jalan ini. Mengingatkan ku saat mencari tahu pelaku jatuhnya pot dan nyaris mencelakai April, waktu itu. Kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, aku bisa mengingatnya secara jelas dan masih rinci.

Sayangnya, mengenai organisasi itu. Aku sudah bisa mengingatnya tetapi belum sepenuhnya ingat. Dan akibatnya aku juga bisa mengeluarkan kekuatanku yang tersembunyi.

  Langkahku berhenti saat aku melihat Kepsek keluar dari ruangan, pada malam hari kayak gini. Seketika di dalam pikiranku banyak sekali tanda tanya besar, mengapa Kepsek pulang malam-malam begini? Jadi aku memutuskan untuk mengikutinya dan mencoba memanggil beliau.

"KEPSEK!" teriakku sambil mengulurkan tangan ke depan. Bermaksud untuk meraih pergelangan tangannya.

  Tetapi Kepsek tiba-tiba menghilang membuatku tercengang tidak percaya. Kemudian, aku mendengar suara teriakan histeris dari belakang. Ini membuat nyaliku sedikit menciut serta tiba-tiba merasa takut. Suara histeris tersebut semakin lama semakin besar volumenya.

Keringat dingin tanpa sengaja mengucur deras membasahi pelipis ku sesekali menelan saliva, susah payah. Ekor mata bergerak ke kanan, kepala dengan perlahan mencoba menengok ke belakang. Mataku seketika melotot melihat Kepsek sudah tergeletak tak sadarkan diri di sana lalu tak jauh dari tempat Kepsek terbaring. Di sana terdapat seorang gadis memakai seragam sekolah, putih abu-abu. Menundukkan kepala, rambutnya yang panjang menutupi wajahnya.

  Jantungku sudah berdetak tidak karuan dan tubuh ini seolah membeku. Gadis yang berdiri di sana perlahan-lahan mendekat dengan cara menghilangkan diri, berpola zig-zag. Aku yang ingin berlari pun tidak bisa. Jangankan berlari, menggerakkan salah satu anggota tubuhku saja agar tidak terdiam diri seperti patung aja, aku tidak bisa.

Akhirnya gadis itu menghilang dari hadapanku. Membuatku sedikit lega. Menghela nafas panjang, memegang dada lega. Tangan ini pun terasa bergetar hebat karena ketakutan. Namun, bulu kudukku masih berdiri padahal gadis berseragam itu sudah hilang dari pandanganku. Aku tahu, kalau gadis itu adalah hantu. Aku sudah menyadarinya kalau dirinya adalah hantu.

"Kenapa? Kenapa aku masih gemetaran dan juga bulu kudukku masih berdiri semua?" monolog ku nada gemetar hebat. Mataku sudah berkali-kali mengerjap berusaha untuk tidak takut dan berharap ada seseorang datang kesini, menyelamatkan ku.

Sepertinya itu tidak mungkin terjadi, batinku.

Lalu tubuh ini tiba-tiba diam membeku seperti patung, tubuh menjadi menegang dan juga kaku sesaat. Dirasa, dibelakang ku ada sesuatu yang mengerikan. Aku bisa merasakannya. Aura pun sangatlah kuat dan terkesan magis membuatku begitu takut. Walau aku sudah melawan rasa takutku, dirasa itu mustahil di lakukan saat ini. Malam yang dingin membuat suasana ini semakin mendukung apalagi sudah sepi, tanpa ada sedikit orang pun.

Dengan kemantapan hati paling dalam. Aku berusaha untuk menoleh kebelakang ternyata tidak ada apapun di sana. Membuatku menghela nafas lega.

"Alhamdulillah, tidak ada apapun." gumam ku, lega.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang