47. April dan Atma diculik

22 9 2
                                    

"Yang kamu gambar ini apa?" tanya April saat gambaranku sudah selesai. Ya, katanya meminta saran sama aku gambar hewan fantasi yang unik. Jadi aku harus menggambarnya, bukan.

Dahi ku berkerut samar, berkata,"ada yang salah dengan gambaranku, Pril?"  raut wajah April masih terpencar keanehan menatap gambaranku sedangkan di dalam pikiran ku ini mengatakan bahwa, apakah gambaran ku terlalu buruk atau malah jadi aneh banget?

  April menunjukkan kepadaku kalau bentuk hewan yang aku gambar ini aneh terutama ekor kucingnya bahwa ekor kucing itu adalah ekor putri duyung. Gadis itu menepuk jidatnya dan tertawa kecil membuat Zulfa dan juga Yuli menghadap ke kami berdua karena sedari tadi ribut. Bangku belakang memang the best kan, tidak ada yang memerhatikan di bangku belakang. Atau memang, guru sengaja berpura-pura tidak tahu bahwa para gadis tengah berbicara sendiri sedangkan guru lebih sibuk menjelaskan materi.

"Kalian berdua dari tadi ribut mulu. Sampai tidak dengar penjelasan guru." kata Zulfa sedikit ngedumel.

Aku hanya membalas senyuman saja. "Iya, nakal dikit tidak apa-apa. Lagian aku kan nggak mendengarkan guru menerangkan malah menggambar." kataku tanpa ada wajah berdosa.

"Sesat kamu, Ma." kata Zulfa. Ku balas kekehan kecil.

"Ini mah, susah buatin nama hewannya. Ya, kali aku buat nama kucing duyung? Kan nggak mungkin?'" kata April.

"Bener juga." kataku pelan.

  Setelah guru selesai menerangkan, beliau menatap ke arah bangku kami berempat dan beliau menunjuk padaku untuk menjelaskan materi mengenai gaya gravitasi. Dalam hatiku mengumpat. Melihat atensi guru menatapku ia terasa puas sekali dan Yuli memberikan sebuah informasi bahwa sedari tadi guru memperhatikanku yang sama sekali tidak memerhatikan pembelajaran.

  Ini membuat mulutku mayun, tidak suka. Jadi aku bangkit berdiri dan semua pasang mata tertuju ke arahku. Mereka semua tidak ada satupun yang berani mengatai ku. Yugo, pemuda berdarah Jepang tersebut mengatakan sesuatu pelan banget. Dan tiba-tiba suaranya seolah masuk ke telingaku melewati kekuatan udara di sini.

'Dia ingin menjatuhkan mu karena kamu tidak memerhatikan pembelajarannya, Atma', kata Yugo.

Guru bertubuh sedikit gemuk dan perut sudah buncit tengah tersenyum mengejek ke arahku. Jujur sekali, aku tidak suka dengan senyuman mengejek itu dan rasanya aku mau kasih dia pembelajaran. Aku sudah berdiri menghadap ke teman-teman ku.

"Silahkan menjelaskan materi hari ini mengenai gaya gravitasi?" kata guru itu nada menantang.

  Ekspresi ku sekarang tidak bisa dijelaskan. Kepalaku menunduk dan kedua tanganku sedang memainkan jari, menghilangkan keraguan serta menyakinkan diri sendiri bahwa aku bisa. Mungkin ini sudah saatnya menunjukkan diri, kepintaran terpendam murid 1-E bahkan Judy si raja tidur, tengah tersenyum ke arahku.

    Aku di depan kelas menerangkan panjang lebar mengenai gaya gravitasi dan membahas mengenai Newton ini yang sering kali membuat kepala ingin pecah. Apa-apa harus di hitung dengan angka dan juga huruf singkatannya. Kuat medan gravitasi (G) pada titik apa pun di suatu ruang kemudian didefinisikan sebagai pengertian gaya gravitasi (F) per satuan massa dan bermassa uji (M). Tidak hanya sampai disitu saja, aku juga menjelaskan bagaimana fungsi kinerja gravitasi di kegiatan sehari-hari?

  Ini lebih menonjol mengarah ke element udara atau angin seperti kekuatannya Winda. Jadi aku menjelaskan dengan kalimat sederhana yang bisa dipahami oleh semua orang. Aku melirik ke guru yang tadi menentang ku hanya bisa diam membeku, tidak percaya kalau aku bisa menjelaskan secara rinci.

Prok! Prok! Prok!

Suara tepuk tangan meriah seluruh kelas terdengar begitu jelas dan segera aku kembali duduk di bangku ku. Saat melewati tempat duduk Mas Daniel, pemuda itu mengatakan kalau aku tuh hebat.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang