81. Menenangkan Dewa

24 6 3
                                    

Ketika Dewa masih berumur 3 tahun. Ia sangat bahagia bersama kedua orang tua, canda tawa serta senyuman selalu terukir jelas di sudut bibirnya. Namun, tidak kunjung lama kemudian. Sekelompok perampok memasuki rumah Dewa, mereka melukai kedua orang tuanya tanpa ampun. Dewa bersembunyi di balik pintu kamar, matanya yang mengintip dibalik pintu melotot. Ia melihat begitu darah, suara tangisan, rintihan dan juga bentakan yang keluar dari mulut perampok.

Pada akhirnya kedua orang tuanya terbunuh di malam itu. Dewa yang masih kecil itu langsung menangis histeris memegangi kepala kecilnya. Kedua orang tuanya mencoba untuk melindunginya dari perampok-perampok jahat tetapi kedua orangtuanya harus merenggang nyawa. Tidak hanya itu saja, salah satu teman yang pernah dekat dengan Dewa juga begitu.

Teman Dewa itu berusaha melindungi dari perampok tetapi tetap aja harus melihat darah lagi dan lagi. Setiap orang yang ingin melindungi Dewa harus merenggang nyawa. Dan kejadian lama itu kembali datang lagi. Sekarang, Fian Xian Lu yang menjadi korban selanjutnya. Dewa kira, kejadian yang sudah lama itu tidak terulang kembali. Namun, dugaannya salah mengira.

Taiga tidak bisa menghentikan kekuatan milik pemuda di depannya ini. Jika ia bertindak gegabah maka kekuatan besar tersebut akan hilang kendali. Kazuki berjalan mundur berusaha tidak terlalu dekat dengan Dewa. Ia masih tidak menyangka kalau Dewa memiliki kekuatan penghancur kuat. Jika ia digabungkan sama kekuatan gadis yang diincar oleh Black Hawk selama ini maka hancur.

Kazuki mencoba untuk tidak takut dan melawan Dewa. Pria itu menyerang menggunakan kekuatan monster buatan dibantu dengan asap hitam. Munculah beberapa monster yang sama seperti montser penghancur kota. Mata Taiga terbelalak kaget melihat monster berukuran besar berada di belakang Kazuki dan sebagian juga ada di sekeliling sudut untuk menyerang. Mau tidak mau, Taiga ikut dalam pertarungan melawan antek-antek montser tidak berguna.

'Setidaknya aku masih bisa bertarung. Energiku sudah sedikit pulih. Tetapi angin kencang ini belum sepenuhnya reda.' -batin Taiga menarik katana-nya dari tanah dan siap untuk melawan monster-monster kecil di sekelilingnya.

Kazuki langsung menyerang menggunakan monster miliknya. Dewa yang sudah berada Black Mode terlihat santai. Ia menyerang menggunakan kartu-kartu nya dan sayangnya ketika terkena asap hitam monster, kartu itu malah hanyut. Seolah serangan Dewa tidak berfungsi. Ini membuat Kazuki tertawa jahat menatap Dewa, miris.

"Hahaha. Apa hanya itu saja kemampuan mu? Payah sekali! Arnius." kata Kazuki menatap Dewa remeh.

Dewa sama sekali tidak merespon ucapan Kazuki dan tetap untuk menyerang. Monster itu mulai menyerang menggunakan tangan berukuran besar berniat untuk menggenggam erat Dewa. Insting pemuda itu lebih tajam jadi ia bisa menghindar dari monster itu dengan melompat. Dua genggaman tangannya terdapat dua kartu bergambar rantai. Kartu tersebut keluar rantai.

Rantai rantai itu langsung mengikat tangan-tangan monster lalu kartu terselip di sakunya melayang dan muncul gambar api. Seketika rantai yang terlilit di tangan monster terbakar membuat monster meringis kesakitan. Gigi Kazuki menggertak kesal dan menyuruh monster itu mengeluarkan nafas petir.

Taiga berhasil mengalahkan monster monster kecil sambil menoleh ke belakang, mendongak. Monster itu ingin mengeluarkan kekuatan petir super besar dan Dewa sama sekali tidak menghindar, malah menanti. Mata kuningnya memberikan respon kalau ada dua kekuatan element angin dan api menuju ke arah sini. Melirik ke kiri melihat ada pusaran angin sedang menuju ke arah sini. Menyipit, kalau di atas pusaran angin beliung kecil ada Daniel.

"Daniel?" gumam Taiga melihat adiknya datang kesini bersama pemuda berambut merah dan juga gadis kecil.

"Kenapa gadis kecil itu ikut datang kesini?" gumam Taiga sedikit tercengang.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang