37. Permainan di mulai

23 9 0
                                    

Pria itu tengah berbincang bersama salah satu murid SMA negeri favorit ini. Beliau memberikan semangat dan pelukan hangat untuk gadis itu, aku yang memerhatikan dari jarak jauh merasa iri dan sedih. Aku ingin menghampiri pria yang tidak salah lagi adalah ayahku. Namun, tanganku di cekal oleh Zulfa.

"Sebentar lagi pertandingan akan dimulai. Kamu mau kemana?" tanya Zulfa sambil membenarkan kacamata.

    Sayangnya aku tidak bisa membalas pertanyaan Zulfa dan memilih untuk menetap. Tidak menghampiri pria itu, dalam hatiku berkata kalau ia adalah ayahku. Betapa bahagianya aku bisa melihat ayahku berdiri di sini. Tetapi gadis di sampingnya membuatku cemburu dan bertanya-tanya, mengapa ayah sangat dekat dengan gadis itu.

"Atma! Kamu dengar aku tidak?" tanya Zulfa sedikit membesarkan suaranya. Aku sedikit terkejut dan mengangguk mengiyakan cepat.

"Iya. Aku dengar kok, Zul." jawabku cepat berusaha untuk tidak memerhatikan ayah yang duduk di kursi pemain bulu tangkis.

     Pertandingan sebentar lagi akan di mulai. Di sini, dua lapangan bulu tangkis akan digunakan jadi perlombaannya bisa dipercepat sedikit, tidak menunggu lama. Kali ini pertandingan bulu tangkis, Zulfa di lapangan satu sedangkan di lapangan sebelahnya—Yuli turun lapangan. Dari tatapan kedua mata mereka berdua sudah siap melawan.

    Haru mencuri pandang ke arahku seolah ingin membicarakan sesuatu. Aku menoleh ke arahnya, berkata,"ada apa?"

"Tadi kamu ikut arah pandang ku dan kau menyadarinya kan, Atma?"

"Kau benar, Har. Aku melihat ayahku dan sepertinya ia dekat dengan salah satu murid di sini." kataku nada sedih. Takut, kalau ada hal buruk terjadi, mengenai sikap dan perilakunya.

   Andai saja, Kelompok Black Hawk tidak datang waktu itu dan melakukan teror untuk mendapatkan apa yang mereka mau? Ayah dan mama tidak akan sampai di culik oleh Black Hawk. Tetapi ini sudah takdir dan aku akan membulatkan tekad ku menyelamatkan kedua orang tuaku serta Dewa. Tidak sepenuhnya yakin dengan rencananya yang pernah aku dan dirinya bicarakan.

"Pasti dia rindu sama kamu. Jadi beliau mengira kalau gadis itu adalah kamu, Atma." kata Haru.

"Bisa jadi begitu, Haru...semoga firasatku salah selama ini." kataku tanpa melihat lawan bicara.

   Suara sorakan mulai bergemuruh memenuhi lapangan bulu tangkis. Ku lihat murid negri favorit sepertinya tidak mau kalah dengan sekolah lain dan satu-satunya lawan adalah SMA Krias 04. Sekolah yang sudah tercoreng namanya, sempat ditutup oleh pemerintah karena kekurangan murid dan sempat juga ada kejadian buruk sebelum sekolah itu memiliki rumor mistis.

      Permainan bulu tangkis berlangsung sangat meriah terlihat dari sebagian orang, tidak percaya kalau SMA Krias 04 unggul dalam permainan ini. Pak Sam terlihat sangat senang melihat tim dari sekolah kami menang. Aku dan April saling berpelukan bersama lalu segera berlari menuju ke Yuli dan Zulfa. Gadis berkacamata itu terlihat sangat terharu kalau ia menang.

"Aku tidak percaya ini...aku menang!" serunya tersenyum lebar dan memeluk kami berempat perasaan bangga.

    Setelah pertandingan individu menang. Kali ini aku dan April bertanding di dalam permainan ganda. Aku sudah tidak sabar untuk mengalahkan musuh yang berdiri di hadapan ku ini. Beberapa hari yang lalu, gadis bernama Kim Jena tengah mengawasi kami berempat dan Yuli mengenalnya. Sangat dekat, teman masa kecilnya di Korea Selatan.

    Kim Jena bersama salah satu murid yang aku lihat dari kejauhan, dekat dengan ayahku. April menoleh ke arahku dengan rasa terheran-heran.

"Kau tidak apa-apa, Atma?" tanya April padaku.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang