57. Teringat Mas Fajar

19 8 0
                                    

   Latihan pun berlanjut di rooftrop sekolah bercampur canda tawa yang tidak pernah habis dibuatnya. Bagaimana tidak tertawa melihat kelakuan trio resek di kelas 1-E. Siapa lagi kalau bukan: Jesse, Fian Xian Lu dan juga Dimas. Niall sepertinya pemuda yang paling waras di antara  mereka berempat. Aku, April, Yuli dan Zulfa mulai duduk-duduk di pojokkan melihat aksi mereka berduel kekuatan.

   Mereka berempat sudah jago menggunakan kekuatan hanya saja banyak sekali celah dan mudah sekali buat musuh, menyerang. Yuli yang begitu jeli melihat beberapa celah diantara mereka berempat bisa mengambil nilai sedangkan yang lain hanya bisa menonton saja. Aku merasakan ada aura membara dari dalam Jesse, aura api dalam tubuh Jesse terbakar semangat.

Makanya, Jesse tidak membiarkan Niall menghindar serangannya menggunakan kekuatan teleportasi. Sedangkan Fian Xian Lu sama Dimas, mereka melakukan adu duel disebabkan Dimas kekuatannya memakai suara yang amat memekikkan. Jadi Fian Xian Lu memilih untuk berduel dan tidak memakai kekuatannya.

  Kekuatan Fian Xian Lu adalah rantai keabadian dari Burung Phoenix, burung legenda. Aku tidak menyangka kekuatannya sangatlah kuat dan bisa memberikan kutukan burung Phoenix seperti waktu di pasar, ada seorang preman yang ingin menganiaya wanita tak bersalah. Untung saja, kami datang di waktu yang tepat.

    Ketika melihat anak laki-laki berduel dan kami para gadis duduk santai menikmati angin sepoi-sepoi di rooftrop sekolah. Pikiran ini terbesit Mas Fajar. Aku tidak pernah melihat kakakku itu, aku merindukannya. Jadi setiap ada kasus seperti tindakan kriminal pembunuhan yang biasanya Mas Fajar. Sekarang diganti oleh Mas Halim yang bertugas sebagai detektif kasus kriminal pembunuhan.

Tadi, Mas Halim sempat mengatakan padaku mengenai suntikkan yang murid 1-E dapat dari bangunan terbengkalai, tempat organisasi itu memulai eksperimen pada orang-orang yang mereka culik. Kata Mas Halim, cairan tersebut tidak hanya membuat tubuh manusia menjadi kuat dan memiliki kekuatan layaknya penyihir.

Cairan tersebut juga akan melukai tuannya jika digunakan sampai batas. Maka dari itu Zulfa tadi pingsan karena ia sudah mencapai batas kekuatannya dan pingsan. Sama persis, Alvin. Pemuda indigo itu sangat peduli dengan teman-temannya walau sifatnya dingin seperti kekuatan milik Haku.

"Atma." panggil April yang kebetulan banget, tempat dudukku bersebelahan dengan April.

"Hmm, ada apa?"

"Mengenai tadi. Komentar kalau kita adalah gadis yang tidak peka dalam hal cinta." kata April sambil mendongak melihat langit begitu cerah.

"Haha, memang mengapa soal itu? Aku rasa itu tidak membuat pikiranmu, terusik bukan?" tanyaku padanya, melihat dari samping wajah. Ia memikirkan sesuatu yang tidak bisa ku tebak, apa yang ada di dalamnya.

Tetapi aku bisa merasakan kalau ia ingin sekali menyatakan rasa itu ke Haku. "Apa kau ingin mengatakan ke Haku?" Kataku membuat ia melotot.

"Bukan itu!" jawabnya nada kesal lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Aku sudah menduga kalau ada nama Haku di dalam pikirannya. "Lagipula kalian berdua udah cocok dan juga jabatan selalu memihak kalian berdua. Selalu bersama." kataku ke April. Dua jari telunjukku berjalan dan menyatu satu sama lain menggambarkan kalau itu, Haku dan April.

"Mungkin semesta sudah mendukung Haku dan April berkencan, berdua dan menyatakan cinta. Aku benarkan?" kataku menggodanya. April terlihat salah tingkah saat aku menggodanya seperti itu.

Benih-benih cinta remaja memanglah sangat indah tetapi tidak dengan perjuangan yang akan menentukan, bertahan atau mengalah demi orang lain. Cinta itu ada yang manis dan ada juga yang pahit, sama seperti kehidupan. Namun, sering kali kita menyalahkan takdir tidak selalu adil.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang