Kembali Sekolah Aneh {The End}

36. Babak Kedua

  Pemuda asal negeri bambu tersebut terus mengerjai beberapa lawan mainnya. Aku terus fokus melihat pertandingan sepak bola yang masih skor 1-0 dan mereka kelihatannya hanya sekadar bermain-bermain saja, tidak ada tingkat keseriusan sama sekali.

  Cuaca semakin hari semakin memanas dan semua orang masih fokus dengan pertandingannya. Tidak ada satu tim yang berhasil mencetak gol sama sekali karena kiper SMA Negeri Favorit dengan SMA Krias 04, sama-sama kuat. Sekolah SMA Krias 04 yang jadi kiper adalah Judy, anak tukang tidur di kelas.

  Walau begitu, ia bisa dikatakan anak ajaib dan berkekuatan imajinasi yang hebat. Bola melambung ke udara dan menuju ke arahnya dengan mudahnya arah bola tersebut sangat mudah ditebak oleh Judy membuat semua orang melongo, melihatnya.

Sudah berkali-kali bola tersebut mengarah ke gawang, Judy begitu cepat mengambil bola tersebut tanpa ada rasa kelelahan sama sekali. Terlihat jelas kalau keringatnya sudah membasahi wajah pemuda berkacamata tersebut dan menarik nafas panjang, masih posisi siap.

   Nampaknya tim lawan mulai geram dan sering menembakkan bola ke arah gawang, tanpa ampun. Kami yang menontonnya pun nampak takut, kalau bola itu bakal masuk lagi dan skor akan tergantikan 2-0. Diri ini mulai khawatir mengenai dana tambahan sekolah itu dan sekolah ku harus menang agar bisa mendapatkan "uang tunai" yang sudah di janjikan.

   Bola tersebut sudah berulang kali menuju ke arah Judy sampai akhirnya Judy merasakan kekalahan. Energinya sudah terkuras, keringat terus menetes dari pelipis sesekali menyeka keringat di bawah sinar matahari yang panas. Ketika Judy merasa kelelahan dan sedikit kehilangan fokus mengawasi bola agar tidak masuk ke gawang. Salah satu tim lawan menendang kuat bola tersebut menuju ke arah gawang.

Mata dibalik kacamata minus tersebut terbelalak melihat bola itu ingin memasuki gawang yang tidak dijaga oleh kiper lemah. Judy ingin menangkap bola tersebut, sayangnya sia-sia sebab ia kelelahan. Tim lawan berharap bola tersebut masuk ke dalam gawang dan bisa memenangkan perlombaan ini.

    Rudy berlari begitu cepat dan melompat ke arah bola tersebut. Jika Aku pikirkan, Rudy tidak akan bisa mencegah bola itu yang memiliki kecepatan tinggi menuju ke gawang. Semua orang menganga melihat apa yang terjadi di lapangan itu. Aku memandang suasana menegangkan ini, slow mo. Ya, semuanya terlihat sangat melambat di indera penglihatan ku dan itu yang terjadi saat ini.

   Pada akhirnya Rudy berhasil menyundul bola tersebut ke Alvin. Berlari menuju ke gawang lawan untuk mencetak gol. Kedua laki-laki lain tengah mengejar Alvin—insting dari indigo-nya mulai bekerja saat ini. Ia sudah mengklaim bahwa para siswa sekolah ini memiliki sebuah rencana yang misterius.

Yuli yang di sampingku, angkat bicara sambil wajah kebingungan sekaligus heran. "Mengapa semuanya jadi slow mo? Sama seperti saat tahun baru waktu itu?"

"Meski semuanya slow mo tetapi kita tetap bergerak normal?" kataku dan merasakan kalau ada sesuatu yang melesat berada di belakang kepalaku.

Secerah refleks aku berbalik badan dan menangkap kartu bergambar Joker, sambil berteriak ke Alvin. "Tembak bolanya ke gawang!" seruku bersamaan mata kanan berwarna kuning.

  Alvin di mata kirinya berwarna kuning kemudian  menendang bola menuju gawang. Gerakkan semuanya masih slow mo, di sana melihat Alvin bergerak lebih slow mo. Suatu kemungkinan besar, di sekitar sini memiliki kekuatan "Time". 

"Pemuda yang di dekat Daniel sama Jesse! Dia pengendali waktu!" suara Yugo terdengar dari angin dengan segera aku mengendalikan pemuda yang di maksud.

Sebelum pertandingan aku suka memerhatikan beberapa orang terutama melihat mata mereka. Suatu hari nanti, aku bisa mengendalikan mereka tanpa beradu tatap mata secara langsung. Bisa dikatakan kemampuan mata ini "Yellow Eyes" milik Mas Taiga. Diriku tidak menyadari kalau dia sengaja memasukkan kekuatannya ke dalam mataku.