62. Ke Rumah Yuli

17 6 0
                                    

  Tangan mengepal kuat berusaha tidak termakan emosi yang dari kemarin ingin sekali meledak. Namun, pemuda bersurai pirang itu belum menemukan pelaku yang melakukan hal ini pada Fajar. Melihat kepalan tangan itu lamat-lamat. Taiga yakin, kalau kakaknya itu tdiak akan mati dengan mudah.
 
  Tubuh itu berbalik badan menghadap pria tinggi sekitar 182 cm memakai jas hitamnya itu. Tidak lupa dengan permen yang selalu singgah di dalam mulut pria tersebut, raut wajahnya yang selalu terlihat datar seperti tidak pernah merasakan sedih sedikit pun. Apa Taiga harus menobatkan Daisuke sebagai manusia baru atau manusia es yang sesungguhnya?

"Tidak pernah ku maafkan, pelaku yang melakukan ini pada Mas Fajar!" kata Taiga ingin sekali melupakan emosinya dan mencari benda yang pantas buat melampiaskan emosi.

Mata Taiga terpejam sebentar. Air mata perlahan turun membahasi pipi putih Taiga. Daisuke menghela nafas kasar, berkata,"setidaknya ini tidak sampai ke Atma dan juga Daniel."

Taiga membuka matanya menatap Daisuke. "Bagaimana kalau mereka bakal tau yang sebenarnya?"

"Maka dari itu. Kita buat alasan untuk menyembunyikan mengenai hal ini dan memberitahu mereka saat waktunya tiba. Tetapi aku juga tidak yakin dengan hal ini," kata Daisuke ke Taiga yang masih berusaha tidak meluapkan emosi,"mereka bakal tahu nantinya. Cepat atau lambatnya."

"Aku akan tetap berusaha mencari pelakunya. Pokoknya Atma tidak tahu mengenai perihal ini. Aku tidak mau melihat dirinya menangis lagi." kata Taiga penuh keyakinan serta ingin sekali menjaga adiknya itu.

    Sepeda motor sudah terparkir di depan rumah. Helm sudah ku letakkan di spion dan aku melepaskan sepatu masuk ke dalam rumah. Saat aku masuk ke dalam dan mengucapkan salam. Aku sempat mendengar suara Mas Taiga di ruangan tengah. Suara itu agak samar-samar di pendengaran ku jadi tidak jelas. Apa yang Mas Taiga bicarakan. Aku langsung ngacir di ruang tengah melihat ada Mas Taiga dan juga Mas Daisuke di sana.

"Assalamualaikum." salam ku sekali lagi.

"Wa'alaikumsalam. Bagaimana sekolahmu hari ini?" jawab Mas Daisuke sembari melemparkan pertanyaan padaku.

Arah pandang ku melihat ke atas berusaha mencari jawaban yang sangat pas dan ada rasa gugup di dalam tubuhku saat berbicara sama Mas Daisuke. Seulas senyum terukir jelas di bibirku.

"Biasa aja kok, Mas. Tidak perlu di khawatirkan." kataku.

"Ah, anu...aku baru ingat. Besok Kamis aku bakal ke rumah teman. Apa boleh?" tanyaku pada mereka berdua. Berhubung aku ingat jadi sekalian meminta izin terlebih dahulu.

Meminta izin itu paling utama karena kalau sudah meminta izin ke orang tua atau kakak dan adik. Tidak bakal tanya mau pergi kemana dan sama siapa. Meminta izin dari awal itu adalah rutinitas ku saat ingin pergi keluar. Meski aku udah dewasa dan bebas pergi kemanapun yang aku mau. Meminta izin itu nomor satu dan nomorku kedua adalah ongkos tambahan, haha.

"Ke rumah teman atau teman?" tanya Mas Taiga mulai usil.

Aku menatapnya datar. "Rumah teman cewek."

"Oh gitu." kata Mas Taiga.

Mas Daisuke memerhatikan kami berdua sebentar lalu ia melihatku dari atas sampai bawah. "Kapan kamu ke rumah teman?"

"Kamis." jawabku cepat.

"Dua gelang mu sini! Aku akan membawanya." kata Mas Daisuke.

"Eh kenapa? Gelangnya ini sudah gelang favoritku." kataku melihat kedua gelang ini sangat berguna saat digunakan ketika genting.

"Berikan sini. Sepertinya ada kerusakaan kecil di sana." katanya dan akhirnya aku memberikan kedua gelangnya tersebut. Kemudian, aku pergi ke kamar buat bersih-bersih.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang