34. Latihan Bulu Tangkis Akhir

25 10 0
                                    

    Setelah semalam menghabiskan waktu bersama Dewa serta melatih olahraga bulu tangkis. Sekali-kali tubuhku ini ku buat kegiatan kemalasan yaitu tidur sepanjang hari ini buat besok, waktunya untuk bertanding bersama SMA Negri terfavorit. Tidak menyangka selama ada waktu tersisa buat latihan, aku dan juga teman-teman ku mencoba berusaha keras mencapai kemenangan.

  Seulas senyum terlukis di bibirku mencoba bermimpi akulah yang bakal jadi pemenang di acara perlombaan olahraga itu. Tubuhku berbalik yang sebelumnya ke kiri sekarang ke kanan. Namun, ini sangatlah berbeda sekali ada rasa helaan nafas seseorang yang dekat dengan wajahku. Lalu aku merasakan ada seseorang yang mengelus rambutku dan membisik,"cepat bangun, Atma. Jangan molor mulu."

Aku risih dan bodoh amat. Membalas dengan suara parau dan mata ini tidak mau terbuka. "Lima menit aja. Napa, ngantuk dan lelah." ucapku rada sewot, mencoba untuk posisi yang terbaik.

  Jari telunjuknya menyentuh hidungku yang pesek ini membuat diri ini sangat terganggu. Sebelumnya, aku tidak pernah ada gangguan seperti ini kecuali Mas Taiga yang demen banget ganggu adiknya sedang bobok cantik bak princess di kamar.

"Bangun, adikku yang manis, cantik dan gemesin." ucapnya sekali lagi kali ini sambil cubit pipiku. Aku segera menepis tangannya kasar dan tidak mau bangun karena tahu, yang mengacaukan tidurku adalah Mas Taiga.

  Indera pendengaran ku mendengar kalau Mas Taiga menghela nafas kasar, lelah untuk membangunkan ku. Disisi lain hatiku sangat gembira telah mengacaukan mood Mas Taiga. Namun, aku tidak merasakan kalau Mas Taiga pergi dari kamarku.

"Jika kamu tidak mau bangun. Aku akan memanggil Mas Daisuke atau..." sepertinya Mas Taiga mencoba untuk mengancam ku. Namun, aku sama sekali tidak peduli dengan itu.

Capek banget.

"...aku akan mengendalikan mu menggunakan kekuatanku, Atma." lanjutnya membuat mataku langsung terbuka lebar mendapati wajah tampan, manis tengah tersenyum ke arahku mengenakan pakaian putih.

Seulas senyum selalu saja ada di wajah Mas Taiga sehingga memancarkan cahaya terang di siang hari ini. Ia berbaring di sampingku sambil senyum-senyum gak jelas.

"Selamat pagi, Atma. Kau ini selalu saja ngebo tiap hari." cibirnya membuatku berdecak kesal melihatnya.

"Cih. Enak aja kalau ngomong. Belakangan ini aku bangun pagi. Mas Taiga aja, yang tambah molor bangunnya." jawabku tidak mau mengalah dengan Mas Taiga.

Pemuda berambut pirang tersebut bangkit duduk menoleh ke arahku dan memerintahkan ke aku untuk mandi cepat-cepat karena hari ini—babak penentuan latihan, lolos atau tidak. Kemarin, Mas Daniel bilang ke grup utama murid 1-E bahwa anak laki-laki akan memenuhi stadion bulu tangkis. Lebih tepatnya menonton para gadis bertanding bulu tangkis.

Jadi teringat malam hari dimana Dewa mengatakan sesuatu di bianglala dan juga kami berdua sempat celaka. Orang-orang yang memakai baju serba hitam selalu mengacaukan semuanya. Untung saja, malam itu, mereka tidak menjatuhkan salah satu korban warga sipil dan bisa dikatakan hanya menggebrak saja.

Mungkin benar, kalau ada beberapa anak yang memiliki kekuatan yang sama seperti murid 1-E, batinku dalam hati.

     Waktu pun bergerak lebih cepat. Aroma stadion bulu tangkis milik ayahku ini sudah tercium. Suara canda tawa terdengar menggema, bisa dikatakan yang lain pada berisik. Mas Daisuke selaku pembimbing kami berempat sedang mengobrol santai sama Mbak Dewi. Disisi lain, ada seorang gadis yang kemarin menantang ku dan menantang Yuli.

Ku perhatikan gadis yang memiliki wajah putih, cantik, bibirnya merah merona dan rambut kecokelatannya itu ia kuncir kuda. Kata Yuli, ia adalah gadis keturunan macan putih alias Korea Selatan sama seperti Yuli. Hanya saja, Yuli blesteran Indonesia dan Korea sama seperti Jesse, blesteran Indonesia sama Inggris.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang