10. Memarahi Haru

30 10 0
                                    

  Mobil berhenti tepat di depan rumah dan aku berterima kasih banyak ke Fian Xian Lu sudah mengantar jemput diriku. Fian Xian Lu melemparkan senyuman ke aku dan mengucapakan selamat malam.

   Setelah mobil kembali melaju kencang. Aku berbalik badan berjalan menuju ke teras rumah, kejadian tadi sangatlah memalukan. Maksudku, ah, bisa-bisanya aku berpikir hal seperti itu dan apa selama ini aku dikerjain sama Haru?

  Ku buka pintu rumah dan mataku membulat sempurna melihat kedua kakakku ini memakai pakaian serba hitam.

"Siapa yang meninggal?" ucapku to the poin membuat mereka berdua kaget mendengar ucapanku barusan.

"Eh Atma? Kau udah kembali?" tanya Mas Taiga tersenyum lebar. Ia tidak peduli lagi dengan pertanyaanku dan langsung memelukku erat.

"Aku khawatir banget sama kamu, Atma. Aku kira kamu di culik ternyata tidak." kata Mas Taiga yang bagiku terlalu berlebihan.

Nafasku hampir habis sebab pelukan Mas Taiga begitu erat. "Ma-ma-mas, le-lepas." ucapku sedikit terbata dan segera pemuda itu lepaskan, tersenyum tanpa dosa.

Aku berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya setelah mendapatkan pelukan maut. Mas Daniel hanya bisa mengamati kami berdua, menggeleng pelan.

"Kamu darimana saja sampai mau tengah malam? Kamu baru balik kalau ada Mas Daisuke, dia bakal marahin kamu." kata Mas Daniel mengomeli ku suara datar.

"Iya, iya. Maaf, tadi ada sesuatu yang terjadi." kataku membuat mata Mas Taiga terbelalak lebar.

"Apa? Sesuatu? Sesuatu apa?" tanyanya dan ia mengecek segala sisi tubuhku.

"Kamu tidak terluka kan? Tidak ada yang lecet?" tanya Mas Taiga.

"I am okay, right. So don't worry. Tadi di rumah Fian Xian Lu ada sesuatu jadi pulangnya agak lama dah gitu aja." kataku berdusta ke Mas Taiga juga Mas Daniel.

Terpaksa sih, kalau tahu hal sebenarnya pasti aku dipikir gila. Ada dua Atma, bayangkan saja, batinku.

"Fian Xian Lu? Sepertinya aku tidak asing lagi dengan nama itu?" tanya Mas Taiga berpikir keras memegang dagu.

Sedangkan aku menghela nafas kasar dan segera menuju ke atas membersihkan badan kemudian tidur diikuti sama Mas Daniel membiarkan Mas Taiga terlalu fokus sama ingatannya.

***

   Suara derap langkah kaki berlari kecil terdengar di penjuru koridor sekolah. Mas Daniel berteriak padaku kalau dilarang berlarian di sepanjang koridor, namun, aku tidak peduli.

"Ada apa sih sama Atma?" ucap Mas Daniel.

   Berbelok ke kanan 1-E sembari mencari pemuda berkacamata bertubuh gendut. Ia sedang berbicara sama Alvin. Mukaku langsung cemberut bercampur kesal akibat peristiwa kemarin, dia mengerjai ku tentang kekuatan bayangannya. Dan sialnya aku bisa percaya dengan omongannya.

  Berjalan geram menuju ke Haru menghiraukan sapaan manis dari Jesse dan juga April.

"Selamat pagi, Atma." ucap mereka berdua berbarengan tapi aku tidak peduli dan langsung menuju ke Haru.

"Haru!" panggilku ke pemuda berkaca minus itu.

Ia menoleh ke arahku tersenyum sumringah, berkata,"ada apa Atma?" tanyanya seolah amnesia soal kemarin malam.

"Jangan pura-pura amnesia, Har. Kau membuatku malu banget! Gara-gara pesan mu!" omelku berkacak pinggang memarahi Haru.

Satu kelas yang menyimak perbincangan ku dengan Haru sama sekali tidak mengerti. April menghampiri ku mengatakan hal baik-baik sedangkan Yuli menoleh ke pemuda berdarah China itu.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang