Kembali Sekolah Aneh {The End}

38. Hilang Ingatan {ayah}

  Pertandingan bulu tangkis berlangsung begitu lama dan memanas. Mencetak poin bulu tangkis pun sudah mendapatkan seri dan tinggal satu babak ini untuk mencari tau, siapa dari kita berempat memenangkan permainan ini. Selama permainan berlangsung, Kim Jena sama sekali tidak mengeluarkan kekuatan dalam dirinya.

Bagiku ini sangatlah aneh dan tidak sesuai ekspektasi. Kok itu melambung tinggi ke udara dan segera kakiku berlari kemudian melompat memukul kok tersebut dengan smash. Kim Jena berusaha untuk memukul balik tetapi tidak bisa dan masuk. Semua bersorakan dan memberikan tepuk tangan. Ku lihat beberapa dari murid negeri satu memasang wajah tidak suka. Pak Sam, Yuli, Zulfa dan juga Haru tersenyum sumringah memberikan semangat empat lima.

      April dan aku menjadi bertambah semangat. Selama permainan berlangsung dan poin yang dicetak oleh Jena masih berada di angka 11 sedangkan punyaku di angka 20, sebentar lagi permainan akan berakhir. Semoga saja, tim laki-laki menang dalam permainan. Ketika Jena memukul kok-nya pelan, kok tersebut meluncur begitu cepat dan aku tidak bisa melihat secara jelas.

Semua orang terdiam, tidak percaya apa yang mereka lihat. Aku dan April melihat ke belakang, kok tersebut masuk.

"Bagaimana itu bisa terjadi?!" ucapku membeku menoleh ke arah Jena, tersenyum miring.

"Tadi pukulan apa? Bisa secepat itu, tidak bisa dilihat secara jelas." kata April yang menyadarinya juga.

  Sudah kuduga jika ini akan terjadi dan benar kata Dewa, mereka akan melakukan apapun untuk mengalahkan kami semua. SMA Krias 04, Dewa juga bilang kalau mereka akan mengalahkan murid kutukan dari SMA Krias 04. Aku tidak tahu, alasan dan tujuan mereka untuk mengalahkan murid dari SMA Krias 04 sampai-sampai mengeluarkan kekuatan seperti ini.

Padahal aku ini ingin sekali hidup normal seperti manusia biasa pada umumnya. Tidak memiliki kekuatan seperti ini. Aku melirik ke tepi lapangan—ia adalah ayahku, aku ingin sekali setelah bermain bulu tangkis. Berlari ke arah ayah dan memeluknya erat. Air mata turun dari mataku, air mata bahagia dan akhirnya aku bisa bertemu ayah saat bertanding di SMA Negri Favorit ini.

   April dan aku melanjutkan permainan bulu tangkis. Namun, kami berdua selalu saja tidak bisa menangkap kok tersebut karena kecepatan kok itu seperti kecepatan kilatan cahaya. Yuli memberikan sebuah sinyal kalau Kim Jena memiliki kekuatan kecepatan cahaya dan kekuatan petir juga. Ia juga meminta padaku untuk berhati-hati.

"Pril. Kita punya lawan yang bakal bandel sepertinya." kataku melirik ke April.

"Sepertinya. Dia adalah orang yang merepotkan." sahut April.

"Temannya itu juga merepotkan." kataku sedikit kesal karenanya.

   Pak Sam dan teman-teman memberikan semangat pada kami berdua. Tidak lama kemudian, aku juga melihat anak laki-laki SMA Krias 04 juga datang ke permainan bulu tangkis. April ingin memukul kok agar bisa masuk ke wilayah lawan dan mencetak poin. Sayangnya, itu tidak akan pernah terjadi karena Jena memakai kekuatan.

     Kalau April mengeluarkan kekuatan bakal ketara. Jadi aku berusaha mengeluarkan kekuatan mengurangi kekuatan tetapi aku sendiri tidak tahu, mengurangi kekuatan lawan bagaimana caranya? Selama ini, kekuatanku bisa dikatakan menambah kekuatan ke orang lain dan bisa juga menjadi kekuatan mematikan. Maka dari itu, orang-orang berpakaian serba hitam mengejar ku.

    Aku memakai bando pemberian Mas Daisuke ini agar kekuatanku tidak hilang kendali. Alias bando ini adalah penyangkal kekuatan. Aku tidak akan menyerah dan tidak mau berbuat curang. Ku lirik ke April memberikan kode mata untuk bersikeras mencetak poin hingga menang karena poinku sekarang, seri.

    Teman-teman sangat berisik karena memberikan semangat buat kami berdua. Yang paling keras meneriaki adalah Dimas, teman paling resek di antara dua belas cowok di dalam kelas. Lalu di pikiranku membuat ada satu ide cemerlang buat mencetak kemenangan. Yuli berkata menggunakan kekuatan telepati-nya masuk ke dalam pikiranku.