Kembali Sekolah Aneh {The End}

28. Menghibur Pak Sam

   Keempat kakakku mengkhawatirkan ku atas kejadian kemarin. Mungkin, aku kemarin tidak sadarkan diri akibat kelelahan. Semua itu dari memori ku yang hingga kini belum sepenuhnya pulih, setidaknya aku bisa mengetahui kalau aku salah satu uji coba dari organisasi hitam itu.

"Kau yakin, Atma. Tidak apa-apa?" tanya Mas Taiga nada khawatir. Ia sering kali terlihat khawatir banget sama aku walaupun Mas Taiga sangat menyebalkan.

"Aku tidak apa-apa kok, Mas Taiga." jawabku tersenyum manis.

"Atma. Gelang yang ku berikan kemarin sebagai menghalau kekuatan lain. Gelang itu juga sebagai gps seperti yang ada di belakang leher." kata Mas Daisuke memberitahuku kalau dua gelang yang ku kenakan ini terdapat GPS.

"GPS? Terus memangnya di belakang leherku ada apa? Mas." ulang ku dan bertanya balik ke Mas Daisuke.

Karena banyak teknologi canggih yang sama sekali tidak ku mengerti. Terutama kegunaan alat-alat itu. Mas Daisuke bilang kalau ada GPS di belakang leherku dan sayangnya, benda tersebut sudah rusak. Aku jadi ingat saat setiap kali di belakang ku seperti ada sengatan listrik—ku kira hanya perasaanku saja. Apa GPS-nya berupa itu dan saat ku raba, benda itu tidak ada hanya ada sengatan kecil.

"Di belakang leher itu ada chip GPS. Dan aku selalu mengawasi mu dari kejauhan." kata Mas Daisuke.

"Pantas aja. Mas Daisuke semuanya tahu dan menugaskan Mas Taiga buat pergi ke suatu tempat tanda bahaya." sahut Mas Daniel saat aku ingin mengucapkan kalimat yang sama.

  Mas Taiga menepuk bahu Mas Daniel, berkata,"kita akan selalu bekerja sama dimana pun juga. Buat mencari organisasi hitam sampai dapat!"

"Bagaimana perkembangan kasus organisasi hitam itu? Mas Fajar?" tanya Mas Daisuke datar.

"Uh. Baik-baik saja. Dan hari ini ada tugas penting. Mungkin, aku nggak pulang ke rumah selama seminggu ke depan." Kata Mas Fajar yang kemungkinan tugasnya banyak sekali.

"Yah, bakal sepi dong, rumahnya. Kalau Mas Fajar pergi terus kalau Mas Taiga godaan aku, nggak bisa lapor polisi." ucapku polos membuat semuanya tertawa mendengarnya. Aku tengah rindu, suasana tertawa bareng bersama keluarga.

Andai ada ayah dan mama, pasti aku tidak akan sedih dan kesepian. Di keluarga, aku tidak bisa bertemu sama ayah dan mama. Kalau di sekolah, aku tidak bisa melihat Dewa, meski Dewa di dalam kelas hanya diam dan sedikit berbicara. Ia juga sering memberikan masukkan ke teman-teman tanpa ada niatan buruk sama sekali.

   Akhirnya, kami semua pergi ke tujuan masing-masing. Mas Fajar pergi bersama Mas Taiga sedangkan aku dan Mas Daniel pergi bareng Mas Daisuke menuju ke sekolah. Selama perjalanan, kami bertiga diam, tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Aku tengah asik membenarkan bando yang ku kenakan. Tidak menyangka kalau Mas Daisuke memiliki selera yang bagus beli bando.

  Lalu aku membuka ponsel membaca chatting murid 1-E, mereka semua membahas mengenai Winda dan Pak Sam. Aku yang baru saja membaca chatting mereka, kemarin. Bertanya-tanya dalam hati, menoleh ke Mas Daniel, berkata,"Mas. Teman-teman membahas Winda dan Pak Sam. Memangnya mereka berdua kenapa?"

Mas Daniel menatapku sebentar lalu menatap layar ponselnya. "Winda diculik, kemarin. Yugo yang mendengar suara teriakan Winda termasuk dirimu."

"Eh?"

"Sepertinya organisasi hitam itu sudah bergerak maju dan mengejar sesuatu yang mereka cari selama ini." kata Mas Daisuke yang masih fokus menyetir. Tatapannya semakin datar dari biasanya.

"Kalau begitu. Aku bisa menyelamatkan ayah dan mama." celetuk ku dan Mas Daniel menyahut perkataan ku, tidak setuju.

"Itu terlalu gegabah. Sementara ini, biarkan saja mereka melakukan sesuka hati mereka. Winda pasti tahu, mana yang salah dan mana yang benar. Dia pasti akan bertemu Dewa." kata Mas Daniel membuat diri ini merasa senang atau tidak. Ia tanpa sengaja menyebut nama 'Dewa' yang artinya Mas Daniel menganggap Dewa bukan seorang pengkhianat.